Secara administratif, Curug Cipendok berada di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Lokasinya yang tidak terlalu dari Kecamatan Ajibarang mengakibatkan sering terjadinya penyebutan lokasi air terjun ini. Sebagian orang mungkin akan beranggapan bahwa Curug Cipendok berlokasi di Kecamatan Ajibarang. Kecamatan Cilongok memang merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Ajibarang. Lokasi Curug Cipendok hanya berjarak 25 Km ke arah Barat dari Kota Purwokerto dan hanya berjarak 8 Km ke arah Timur dari Kecamatan Ajibarang. Untuk menuju Curug Cipendok dari arah Purwokerto tinggal ambil jalan menuju Bumiayu-Tegal. Jalur ini merupakan salah satu jalur alternatif utama lintas Selatan-Utara dengan kondisi yang sudah cukup baik dan ramai. Jalur ini akan melewati daerah yang bernama Losari, di Losari ini, ambil jalan yang menuju Kecamatan Cilongok. Dari lokasi ini, sudah terdapat papan penunjuk arah menuju Curug Cipendok. Rute jalur perjalanan dari arah Barat (Kota Tasikmalaya, Kecamatan Bumiayu), dari arah Utara (Kota Cirebon, Kota Tegal), Selatan (Kota Cilacap) ambil jalur melalui Kecamatan Ajibarang ke arah Timur hingga tiba di Losari. Di Losari, jalur menuju Curug Cipendok akan sama seperti jalur apabila tiba dari arah Kota Purwokerto.
Kondisi prasarana dan sarana kelengkapan jalan menuju Curug Cipendok sudah baik, hanya saja masih belum ada trayek angkutan umum yang resmi sampai tepat di parkiran Curug Cipendok. Salah satu cara untuk bisa mencapai Curug Cipendok adalah dengan menggunakan kendaraan pribadi, baik sepeda motor maupun mobil atau dengan mencarter angkutan umum. Medan jalan menuju Curug Cipendok dari Desa Losari akan didominasi oleh tanjakan dan jalan yang berkelok-kelok, tetapi kondisi jalannya cukup baik. Jalan dengan aspal yang cukup baik akan ditemui sepanjang jalan menuju parkiran Curug Cipendok yang berjarak kurang lebih 8 Km dari pertigaan Losari. Objek wisata Curug Cipendok berada di bawah pengelolaan swasta, dengan nama Wana Wisata Objek Wisata Curug Cipendok. Objek wisata Curug Cipendok, meskipun sudah dikelola oleh pihak swasta, tetapi masih termasuk ke dalam wilayah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur. Sebelum tiba di areal parkir, setiap pengunjung diharuskan membayar retribusi masuk kawasan objek wisata. Jalan dari gerbang masuk hingga ke area parkir merupakan jalan dengan lebar yang cukup sempit namun dalam kondisi yang cukup baik. Jalan ini berada di lereng Gunugn Slamet yang termasuk ke dalam areal hutan produksi dan hutan lindung dengan ciri utama hutan hujan tropis. Jarak dari areal parkir hingga tepat di depan Curug Cipendok sekitar 500 m. Untuk tiba di lokasi air terjun, pengunjung akan melewati jalan setapak dengan medan yang bervariasi, yaitu berupa tanjakan, turunan, dan jalan datar yang semuanya sudah difasilitasi dengan jalan setapak dan anak tangga yang terbuat dari batu. Bila hujan, pada beberapa titik di jalan setapak ini cukup licin, karena ada beberapa yang kondisinya rusak, terutama di lokasi yang sudah mendekati air terjun. Curah hujan di sekitar Curug Cipendok memang cukup tinggi, sehingga sebaiknya segala sesuatunya dipersiapkan dengan baik. Di sepanjang jalan setapak, baik di dekat area parkir sampai dekat air terjun akan banyak ditemui penjual makanan dan minuman yang berjualan hingga pukul 17.00.
Di kawasan Wana Wisata Curug Cipendok ini tidak hanya menyajikan objek wisata alam berupa air terjun, tetapi terdapat pula cottage, jogging & jungle trek, area outbond, serta bumi perkemahan. Semua fasilitas ini dibangun dengan harapan kawasan objek wisata Curug Cipendok dapat berkembang dan menjadi objek tujuan wisata utama selain objek wisata Batu Raden yang terletak tidak jauh dari Curug Cipendok. Hal ini didasari oleh keindahan dan suasana di sekitar Curug Cipendok yang masih alami dan dapat dimanfaatkan salah satunya untuk memajukan pariwisata di Kecamatan Cilongok khususnya. Curug Cipendok merupakan air terjun permanen dengan ketinggian 90 m dan merupakan salah satu air terjun tertinggi ke-10 dalam sebuah poling individual. Di sekitar air terjun utama, terdapat beberapa aliran air terjun kecil dan kolam yang bisa digunakan sebagai tempat untuk bermain air bagi pengunjung. Hal inilah yang menjadi salah satu daya tarik objek wisata Curug Cipendok. Selain dapat menikmati suasana alam yang masih alami, pengunjung juga dapat menikmati air yang masih segar dan jernih.
