Curug Cipanji secara administratif berada di Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Akses menuju Curug Cipanji sebenarnya cukup mudah. Jalan masuk menuju Desa Tenjolaya terletak tidak jauh dari alun-alun Kecamatan Ciwidey, tepat setelah sebuah rumah makan yang cukup dikenal. Kondisi jalan secara keseluruhan cukup baik, hanya ketika memasuki area perkebunan teh di ujung Desa Tenjolaya, jalan akan sedikit rusak. Jalan beraspal yang sudah sedikit berlubang akan berganti dengan bebatuan khas perkebunan dengan medan yang cukup menanjak. Medan perkebunan tidak terlalu panjang dan tidak terlalu parah serta masih ada permukiman penduduk di sekitarnya. Rumah terakhir di jalan tersebut biasa dijadikan tempat untuk menitipkan kendaraan (sepeda motor).
Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki selama kurang lebih satu jam melalui perkebunan teh dan perkebunan yang berada di kaki gunung. Medan yang ditempuh tidak terlalu berat, tetapi cukup menanjak dan bila perjalanan dilakukan terlalu siang maka akan cukup terasa berat karena medannya cukup terbuka selama di kebun teh. Setelah melewati kebun teh, jalan setapak akan masuk ke area hutan pinus dan hutan produksi yang dikelola oleh warga dan medan masih didominasi dengan tanjakan. Akhir perjalanan akan ditandai dengan adanya sungai yang mengalir memotong jalur. Untuk mencapai lokas Curug Cipanji, setidaknya ada tiga aliran sungai yang harus diseberangi. Sungai yang harus diseberangi tidak terlalu lebar dan tidak dalam, sehingga cukup aman untuk dilalui pada musim kemarau.
Curug Cipanji merupakan tiga rangakaian air terjun yang pada bagian paling bawahnya terdapat kolam cukup besar yang tidak terlalu dalam dengan air yang sangat jernih. Pada tingkatan paling akhir Curug Cipanji, dinding air terjunnya lebih menyerupai lintasan miring dengan permukaan yang cukup rata sehingga lebih menyerupai perosotan dibandingkan dinding air terjun yang berbentuk vertikal pada umumnya. Tingkatan kedua Curug Cipanji merupakan air terjun dengan dinding vertikal, dan pada tingkatan pertama, dinding air terjunnya cukup tinggi. Air yang mengalir di Curug Cipanji berwarna sangat jernih dan sangat dingin, hal ini di sebabkan lokasi dan posisi Curug Cipanji yang berada di kaki gunung dengan kondisi alam yang masih alami dan belum tercemar.
Untuk menuju Curug Cipanji bila dari Kota Bandung dapat mengambil rute menuju Ciwidey. Tepat setelah RM Sindang Reret sebelum PLN Ciwidey akan kita temui jalan kecil di sebelah kiri jalan. Ikuti jalan tersebut hingga menemui pertigaan tepat di deoan sebuah MTs, ambil arah kanan. Ikuti jalan tersebut hingga menemui pertigaan lagi dan ambil arah kanan, lalu ikuti jalan hingga masuk ke areal perkebunan teh hingga rumah terakhir. Sebenarnya bila membawa mobil masih memungkinkan hanya saja akan sedikit repot. Tidak ada akses kendaraan umum semenjak dari pertigaan setelah RM Sindang Reret, yang memungkinkan hanya menyewa ojek hingga ke rumah terakhir. Dari rumah terakhir, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki ke arah shelter tidak jauh dari rumah. Ambil jalan setapak yang tepat di samping shelter. Jalan setapak ini berada di tengah perkebunan teh. Tidak jauh, akan ditemui percabangan, ambil yang kanan dengan medan menanjak. Diujung tanjakan, jalan akan kembali datar dan kemudian akan menanjak lagi hingga ujung tanjakan sekaligus tikungan menuju hutan damar. Di sepanjang jalan ini, akan ditemui juga setidaknya 3 percabangan jalan. Percabangan pertama yaitu berada di ujung tanjakan, ambil arah kiri. Setelah berbelok ke kiri, jalan akan kembali datar. Tidak jauh dari percabangan pertama, akan ditemui lagi percabangan. Di sini, ambil jalan sebelah kanan yang datar bukan yang menurun ke bawah (kiri). Tidak jauh dari sini akan ada bangunan semi permanen kecil di sisi kiri jalan setapak, tandanya jalan yang diambil sudah benar. Percabangan terakhir berada di hutan pinus, di sini ambil jalan ke arah kiri, ikuti hingga menemui aliran sungai. Setidaknya ada 3 aliran sungai yang harus diseberangi dan akan cukup sulit jika musim hujan. Trek sepanjang kebun teh hingga Curug Cipanji merupakan tanah merah, sehingga bila musim hujan akan penuh dengan lumpur, sebaiknya kenakan alas kaki dan pakaian yang sesuai dengan kondisi medan yang akan dilalui.
