Selain objek wisata Gua Buni Ayu, di jalur Kota Sukabumi – Sagaranten ini pun masih ada objek wisata berupa air terjun yang menarik untuk dikunjungi. Curug Cirajeg di Kecamatan Purabaya mungkin masih terdengar asing. Diperlukan waktu tempuh normal sekitar 1-2 jam dari Kota Sukabumi ke Kecamatan Purabaya. Untuk menuju Kecamatan Purabaya, ambil arah Baros dari Kota Sukabumi, kemudian ikuti jalan menuju Sagaranten. Kondisi jalan dari Baros hingga Purabaya tidak terlalu baik, terutama di Kecamatan Nyalindung. Permukaan banyak yang bergelombang dan lubang yang cukup dalam. Lalu lintas di sini banyak didominasi oleh truk, kendaraan pribadi, angkot dan sepeda motor. Jalur ini termasuk jalur yang lumayan ramai hingga sore hari. Menjelang malam, lalu lintas kana lebih banyak didominasi oleh truk. Tidak ada lampu penerangan jalan kecuali dari permukiman penduduk di sepanjang jalan. Bila menggunakan kendaraan umum, bisa naik bus kecil jurusan Sagaranten dan turun di Pasar Purabaya atau naik ELF jurusan Purabaya, ELF jurusan Sagaranten dan turun di Pasar Purabaya. Dari Pasar Purabaya tidak ada angkutan umum, sehingga bisa meminta bantuan penduduk dengan mencarter pick up, angkot (dari Terminal Purabaya) ataupun mencari ojek (bila ada). Medan jalan dari Kecamatan Baros sampai Kecamatan Purabaya lebih banyak tanjakan dan berkelok-kelok.
Curug Cirajeg secara administratif terletak di Dusun Cirajeg, Desa Neglasari, Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Ada beberapa jalan masuk menuju Dusun Cirajeg dan yang termudah adalah yang masuk di jalan kecil di Pasar Cirajeg. Bila kesulitan bisa menanyakan pada warga jalan menuju Curug Cirajeg. Jalur dari Pasar Purabaya akan melewati permukiman penduduk dan berikutnya akan melalui area perkebunan yang cukup luas. Kontur di daerah ini berupa perbukitan. Kondisi jalan setelah permukiman di belakang Pasar Purabaya akan semakin buruk, terutama di perkebunan menuju Desa Neglasari. Memasuki area perkebunan hingga Desa Neglasari, jalan akan berubah menjadi batu dan akan sangat licin ketika hujan turun. Jarak permukiman penduduk sedikit jauh sehingga pastikan kondisi kendaraan cukup mendukung. Untuk menuju Desa Neglasari dari Pasar Purabaya cukup ikuti jalan utama, jika bertemu persimpangan, tanyakan pada warga yang lewat. Jalan menuju Desa Neglasari memang sedikit membingungkan karena ada beberapa persimpangan jalan, oleh karena itu disarankan untuk minta antar warga atau banyak bertanya pada warga.
Setibanya di Desa Neglasari, terus ikuti jalan utama yang masih berupa batu dan lumpur jika hujan dengan medan yang berupa perbukitan. Ikuti terus jalan utama hingga Dusun Cirajeg yang diandai adanya lapangan cukup luas di sisi kiri jalan. Dari Desa Neglasari ke Dusun Cirajeg pun akan ditemui beberapa persimpangan, ikuti terus jalan utama yang ukuran jalannya lebih besar dan kondisinya lebih baik dibandingkan percabangan jalan lainnya. Jalur Desa Neglasari menuju Dusun Cirajeg pun sebagian besar berada di dalam areal perkebunan sehingga permukiman penduduk akan jarang ditemui. Tidak disarankan untuk melintas di jalur ini ketika mulai gelap, karena tidak ada penerangan jalan dan kondisi jalan yang buruk. Setibanya di Dusun Cirajeg, ambil jalan yang menuju lapangan bola ke permukiman penduduk.
Jalan ini merupakan jalan desa yang sangat sempit. Jika musim hujan akan sedikit sulit untuk masuk ke jalur ini, karena selain sempit, jalannya pun akan berlumpur dan ada beberapa jalan yang dihubungkan dengan batang kayu seadanya. Jalan ini akan turun hingga bertemu dengan pematang sawah. Kendaraan roda empat hanya akan bisa sampai di lapangan bola, sedangkan kendaraan roda dua dapat sampai ke prumah terakhir tepat sebelum pematang sawah. Tidak ada lahan parkir, hanya lahan seadanya di depan rumah warga, sehingga sebaiknya meminta izin untk menitipkan motor dan memarkirkannya dengan rapih. Perjalanan kemudian diteruskan dengan berjalan kaki. Warga sekitar sudah tahu lokasi Curug Cirajeg, sehingga jangan ragu bertanya.
