Curug Cikondang secara administratif terletak di Desa Cipancar, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Area di sekitar Curug Cikondang sudah dibuka dan dikelola menjadi objek wisata keluarga dan memiliki area untuk kemping. Pada hari Minggu, jumlah pengunjung ke area objek wisata ini memiliki jumlah tertinggi, bahkan pada waktu-waktu tertentu tidak sedikit juga sekolah-sekolah yang mengadakan acara kemping di area ini. Akses untuk menuju Curug Cikondang sudah baik dan tidak terlalu sulit karena informasi mengenai Curug Cikondang sudah cukup menyebar. Sebagai catatan, Curug Cikondang ini juga lebih dikenal sebagai Curug Cijalu, bahkan papan penunjuk arah yang kita temui pun akan menuliskan Curug Cijalu. Curug Cijalu yang cukup ramai dikunjungi dan memiliki akses yang serba mudah ini sebenarnya adalah Curug Cikondang, sedangkan Curug Cijalu yang asli masih belum dibuka untuk umum dan memiliki akses yang cukup sulit, bahkan untuk menuju Curug Cijalu sebaiknya diantar oleh warga atau petugas yang berada di sekitar objek wisata, terutama pada musim hujan. Mengapa Curug Cikondang bisa berubah dan lebih dikenal sebagai sebagai Curug Cijalu? Secara subjektif, jawaban yang pertama terlintas adalah karena kemiripan bentuk dan lintasan jatuhan air antara Curug Cikondang dan Curug Cijalu, tetapi bagi yang jeli, bila diperlihatkan foto dari kedua air terjun tersebut, akan terlihat perbedaan yang cukup jelas. Perbedaan yang dapat dilihat langsung yaitu ketinggian air terjun dan kedalaman kolamnya. Perbedaan lainnya jelas harus melalui penelusuran lebih jauh. Dalam penulisan kali ini, tidak ada salahnya untuk mendeksripsikan air terjun ini sesuai nama aslinya, Curug Cikondang.
Curug Cikondang Berjarak 37 Km dari kota Subang ke arah Selatan (1 jam perjalanan) atau sekitar 50 km dari Kota Bandung ke arah Utara (1,5 jam perjalanan). Selain itu juga dapat dicapai melalui Purwakarta kurang lebih 25 km ke arah Wanayasa. Kondisi jalan, umumnya beraspal dan hanya sebagian kecil yang masih berupa jalan batu, dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat. Jika dari arah Wanayasa (di jalan raya yang menghubungkan Subang dan Purwakarta) sekitar 5 km setelah pasar Wanayasa, tepatnya di pangkalan ojek Kampung Legokbarong, Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes ambil belokan kanan memasuki jalan desa ke arah Desa Cipancar. Jarak Curug Cikondang ini dari pangkalan ojek tersebut sekitar 4 km. Jalan masuk ke curug ini sudah ditandai plang dan petunjuk arah yang jelas. Kondisi jalan masuk ini sudah beraspal meski dibeberapa bagian sudah mulai banyak terkelupas.
Areal di sekitar Curug Cikondang sudah dikelola dengan baik. Begitu mask pintu gerbang, kita akan langsung diarahkan menuju tempat parkir yang juga berdekatan dengan area untuk berjualan dan camping ground. Untuk menuju Curug Cikondang, kita akan melewati jalan setapak yang juga sudah dibuatkan tangga ketika medannya menanjak. Jalan setapaknya cukup jelas meskipun sudah tidak sebagus ketika pertama kali dibangun. Secara keseluruhan areal objek wisata Curug Cijalu ini sudah ramah untuk segala kalangan, bahkan cocok untuk wisata keluarga. Kendaraan roda empat bahkan bus kecil pun dapat digunakan menuju area objek wisata ini. Di sekitar Curug Cikondang, seringkali terlihat sampah-sampah yang berserakan, bahkan hingga ke aliran sungainya, salah satu risiko seuatu tempat dibuka menjadi objek wisata umum ditambah dengan masih kurangnya kesadaran pengunjung akan kebersihan. Di dekat aliran sungai, sudah disediakan toilet umum.
Curug Cikondang dapat diklasifikasikan ke dalam tipe ‘Fan’, tipe yang paling dominan terlihat karena bentuk jatuhan airnya yang lebih melebar dibandingkan jathan air pada saat-saat awal mengalir melewati lintasan dinding air terjun. Bagian atas Curug Cikondang merupakan aliran sungai, dan bentuk lintasan dari tepi sungai hingga memasuki dinding air terjun sedikit terlihat memanjang dan sedikit miring, meskipun demikian, bentuk seperti ini masih tidak cukup untuk diklasfikasikan menjai tipe ‘Ribbon’ atau ‘Slide’. Bentuk seperti ini masih akan dikatakan sebagai bagian dari lintasan sungai meskipun sudah mulai memiliki lintasan yang hampir berbentuk vertikal. Klasifikasi dominan lainnya yaitu tipe ‘Horsetail’ karena sepanjang proses jatuhnya, air tetap konstan mengenai dinding air terjun. Ketika musim hujan, aliran jatuhan air lebih cepat melebar dan dibandingkan ketika musim kemarau. Ketika musim kemarau lintasan jatuhan air menyerupai lintasan vertikal akan terlihat lebih panjang, sedangkan pada musim hujan, lintasan vertikal akan terlihat sedikit memendek. Memendeknya lintasan vertikal ini disebabkan karena volume aliran jatuhan airnya menjaid lebih besar sehingga ukuran air pada lintasan berbentuk vertikal akan lebih melebar dan menjadikan sedikit bias dengan bagian air yang memang menjadi titik melebarnya lintasan sebagaimana ciri tipe ‘Fan’. Kolam yang berada di bawah aliran Curug Cikondang tidak terlalu dalam dan luas. Ada bagian yang dalam, tetapi kebanyakan merupakan bagian yang masih dangkal.
Curug Cikondang dapat dikunjungi sepanjang waktu, kecuali pada bulan Juni-Agustus karena pada saat itu merupakan musim kemarau dan aliran airnya akan sangat kecil, tetapi tidak akan sampai kering total. Ketika musim hujan, debit jatuhan airnya akan lebih besar sehingga wajah akan terasa segar bila terkena cipratannya.