CURUG NYOGONG


Secara administratif, Curug Nyogong berada di Kampung Sawah Pasir, Desa Mekarwangi, Kecamatan Cihurip, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Nyogong memiliki arti menikung. Hal ini mencerminkan aliran jatuhan Curug Nyogong yang memang sedikit berbelok dari aliran utama di atasnya, yaitu Curug Cialeuan. Secara keseluruhan, tingkat pencapaian menuju lokasi Curug Nyogong cukup mudah. Kunjungan wisatawan ke Curug Nyogong saat ini masih didominasi oleh wisatawan lokal di sekitar Kecamatan Cihurip ataupun Kecamatan Cikajang. Curug Nyogong merupakan salah satu potensi wisata air terjun andalan yang berada di Kecamatan Cihurip selain Curug Cibadak yang saat ini juga tingkat kunjungannya masih rendah.

Patokan awal yang paling mudah untuk menuju Curug Nyogong adalah dari Kota Garut. Arahkan kendaraan menuju arah Pameunpeuk. Kondisi jalan sepanjang Kota Garut hingga Kecamatan Bayongbong pada saat akhir pekan akan cukup ramai, sehingga disarankan untuk masuk Kota Garut sekitar jam 06.00 WIB. Kondisi jalan yang akan dilalui cukup baik hingga Kecamatan Cikajang dan relatif tidak terlalu banyak berkelok-kelok. Selepas Kecamatan Cikajang, medan akan mulai memasuki daerah pegunungan. Jalan berkelok khas wilayah Selatan Jawa Barat akan menjadi medan utama hingga tiba di pertigaan Kecamatan Cihurip.

Pada pagi hari dan selepas pukul 17.00 WIB, udara di sekitar perkebunan Cikajang akan sangat dingin, disarankan untuk mengenakan pakaian yang sesuai dengan medan dan cuaca yang akan dilalui. Kabut cukup tebal biasanya turun menjelang sore hingga sekitar pukul 19.00 WIB. Arus lalu lintas di jalur ini cukup ramai, baik pagi, siang, maupun malam. Pada sore hingga malam, kendaraan yang melintas didominasi oleh ELF. Jalur ini merupakan jalur utama dari Kota Garut menuju Kecamatan Pameungpeuk, lokasi Pantai Santolo yang merupakan objek wisata andalan Kabupaten Garut.

Dari Kota Garut, ikuti terus jalan utama hingga tiba di Kecamatan Bayongbong. Setelah alun-alun Kecamatan Bayongbong akan ditemui pertigaan pada koordinat -7.271900, 107.813825. Ambil arah kanan di pertigaan ini. Pertigaan ini merupakan pertemuan jalan dari jalur Samarang dengan jalur yang melalui Garut kota dan dicirikan dengan adanya pasar. Selepas pertigaan ini, arus lalu lintas akan sedikit ramai. Setelah pertigaan Bayongbong, patokan berikutnya yaitu Pasar Cisurupan. Pasar Cisurupan sudah tidak akan asing lagi, karena merupakan patokan utama menuju Gunung Papandayan, salah satu objek wisata andalan Kabupaten Garut. Ikuti jalan utama menuju Cidatar dan Cikajang. Selepas Pasar Cisurupan, arus lalu lintas akan sedikit lebih sepi dan kondisi jalan akan menjadi lebi lebar.

Patokan berikutnya yaitu Pertigaan Papanggungan yang berada pada koordinat -7.347190, 107.801105. Ambil arah kiri atau yang mengarah ke Cikajang dan Pameungpeuk. Patokan berikutnya yaitu pusat Kecamatan Cikajang. Ikuti terus jalan utama hingga memasuki Perkebunan teh. Patokan berikutnya yaitu objek wisata Batu Tumpang yang berada tepat di pinggir jalan. Arus lalu lintas di jalur ini pada akhir pekan akan cukup ramai, baik oleh angkutan umum yang memang beroperasi pada jalur ini, maupun kendaraan yang touring menuju pesisir Garut Selatan.