Curug Cipendok dapat dikalsifikasikan ke dalam tipe ‘Ledge’ dan ‘Cataract’ sebagai klasifikasi utamanya dan juga memiliki klasifikasi tipe ‘Scree’ dan ‘Punchbowl’ sebagai klasifikasi sekundernya. Aliran jatuhan air Curug Cipendok jatuh langsung secara vertikal tanpa menyentuh dinding air terjun pada saat proses jatuhannya. Selain jatuh secara vertikal, bentuk jatuhan air terjun ini juga menyerupai bentuk klasik air terjun yang belum terpengaruh oleh bentukan dinding air terjun yang sudah mengalami berbagai proses geologi. Volume air pada saat proses jatuhan cukup besar. Kondisi ini cukup sesuai dengan salah satu ciri dari tipe air terjun ‘Ledge’ dan ‘Cataract’. Aliran jatuhan sekunder Curug Cipendok membentuk air terjun dengan volume jatuhan air yang tidak terlalu besar dan mengalir di celah-celah bebatuan yang memiliki kemiringan sebagai dinding air terjunnya. Dengan adanya kemiringan pada dinding air terjun dan banyak terdapatnya celah-celah bebatuan, sebesar apapun volume jatuhan air terjun ini tidak akan sampai membentuk seperti kalsifikasi ‘Cataract’ atau pun ‘Plunge’. Kondisi ini cocok dengan salah satu ciri air terjun dengan tipe ‘Scree/Talus’. Tepat di samping aliran utama dan sekunder Curug Cipendok, terdapat aliran kecil air terjun non permanen yang akan ditemui ketika musim hujan. Aliran jatuhan ini membentuk air terjun kecil dengan klasifikasi tipe ‘Horsetail’ dan ‘Curtain’. Kecilnya volume jatuhan air menjadikan aliran jatuhannya melakukan kontak secara terus menerus dengan dinding air terjun. Ketika volume jatuhan airnya mencapai jumlah terkecil (tapi tidak sampai kering), maka aliran jatuhan airnya akan terpisah-pisah sehingga membentuk seperti benang halus yang menutupi dinding air terjun. Dinding air terjun ini memiliki undakan-undakan meskipun tidak terlalu terlihat, sehingga aliran jatuhan airnya tidak akan jatuh langsung secara vertikal. Kondisi ini cukup sesuai dengan salah satu ciri dari tipe ‘Curtain’ dan ‘Tiered’.
Curug Cipendok merupakan air terjun permanen, sehingga pada musim kemarau airnya tidak akan surut, bahkan, menurut pengelola, jumlah kunjungan wisatawan ke Curug Cipendok pada musim kemarau sedikit lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan pada musim hujan. Lokasi Curug Cipendok yang berada di areal hutan tropis menjadikan cuaca tidak dapat diprediksi, bahkan di musim kemarau sekalipun seringkali turun hujan meskipun tidak selebat dan selama ketika musim hujan. Jika ingin mengunjungi Curug Cipendok pada saat debit terbaiknya (besar) yaitu pada bulan Desember hingga Januari akhir, sedangkan bila ingin puas bermain air tetapi tidak ingin terlalu repot dengan cipratan atau pun hujan, maka waktu yang tepat untuk mengunjungi Curug Cipendok yaitu sekitar bulan Mei-Juni akhir dan Oktober hingga November akhir.
Nama Curug Cipendok bermula dari legenda yang masih berkaitan dengan sejarah Perang Diponegoro. Perang ini merupakan perang lima tahun (1825-1830) antara Pangeran Diponegoro melawan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Perang yang dimenangkan Belanda itu membuat seluruh wilayah kerajaan Surakarta termasuk wilayah Dulangmas, meliputi Kedu, Magelang, Banyumas berada dibawah kekuasaan pemerintahan kolonial. Perjanjian tersebut tertuang dalam perjanjian Dulangmas. Salah satu wilayah Banyumas yaitu Ajibarang, saat itu dipimpin oleh seorang Wedana bernama Raden Ranusentika. Pada saat itu diberi tugas untuk melakukan kerja rodi, berupa pembukaan hutan belantara di sekitar lereng Gunung Slamet untuk dijadikan area perkebunan. Sudah delapan bulan lamanya beliau memimpin pembukaan hutan di lereng Gunung Slamet, namun belum juga mendapatkan hasil. Senantiasa terjadi keanehan, pada saat pohon-pohon selesai ditebang, esoknya tubuh lagi seperti semula. Seolah-olah seperti belum pernah ditebang sama sekali. Kejadian ini terjadi berulang-ulang, sehingga membuat bingung dan pusing Raden Ranusentika. Karena baru kali ini menemukan permasalahan yang aneh, maka kemudian Raden Ranusentika berdoa dan bermohon kepada Tuhan dengan cara bertapa beberapa saat. Karena merasa belum mendapat petunjuk juga, beliau kemudian menyudahi bertapanya. Sembari mengusir kegundahan dan mencari jalan keluar, Raden Ranusentika pergi memancing ikan di dekat air terjun. Di tengah-tengahnya memancing, tiba-tiba beliau merasa kailnya seperti ditarik-tarik oleh ikan yang besar, sampai-sampai gagang pancingnya melengkung. Namun alangkah terkejutnya, saat pancingnya ditarik bukannya ikan yang didapat, melainkan sebuah barang mirip cincin yang merupakan pendok atau cincin warangka keris yang bersinar kuning keemasan. Ketika didekatkan, tiba-tiba Raden Ranusentika bisa melihat banyak sekali makhluk halus yang berada di hutan yang telah ditebang habis. Mereka semua yang selama ini menggagalkan pekerjaan Raden Ranusentika. Atas usulan Breden Santa, seorang kepala pekerja, air terjun dimana Raden Ranusentika menemukan pendok keris, dinamakan Curug Cipendok. Berasal dari kata curug yang berarti air terjun dan pendok atau cincin dari bilah keris.