Curug Cipanji terbagi menjadi tiga jatuhan air utama dengan penamaan yang sama, hal ini dikarenakan memang belum ada lagi informasi lainnya mengenai penamaan masing-masing aliran dari Curug Cipanji yang pertama hingga yang terakhir. Pengklasifikasian Curug Cipanji dapat dibagi berdasarkan ketiga tingkatan air terjun tersebut. Curug Cipanji yang paling atas dan juga merupakan air terjun tertinggi memiliki klasifikasi utama menyerupai tipe ‘Fan’. Aliran jatuhan air tidak seluruhnya mengenai dinding air terjun, hanya pada bagian bawah saja yang menyentuh bebatuan dan memiliki bentuk yang lebih lebar dibandingkan dengan aliran jatuhan air pada saat pertama. Aliran jatuhan paling bawah juga dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk “Scree/Talus”. Aliran jatuhan air mengalir di sepanjang sela-sela bebatuan sebelum masuk ke dalam kolam dan akhirnya dialirkan kembali menuju tingkatan kedua Curug Cipanji.
Tingkatan kedua Curug Cipanji dapat dikalsifikasikan ke dalam tipe ‘Cascade’ dan ‘Slide’. Dinding air terjun membentuk bidang yang tidak terlalu tegak sehingga aliran air dari Curug Cipanji 1 yang memang tidak bervolume besar jatuh dengan mengikuti bidang aliran. Hal seperti ini cukup cocok dengan beberapa ciri dari tipe ‘Slide’ dan ‘Cascade’ Aliran jatuhan air pada Curug Cipanji 2 ini akan terus menerus menempel dan mengikuti dinding air terjun yang kemiringannya semakin menyerupai bidang datar horizontal seperti yang umum didapatkan pada air terjun dengan kalsifikasi ‘Slide’.
Tingkatan ketiga Curug Cipanji dapat dikalsifikasikan ke dalam tipe ‘Punch Bowl’, ‘Slide’ dan ‘Cascade’. Hal ini terlihat jelas dari dinding air terjunnya yang sudah tidak lagi berupa bidang bertikal tetapi lebih menyerupai bidang miring bahkan hampir datar. Meskipun hampir berupa bidang datar, tetapi air masih tetap dapat mengalir. Volume dan debit air di Curug Cipanji 3 ini jauh lebih kecil tetapi tetap mengalir secara konstan menuju kolam yang cukup besar. Adanya kolam yang cukup besar dengan volume air yang konstan memunculkan klasifikasi ‘Punchbowl’ pada tingkatan terakhir.
Curug Cipanji masih merupakan potensi objek wisata yang berada tidak jauh dari kota wisata Ciwidey yang lebih dahulu dikenal dengan Kawah Putih, Situ Patenggang serta beberapa pemandian dan tempat berkemah. Lokasinya yang masih belum memiliki fasilitas pendukung menjadikannya hanya sebagai tujuan wisata bagi beberapa wisatawan yang juga tidak terlalu banyak jumlahnya. Air yang mengalir di sepanjang aliran Curug Cipanji 1 hingga 3 masih sangat jernih dan alami, sehingga pembukaan wilayah ini sebagai objek wisata yang dikelola dengan baik mungkjn masih menimbulkan beberapa pemikiran tertentu.
Meskipun masih berupa potensi objek wisata, tidak ada salahnya berkunjung ke Curug Cipanji. Waktu yang tepat untuk mengunjungi Curug Cipanji yaitu selama Mei-Oktober karena pada sepanjang bulan tersebut merupakan musim kemarau. Debit air Curug Cipanji tidak terlalu besar dan medan menuju Curug Cipanji pun tidak akan terlalu sulit dengan adanya lumpur dan aliran air sungai yang deras. Air di Curug Cipanji selama musim kemarau tidak akan kering, dan selama musim hujan pun aliran airnya akan jernih karena lingkungannya yang masih alami dan belum rusak.