BATURADEN 21 JULI 2016


KA SERAYU BANDUNG – PURWOKERTO

Setelah lama ga solo traveling, akhirnya kali ini bisa merasakan lagi. Kali ini tidak sejauh biasanya. Tujuan kali ini adalah beberapa air terjun di Baturaden. Solo traveling kali ini saya ingin mencoba lagi kereta api ekonomi yang katanya sudah sangat jauh berbeda dengan yang pernah saya naiki sekitar 2010 – 2012 lalu. KA Serayu Pagi kali ini yang akan menjadi tumpangan saya dari Stasiun Kiaracondong Bandung menuju Stasiun Purwokerto.

PURWOKERTO: BERTEMU KEMBALI DENGAN TEMAN-TEMAN YANG SERU

Setelah janjian dadakan dengan teman lama yang berada di Purwokerto (dan untungnya jadwal dia kosong), setiba di Stasiun Purwokerto saya dijemput teman saya, Mas Ikun. Malam ini, saya akan menumpang beristirahat di kosan Dina dan Imay. Mereka adalah teman baru saya sekaligus partner untuk eksplore air terjun besok. Berhubung malam ini Dina dan Imay masih ada kegiatan di kampusnya dan saya juga ingin simpan tenaga untuk besok, jadi malam ini saya putuskan untuk istirahat saja di tempat Dina.

BATURADEN, 22 JULI 2016

Curug Tebela

Jam 07.00 WIB kami sudah siap, partner kami bertambah dua orang, Eka dan Linda, jadi, total ada enam orang. Sebelum ke tempat tujuan pertama, kami bungkus sarapan nasi kuning. Jika biasanya di Bandung, ‘toping’ wajib Nasi Kuning biasanya adalah telur dadar, soun, kacang, sambal dan kerupuk, maka kali ini ‘toping’ wajibnya adalah mie, telur dadar, kentang mustofa, mendoan, kacang, sambal, dan kerupuk.

Lokasi tujuan kami berada di satu desa, yaitu Desa Karangsalam yang berada di Kecamatan Baturaden. Menurut Mas Ikun, sampai saat ini sudah ada 11 air terjun yang sudah ‘ditemukan’ di Desa Karangsalam dengan trek dan kondisi yang bervariasi.

Tujuan pertama adalah Curug Tebela. Curug Tebela secara administratif berada di Desa Karangsalam, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Kondisi jalan sepanjang perjalanan dari Purwokerto hingga ke parkiran Curug Tabela sangat mulus. Jalan desa sudah dilapisi aspal, meskipun hanya sekelas aspal desa, tapi setidaknya medan tanjakan dan jalan sempit yang harus kami lalui jadi terasa nyaman.

Sekitar pukul 09.00 WIB, kami sudah tiba di tujuan pertama, Curug Tebela. Sayangnya, Curug Tebela ketika kami datangi sedang ditutup. Alasannya sih karena sedang mengurus ijin ke Dinas Pariwisata. Tidak ada warga yang berjaga di area Curug Tebela. Akhirnya setelah sedikit ngotot, kami pun diperbolehkan masuk dengan catatan harus berhati-hati karena tidak ada warga yang bertanggungjawab di bawah (areal Curug Tebela).

Untuk menuju area Curug Tebela, dari parkiran motor, kami harus turun ke dasar bukit melalui tangga yang terbuat dari undakan tanah yang diganjal bambu, dan sebagian lagi masih berupa jalan setapak alami, dari batu dan masih sempit. Di sisi jalan setapak yang berhadapan langsung dengan jurang, sudah diberi pagar dari besi dan bambu sekaligus untuk pegangan.

Area Curug Tebela cukup luas dan terbagi ke dalam dua area. Area pertama yaitu bagian dari aliran sungai yang sebagiannya terbendung dan membentuk kolam dan area utama lokasi dua aliran paralel Curug Tebela. Curug Tebela memiliki dua aliran jatuhan dari sumber yang berbeda. Posisinya berhadapan dan berdekatan.

Curug Tebela memiliki kolam dengan kedalaman 16 m dan berarus cukup deras. Keunikan lainnya dari Curug Tebela adalah dinding tebing di sekitar aliran air terjun berupa kekar kolom. Setelah sarapan dan mengambil beberapa foto, kami segera naik ke parkiran.

Curug Telu

Berhubung Mas Ikun harus turun lagi ke Purwokerto dan sekalian Jumatan, kami berlima memutuskan untuk menunggu di Curug Telu. Curug Telu sudah merupakan kawasan wisata yang dikelola dengan baik, jadi meskipun kami berlama-lama di sana, setidaknya jauh lebih aman dibandingkan jika kami berlama-lama di Curug Tebela. Lokasi Curug Telu tidak terlalu jauh dari Curug Tebela, kondisi jalannya memang masih ada yang tidak beraspal, tetapi masih tergolong mudah.

Untuk masuk ke area Curug Telu, pengunjung membayar 5.000 Rupiah per orang untuk masuk dan 2.000 Rupiah per motor. Beberapa spot yang berada di kawasan wisata ini diantaranya Curug Lawang, Sendang Bidadari, Kedung Pete, Curug Telu, dan Curug Pelangi. Khusus untuk Curug Pelangi, pengunjung diwajibkan diantar guide lokal untuk sampai ke lokasi. Kami berlima langsung menuju Curug Telu.

