Secara administratif, Curug Cisabuk berada di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur. Curug Cisabuk ini dapat dilihat dari pinggir jalan utama Rancabali-Naringgul-Cidaun. Nama Cisabuk merupakan nama yang diberikan oleh warga sekitar karena bentuk jatuhan airnya lurus dan memanjang, seperti sabuk. Nama resmi untuk air terjun ini masih belum ditetapkan hingga saat ini. Akses menuju Curug Cisabuk masih cukup sulit dan harus melalui medan yang cukup berbahaya. Lama perjalanan menuju Curug Cisabuk dimulai dari Desa Balegede dan akan memakan waktu selama 1,5 jam apabila musim kemarau.
Untuk dapat mencapai air terjun ini cukup ikuti jalur utama Rancabali – Naringgul – Cidaun hingga tiba di Desa Balegede. Kondisi jalan menuju Desa Balegede sudah cukup baik, karena pada awal tahun 2014 sudah dilakukan pekerjaan peningkatan jalan dan perbaikan saluran irigasi di sepanjang jalur utama menuj pesisir Selatan Jawa Barat, termasuk jalur menuju Cidaun. Kondisi jalan sudah cukup baik dengan perkerasan aspal, meskipun masih tidak ada penerangan jalan di sepanjang jalur. Hambatan yang paling utama untuk menuju Curug Cisabuk ini salah satunya yaitu bentangalam yang berupa perbukitan terjal, sering turunnya kabut yang cukup tebal di sekitar Gunung Sumbul, serta jalan yang berkelok-kelok dengan ukuran yang tidak terlalu lebar. Medan yang cukup sulit akan ditemui di lereng Gunung Sumbul, terutama di ‘Tanjakan Seribu’. Tanjakan Seribu ini merupakan turunan yang cukup panjang hingga menuju perbatasan Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Cianjur.
Bagi yang belum terbiasa bepergian jauh dengan medan yang cukup sulit, maka tidak disarankan untuk melintas di daerah ini setelah pukul 16.00 karena kabut tebal bahkan gerimis akan turun. Daerah ini memang salah satu daerah dengan curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. Kabut di daerah ini sangat tebal dan tidak ada permukiman penduduk serta arus lalu lintasnya sangat sepi. Hal ini yang menjadikan daerah ini sebagai lokasi yang rawan kecelakaan dan rawan tidak kriminal. Di ujung Tanjakan Seribu hanya terdapat dua warung kecil yang biasa digunakan sebagai tempat beristirahat ataupun menunggu kabut tebal sedikit mereda. Suhu udara di daerah ini cukup dingin, terlebih pada musim kemarau di atas pukul 17.00. Kondisi medan menuju tepat di bawah Curug Cisabuk ini masih sangat sulit. Jalan setapak yang harus dilalui merupakan pematang sawah hingga ke tepi sungai tanpa adanya petunjuk arah. Untuk menyeberangi sungai pun tidak ada jembatan, sehingga harus sangat berhati-hati memilih pijakan pada batu kali. Bila kondisi air sungai sedang meluap, disarankan untuk tidak nekat menyeberang. Setelah menyeberangi Sungai Cipandak, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri tepian tebing hingga ke bawah air terjun. Lamanya waktu yang diperlukan sekitar dua jam perjalanan.
Curug Cisabuk dapat diklasifikasikan ke dalam air terjun non permanen, karena pada musim kemarau, terlebih puncak musim kemarau, aliran airnya akan kering total. Curug Cisabuk termasuk ke dalam tipe ‘Horsetail’ dan ‘Tiered’ sebagai klasifikasi utamanya. Aliran jatuhan air jatuh langsung secara vertikal dari ujung tebing dan mempertahankan kontak dengan dinding air terjun selama prosesnya. Jatuhan air secara vertikal terbagi ke dalam tiga tahapan dengan bentuk yang kurang lebih sama. Pada jatuhan air di tingkat terakhir airnya dialirkan menuju Sungai Cipandak. Hal inilah yang mendasari penetapan tipe ‘Horsetail’ dan ‘Tiered’ sebagai klasifikasi utamanya. Curug Cisabuk sebagai air terjun non permanen tentu memiliki waktu tertentu untuk dikunjungi, yaitu sekitar bulan November-Maret ketika volume airnya besar, dan pada bulan Maret-Juni ketika volumenya sedikit kecil.