Setelah melewati Batu Tumpang, jalan akan sedikit mengecil dan akan semakin berkelok-kelok. Jarak antar tikungan cukup dekat, sehingga harus berhati-hati, karena tidak jarang bus besar pun melintas di jalur ini pada akhir pekan. Kondisi jalan sangat bagus, meskipun tidak ada lampu penerangan jalan ketika kabut tebal mulai turun di jalur ini. Setelah jalur dengan pemandangan perkebuna teh dan deretan perbukitan, jalur akan memasuki wilayah Gunung Gelap. Pada jalur ini, di sisi kiri jalan merupakan jurang yang sangat dalam dan pada dasarnya mengalir aliran Ci Sanggiri. Sungai Cisanggiri merupakan aliran sungai yang kemudian sebagian akan jatuh menjadi Curug Cialeuan dan Curug Nyogong.

Patokan menuju Kecamatan Cihurip berada pada koordinat -7.486887, 107.835408. Pada koordinat ini, terdapat jalan kecil dengan gapura bertuliskan Kecamatan Cihurip di sisi kiri jalan jika datang dari arah Kota Garut. Ambil jalan menuju gapura. Jalan ini sudah masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Cihurip, sedangkan jalan raya utamanya masih termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Cikajang. Setelah gapura, medan akan terus menurun hingga ke dasar perbukitan. Turunan setelah gapura hingga ke dasar perbukitan cukup curam, tetapi kondisi jalannya sudah sangat baik. Pada dasar perbukitan, jalan akan menyeberangi aliran Ci Sanggiri yang akan sangat deras dan keruh ketika musim hujan.

Medan yang dilalui setelah menyeberangi aliran Ci Sanggiri akan terus menanjak hingga berada kembali di puncak perbukitan. Tanjakan cukup curam dan panjang, tetapi kondisi jalannya sudah sangat baik. Tanjakan panjang akan berakhir di puncak salah satu bukit, kemudian jalan akan kembali sedikit datar. Pemandangan di sisi kanan jalan sedikit demi sedikit akan terbuka. Hamparan perbukitan terjal, desa-desa yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Cihurip, hamparan sawah dan hutan, serta garis pantai di pesisir Selatan Kabupaten Garut akan menjadi pemandangan utama. Sisi kanan dan kiri jalan akan didominasi oleh lahan kebun dan hutan produksi warga dan belum ada permukiman.

Ikuti terus jalan utama dengan medan yang kembali menurun panjang hingga tiba di persimpangan pada koordinat -7.485728, 107.855556. Ambil kanan pada koordinat ini. Kondisi jalan akan semakin mengecil dan akan semakin rusak. Di beberapa titik, bahkan perkerasan jalan akan berubah menjadi batu dan lumpur ketika musim hujan. Medan yang dilalui masih akan didominasi turunan curam dan panjang. Jarak antar permukiman cukup jauh dan di kanan serta kiri jalan akan didominasi oleh perkebunan dan jurang yang bagian dasarnya merupakan area sawah. Ada dua jalan yang dapat dilalui untuk menuju titik akhir berkendara menuju Curug Nyogong.

Jalan pertama yaitu mengambil arah kanan pada koordinat -7.498578, 107.843399 menuju kantor Desa Mekarwangi. Kendaraan dapat disimpan di sekitar halaman kantor Desa Mekarwangi dan kemudian perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Jalur kedua yaitu yang terus mengikuti jalan desa pada koordinat -7.498578, 107.843399 hingga tiba di koordinat -7.504860, 107.841530. Pada koordinat ini, kendaraan dapat dititipkan di rumah warga atau di warung. Jalan masuk menuju Curug Nyogong berada di dekat koordinat tersebut dan hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki.

Menurut penuturan salah seorang warga, sebelumnya, motor pun dapat melintas hingga tiba di persimpangan menuju bendungan mikrohidro, namun, karena tidak adanya pemeliharaan dan masih rendahnya tingkat kunjungan ke Curug Nyogong, jalur tersebut pun menjadi rusak dan hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki. Rute pertama yang melalui kantor Desa Mekarwangi medan dominannya adalah turunan jika menuju Curug Nyogong. Jalur kedua relatif lebih banyak menanjak tetapi tidak terlalu panjang dan curam. Jalur kedua merupakan jalur masuk dari Kampung Sawah Pasir yang akan dibahas pada tulisan kali ini.

Jalan setapak menuju Curug Nyogong dari Kampung Sawa Pasir pertama-tama akan melewati permukiman penduduk kemudian masuk ke jalan setapak di pinggir sawah. Jalur kemudian akan masuk ke kebun, medan mulai menanjak tetapi cukup landai. Jalan setapak inilah yang dulunya masih dapat dilalui oleh sepeda motor. Ujung jalan setapak ini akan bertemu dengan percabangan jalan dari arah kantor Desa Mekarwangi dengan jalur yang menuju bendungan mikrohidro. Titik pertemuan ketiga jalur ini berada di sebuah dataran terbuka dengan pemandangan yang cukup menarik.