Jalan setapak menuju Curug Cirajeg yaitu mengarah ke hilir sungai. Dari jalan setapak, ambil kanan di pematang sawah pertama, kemudian ambil kanan lagi ke arah hilir. Warga di sana menyebutkan ke arah Lebak yang artinya bawah. Pematang sawah yang menjadi jalur utama cukup sempit dan harus menyeberangi aliran irigasi dengan jembatan dari satu batang bambu kecil seadanya. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan menyusuri aliran irigasi sampai ke area sawah yang lebih luas lagi. Ikuti jalan yang sedikit lebar tapi ambil yang mengarah ke aliran sungai. Ada beberapa titik yang jalannya sedikit berlumpur dan dibuatkan tangga dari batu karena jarak antar pematang sawahnya sedikit tinggi. Ada juga jalan setapak yang sedikit melipir aliran irigasi yang tertutup semak belukar. Sebaiknya berhati-hati memilih pijakan, karena tidak semua tanah dan batunya stabil. Ada juga titik dimana memang jalurnya harus sedikit masuk ke lumpur. Perjalanan menuju Curug Cirajeg dari Dusun Cirajeg memakan waktu tempuh normal sekitar 20 menit dengan medan yang dominan turunan. Sebenarnya di aliran sungai di atas Curug Cirajeg ada dua turunan. Bagian pertama, memang masih belum dapat disebut sebagai air terjun karena ketinggiannya masih kurang dari persyaratan air terju, sehingga masih termasuk ke dalam klasifikasi jeram. Tingkatan ke dua sudah berupa air terjun hanya saja belum ada akses untuk mendekatinya.
Air dari Curug Cirajeg sedikit keruh sebagai tanda adanya trasnportasi sedimen yang kebanyakan berupa tanah dari area sawah di sekitar Curug Cirajeg. Sampah yang ada di sekitar Curug Cirajeg sebagian besar berupa bekas tumpukan jerami dan ranting pohon. Jumlah pengunjung yang masih sangat jarang juga menjadi salah satu faktor masih bersihnya lingkungan di sekitar Curug Cirajeg. Areal Curug Cirajeg bisa dikatakan cukup sempit. Bahkan untuk sekedar tempat beristirahat pun hanya diatas tumpukan jerami ayang cukup tebal dan tanah di salah satu petak sawah yang mengeras. Jika hujan atau matahari sedang terik, sangat minim tempat untuk berteduh.
Curug Cirajeg merupakan air terjun yang berada di tengah areal sawah yang cukup luas. Warna putih air terjun sangat kontras dengan hijau/kuning area persawahan dan batuan dinding air terjun yang hitam. Nama Cirajeg juga menjadi penamaan sebuah Sesar yang kemungkinan besar membentuk Curug Cirajeg, yaitu Sesar Cirajeg (Lag left slip fault). Hal ini sedikit menjelaskan pembentukan Curug Cirajeg dan bentuk dinding air terjun Cirajeg yang jika dilihat dari jauh memiliki garis horizontal yang sedikit miring. Curug Cirajeg dapat diklasifikasikan ke dalam tipe air terjun Block Waterfall, Horsetail Waterfall Tiered Waterfall dapat menjadi klasifikasi air terjun ini meskipun belum sempurna. Tidak ada kolam di bawah Curug Cirajeg, hal ini salah satunya menandakan bahwa batuan dinding Curug Cirajeg termasuk ke dalam jenis yang tahan terhadap erosi. Curug Cirajeg termasuk ke dalam air terjun semi permanen, karena bila hujan tidak terus menerus turun, volume jatuhan airnya akan sangat kecil.
Kecamatan Purabaya merupakan kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Jampang Tengah pada 2001 lalu. Luas wilayah Kecamatan Purabaya seluas 10.498,145 Ha terdiri dari Sawah 1.206 Ha, bukan sawah 1.161 Ha dan pertanian 9.958 Ha. Bentuk fisik Kecamatan Purabaya didominasi oleh daerah berombak sampai berbukit yang meliputi hampir 50% dari total bentuk morfologi fisik Kecamatan Purabaya. Sebagian besar areal di Kecamatan Purabaya berupa lahan peruntukan hutan dan perkebunan yang cukup subur. Jarak Kecamatan Purabaya dari Ibukota Kabupaten Sukabumi (Palabuhanratu) sekitar 94 Km dengan waktu tempuh normal 3 jam. Jarak Kecamatan Purabaya dari Kota Bandung sekitar 135 Km dengan waktu tempuh normal 5 jam. Jarak Kecamatan Purabaya dari Jakarta sekitar 180 Km dengan waktu tempuh normal 5 jam. Kecamatan Purabaya berada pada ketinggian 600 m atas muka laut dengan suhu udara berkisar antara 250C – 350C, curah hujan 2.115 mm/tahun dengan kelembaban 600C – 900C. Potensi yang dimiliki Kecamatan Purabaya selain Curug Cirajeg antara lain hasil pertanian, perkebunan, perdagangan yang diadakan setiap Jumat di Pasar Desa Purabaya, peternakan, kerajinan akar, ijuk, batu aji, dan gula aren.
Sumber lainnya:
http://www.kecamatanpurabaya.web.id/