Secara administratif, Curug Cihaur berada di Kampung Cikole, Desa Sukamaju, Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, Jawa Barat dan berada pada koordinat 7°18’11″S 107°32’25″E. Curug Cihaur merupakan satu dari sekian banyak air terjun yang masih belum banyak terkespose di wilayah Kecamatan Talegong dan Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut. Secara keseluruhan, tingkat pencapaian menuju Curug Cihaur tidak terlalu sulit. Satu-satunya tingkat kesulitan untuk mencapai Curug Cihaur adalah kondisi jalan sepanjang Desa Sukamaju, terlebih jika musim hujan.
Jalur Menuju Curug Cihaur
Jika perjalanan dimulai dari Kota Bandung, arahkan kendaraan menuju Banjaran kemudian ambil arah menuju Pangalengan. Jalur ini merupakan jalur yang cukup padat, terutama pada saat akhir pekan. Perjalanan akan sedikit terhambat di Pasar Banjaran hingga pertigaan menuju objek wisata Gunung Puntang. Setelah melewati pertigaan tersebut, jalan akan mulai berkelok-kelok dan menanjak hingga tiba di Kecamatan Pangalengan. Setiba di Kecamatan Pangalengan, ambil arah menuju Situ Cileunca.
Lewati pintu masuk menuju Situ Cileunca hingga memasuki area perkebunan teh Cukul. Jalan kemudian akan berakhir tepat di depan Polsek Talegong yang sekaligus pembatas administratif antara Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Garut. Jalan akan terbagi dua, jalur sebelah kiri merupakan jalan asli atau jalan lama Talegong – Rancabuaya, sedangkan jalur sebelah kanan merupakan jalan baru atau yang lebih dikenal sebagai Lingkar Talegong. Kebanyakan yang melintas akan memilih jalur yang kanan (melalui lingkar Talegong). Ikuti terus jalan utama hingga kembali bertemu dengan jalur lama Talegong. Patokan berikutnya yaitu Jembatan Sasak Geulis yang berada pada koordinat -7.307730, 107.520554. Pada koordinat ini, ambil jalan ke kiri menuju Desa Sukamaju dan sudah ditandai dengan gapura selamat datang. Pembacaan jarak dan waktu tempuh pada peta adalah 2 jam 41 menit untuk 73,6 Km.
Kondisi jalan dari gapura hingga Kampung Cikole akan sangat berbeda dengan kondisi jalan sepanjang Lingkar Talegong. Medan yang ditempuhnya pun cukup berat. Setelah melewati gapura, medan akan menanjak dan cukup berat ditambah kondisi jalan yang berupa makadam dengan ukuran batu yang cukup besar. Jika tidak berhati-hati bisa saja ban motor tersangkut di bebatuan dan akhirnya motor jatuh. Ikuti jalan utama dengan medan yang berupa tanjakan panjang dan curam serta jalan makadam dengan ukuran batu yang cukup besar hingga tiba di persimpangan di koordinat -7.310444, 107.532074. Pada koordinat ini ambil arah kiri menuju Kampung Cikole. Pada jalur ini, medan yang dilalui akan sedikit bervariasi. Akan ditemui jalan datar dan beberapa turunan yang cukup panjang dan curam. Jika siang hari, sesekali akan ditemui truk pengangkut barang di jalur ini. Ikuti jalan hingga tiba di Kampung Cikole pada koordinat -7.303065, 107.538784. Kendaraan bisa dititipkan di rumah warga karena perjalanan berikutnya hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Dari rumah warga, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri saluran irigasi selama kurang lebih lima belas menit. Jalur akan tiba di tingkatan ketiga Curug Cihaur yang tidak terlalu besar. Untuk menuju tingkatan kedua Curug Cihaur yang hingga saat ini meruapakan tingkatan yang bisa diakses (tingkatan pertama masih belum terdapat aksesnya), pengunjung harus sedikit memanjat batuan sekaligus jalur air jika musim hujan. Jalur ini sebenarnya cukup berbahaya karena sempit, licin, dan langsung berbatasan dengan jurang dan bebatuan besar, jadi diharapkan sudah memiliki peralatan mendukung dan tidak memaksakan untuk melanjutkan perjalanan ke tingkatan kedua jika ragu-ragu.
Area di sekitar Curug Cihaur tidak terlalu luas dan sudah dibangun saluran iriagsi serta bendungan kecil. Aliran Curug Cihaur memang sebagian besar dimanfaatkan untuk pengairan sawah dan kebutuhan air Kampung Cikole. Area pada tingkatan ketiga Curug Cihaur tidak terlalu lebar, tetapi memiliki cukup tempat untuk sekedar beristirahat dan menyimpan barang. Ketika hujan, tidka akan ada tempat berteduh selain di sela-sela bebatuan dekat aliran sungai tetapi ketika terik, masih ada beberapa bagian yang sedikit teduh. Area di sekitar Curug Cihaur di tingkatan ketiga ini masih sangat alami dan banyak ditemui ulat bulu.