Perjalanan ke Curug Telu dari gerbang masuk harus melewati anak tangga. Posisi Curug Telu yang paling jauh dan berada di dasar tebing mengharuskan pengunjung menuruni tangga hingga dasar tebing.

Sesuai namanya, terdapat tiga aliran air terjun dari sumber yang berbeda dengan posisi dua air terjun bersebelahan dan keduanya berhadapan dengan aliran air terjun utama. Area Curug Telu berada di dasar jurang dengan dikelilingi tebing yang memiliki aliran jatuhan air terjun. Terdapat dua kolam yang berair jernih dan kebiruan di sekitar area utama Curug Telu.

Karena sudah dikelola, sepanjang jalur menuju Curug Telu akan ditemui toilet, warung, kursi dari bambu, bambu untuk pegangan ketika menaiki/menuruni anak tangga, hingga ban yang bebas digunakan pengunjung untuk berenang.

Sebenarnya ban ini diperuntukan untuk alat evakuasi ketika terjadi banjir. Dua aliran air terjun di area Curug Telu memiliki volume yang kecil dan memang jarang sekali bervolume besar, tetapi jika musim hujan, areal ini menjadi areal yang memiliki tingkat rawan banjir yang sangat tinggi.

Sekitar bulan Mei-Juni lalu, terjadi banjir bandang karena limpahan air di ketiga air terjun ini meluap, bahkan bebatuan yang berada di sekitar kolam dan sungai tertutup limpahan air. Curug Telu yang utama, memiliki volume jatuhan yang sangat besar, bahkan di sekitar tebingnya, tepat di sebelah aliran utama Curug Telu terdapat dua aliran minor.

Pengunjung di Curug Telu terus berdatangan meskipun bukan akhir pekan. Selain kami, ada beberapa pengunjung dan warga setempat yang juga mengelola area wisata yang sedang menebang bambu untuk keperluan renovasi sarana wisata. Tidak ketinggalan, beberapa monyet abu pun muncul dari hutan bambu.

Waktu yang cukup lama di Curug Telu kami manfaatkan untuk tidur, karena memang kami berlima kurang tidur semalam. Setelah puas mengambil foto, masing-masing dari kami mencari batu yang nyaman digunakan sebagai tempat kami tidur. Sekitar jam 12.30 WIB, kami memutuskan untuk naik karena sudah mulai mendung. Kami menunggu teman kami menjemput di warung-warung di dekat Kedung Pete.

Perjalanan naik tangga dari Curug Telu ke Kedung Pete lumayan menguras tenaga karena jarak antar anak tangganya berjauhan. Sebelum kembali ke parkiran, kami tidak lupa mengunjungi Curug Lawang yang memiliki landscape yang unik. Untuk mengambil gambar Curug Lawang, pengunjung harus melewati terowongan alam dari dinding batu sehingga memberikan kesan posisi Curug Lawang berada di dalam gua.

Sendang Bidadari merupakan kolam yang berada di depan aliran Curug Lawang yang juga berair sangat jernih. Selain Sendang Bidadari, terdapat juga Kedung Pete yang berair kebiruan, dua kolam yang juga berair jernih di area Curug Telu. Sekitar pukul 14.00 WIB kami naik ke parkiran dan langsung menuju lokasi terakhir.

Curug Kembar

Lokasi terakhir kami adalah Curug Kembar di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas. Curug Kembar merupakan tingkatan pertama di atas Curug Juneng dan Curug Abang. Berbeda dengan Curug Telu, area Curug Kembar belum dikelola, tetapi jalan setapak menuju area curug sudah dibenahi.

Medan treking menuju Curug Kembar melewati pematang sawah dan saluran irigasi. Bila ingin turun ke Curug Juneng, maka harus sedikit melipir jurang dan menyusuri aliran sungai setinggi lutut. Untuk turun ke Curug Abang, medannya lebih sulit dan terjal, masih sangat jarang pengunjung yang sampai ke Curug Abang, kebanyakan hanya sampai di Curug Kembar.

Curug Kembar memiliki kolam yang lebih luas tepat di depan aliran jatuhannya. Kolam di Curug Kembar jauh lebih lebar dan lebih tenang dibandingkan dengan kolam di area Curug Telu dan Tebela. Rasanya tidak kumplit kalau datang ke Curug Kembar tapi tidak berenang. AKhirnya, kami memutuskan untuk tidak turun ke Curug Juneng dan menghabiskan waktu sore kami untuk berenang di Curug Kembar.

Sebenarnya masih ada satu air terjun yang rencananya akan kami datangi, Curug Orak-arik, tetapi berhubung sudah sore dan sudah puas mainnya, kami memutuskan untuk turun ke Purwokerto saja. Biarlah Curug Orak-arik, Curug Juneng, Curug Abang, dan Curug Carang jadi destinasi berikutnya jika kembali ke Purwokerto.

NGEBIS DADAKAN PURWOKERTO – BANDUNG

Behubung tiket kereta sudah habis, untuk pulang, saya memutuskan untuk ngebis saja. Sayangnya bis SINAR JAYA hari ini tidak beroperasi, sempat panik tidak bisa pulang hari ini. Untungnya ada Bis Aladin yang siap berangkat. Meskipun membayar sedikit mahal, tapi setidaknya perjalanan pulang ke Bandung nyaman dan lancar. Selesai sudah solo traveling perdana saya di 2016 ini.


About Dya Iganov

Penyuka traveling, tidak hanya mendaki gunung, tapi juga touring, rafting, explore, city tour, kemping ceria, susur pantai, dll