Area pada tingkatan kedua Curug Cihaur tidak terlalu luas tetapi sangat terbuka. Terdapat kolam yang areanya cukup terbuka dibandingkan area kolam pada tingkatan ketiga. Area tingkatan kedua Curug Cihaur merupakan area yang cukup rawan air bah ketika musim hujan dan trek turun menjadi sangat licin dan berbahaya. Tidak disarankan untuk berlama-lama berada di area tingkatan kedua Curug Cihaur jika sudah mulai turun gerimis.
Curug Cihaur merupakan air terjun non permanen yang memiliki perbedaan volume jatuhan yang cukup drastis. Pada musim hujan, volume jatuhannya tidak stabil besarnya, bahkan jika selang beberapa hari tidak hujan, aliran jatuhannya akan langsung mengecil. Ketika hujan deras, baik hanya dalam rentang satu hari, aliran jatuhannya akan menjadi sangat deras dan berwarna keruh, berbeda dengan kondisi jika tidak hujan. Sulit menghitung total ketinggian Curug Cihaur dari tingkatan teratas hingga terbawah karena tidak semua tingkatan memiliki akses. Sejauh ini hanya tingkatan kedua dan ketiga saja yang sudah memiliki akses.
Secara keseluruhan, Curug Cihaur memiliki klasifikasi dominan Multi Step. Pada tingkatan pertama, Curug Cihaur dapat diklasifikasikan ke dalam tipe Plunge dan Cataract sebagai kalsifikasi dominan pada musim hujan. Pada musim kemarau, tingkatan pertama Curug Cihaur dapat diklasifikasikan ke dalam tipe Horsetail. Tingkatan kedua Curug Cihaur memiliki pada musim hujan dapat diklasifikasikan ke dalam tipe Cataract dan Horsetail. Meskipun memiliki aliran jatuhan yang sangat deras hingga memunculkan tipe Cataract, tetapi aliran jatuhannya tetepa mempertahankan kontak dengan dinding air terjun. Tingkatan kedua Curug Cihaur pada musim kemarau memiliki klasifikasi dominan tipe Segmented dan Horsetail. Pada musim kemarau, volume jatuhan akan berkurang, sehingga aliran air dari satu kolam air terjun yang sama mengalir ke dalam dua lintasan. Hal ini disebabkan adanya penghalang/pembatas pada bagian atas tebing tepat sebelum aliran air jatuh menjadi tingkatan kedua Curug Cihaur. Pada tingkatan kedua Curug Cihaur, terdapat kolam yang cukup luas namun masih banyak terdapat sampah berupa batang dan ranting pohon serta daun. Tingkatan ketiga Curug Cihaur memiliki klasifikasi dominan tipe Horsetail pada musim kemarau dan tipe Plunge sebagai klasifikasi dominan pada musim hujan. Tingkatan ketiga Curug Cihaur juga memiliki kolam namun tidak terlalu luas dan dibatasi oleh bongkahan batu di sisi kanan dan kirinya.
Waktu yang tepat untuk berkunjung ke Curug Cihaur adalah pada penghujung musim hujan. Hal ini dimaksudkan agar medan yang ditempuh tidak terlalu sulit. Pada musim hujan, hampir sebagian besar jalan di Desa Sukamaju menuju Kampung Cikole akan berubah menjadi jalur air karena air hujan tidak dapat sepenuhnya ditampung oleh lingkungan sekitar. Desa Sukamaju secara geografis berada di perbukitan terjal, dan Kampung Cikole posisinya sudah hampir mendekati puncak perbukitan, yang seharusnya guna lahan disekitarnya didominasi oleh hutan atau lahan yang dapat menampung air hujan. Pada kenyataannya, hampir sebagian guna lahan yang ditemui di sekitar Kampung Cikole adalah lahan sawah dan permukiman, sehingga jika hujan, air tidak banyak yang tertampung dan akhirnya mengalir mengikuti kemiringan lereng di jalan utama.
Selain jalan yang berubah menjadi jalur air, kondisi jalan dari Desa Sukamaju hingga Kampung Cikole yang didominasi oleh batu lepas dan tanah akan berubah menjadi lumpur. Kondisi jalan demikian ditambah dengan aliran air akan menjadikan jalan utama Desa Sukamaju – Kampung Cikole mirip seperti dasar sungai. Hal ini akan menyulitkan kendaraan, terutama sepeda motor untuk melaju, ditambah dengan tidak adanya lampu penerangan dan lalu lintas yang semakin sepi menjelang malam, serta medan jalannya yang merupakan tanjakan dan turunan terjal dan panjang. Bila yang belum terbiasa, sangat tidak disarankan melintas di jalur ini ketika hujan deras dan malam hari. Kabut tebal pun sering turun karena memang wilayah ini berada mendekati puncak perbukitan.