Tepat di depan dataran ini menjulang tinggi perbukitan dengan lapisan tanah yang berwarna kehitaman dan sedikit tandus dihiasi dua aliran air terjun yang indah dari puncak bukit di kedua sisinya. Aliran air terjun di sisi kiri (bila menghadap tebing) merupakan Curug Cibalinaga yang hingga saat ini tidak terdapat akses jalan, bahkan warga setempat pun cukup kesulitan untuk mendekati aliran jatuhan Curug Cibalinaga ini. Aliran Curug Cibalinaga ini akan terlihat sangat jelas di titik terakhir berkendara jika memilih jalan setapak dari Kampung Sawah Pasir.

Aliran air terjun di sisi kanan (bila menghadap tebing) merupakan aliran Curug Cialeuan yang juga merupakan tingkatan di atas Curug Nyogong. Posisi titik jatuhan tertinggi Curug Cialeuan berada jauh di bawah titik jatuhan tertinggi Curug Cibalinaga. Bukit yang menjadi tempat Curug Cialeuan dan Curug Nyogong pun puncaknya masih lebih rendah dibandingkan puncak bukit tempat aliran jatuha Curug Cibalinaga.

Setelah titik pertemuan dengan dua jalur lainnya, jalan setapak menuju Curug Nyogong selanjutnya hanya akan ada satu jalur, yaitu menyusuri saluran irigasi. Medan yang dilalui dari sini didominasi oleh turunan dan jalur yang dilalui masih berupa jalan setapak tanah seperti dari titik awal jalan setapak di perkebunan. Medan jalan kemudian datar setelah menyusuri aliran irigasi. Beberapa titik di saluran irigasi ini rusak berat bahkan terputus karena longsor, sehingga jalan harus sedikit turun ke jalan setapak sebelum kemudian menyusuri saluran irigasi kembali. Total waktu yang diperlukan untuk berjalan kaki menuju Curug Nyogong dari Kampung Sawah Pasir kurang lebih sekitar 40 menit dengan total jarak kurang lebih 1 Km.

Curug Nyogong merupakan tingkatan kedua setelah Curug Cialeuan dan merupakan air terjun permanen. Pada musim kemarau, aliran jatuhannya akan mengecil dan air di kolam Curug Nyogong akan berwarna kebiruan. Pada musim hujan, aliran jatuhan Curug Nyogong sangat deras dan air kolamnya berwarna cokelat. Curug Cibalinaga merupakan air terjun non permanen. Pada musim kemarau, terutama puncak musim kemarau, aliran jatuhannya akan mengering. Pada musim hujan, aliran jatuhan Curug Cibalinaga tidak akan sederas Curug Cialeuan dan Curug Nyogong. Sumber aliran Curug Cialeuan dan Curug Nyogong adalah aliran Sungai Cisanggiri yang berhulu di sekitaran hutan Gunung Gelap, Kecamatan Cikajang. Aliran dari Curug Cialeuan, Curug Nyogong, dan Curug Cibalinaga akan bertemu pada satu aliran sungai yang kemudian dijadikan sebagai sumber aliran Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kecamatan Cihurip.

Curug Cialeuan dapat diklasifikasikan ke dalam tipe Horsetail sebagai klasfikasi utama dan Ribbon sebagai klasifikasi sekundernya. Curug Nyogong dapat diklasifikasikan ke dalam tipe Punchbowl sebagai klasifikasi dominan, tipe Cataract & Plunge sebagai kalsifikasi dominan pada musim hujan dan tipe Horsetail sebagai klasifikasi utama pada musim kemarau. Jika dilihat dalma satu aliran jatuhan, maka Curug Cialeuan dan Curug Nyogong memiliki klasifikasi dominan Tiered/Multi Step. Curug Cibalinaga secara umum dapat dikalsifikasikan ke dalam tipe Multi Step/Tiered. Hal ini dipengaruhi oelh adanya kurang lebih tujuh tingkatan jatuhan dalam aliran Curug Cibalinaga. Klasifikasi berikutnya yang cukup dominan adalah tipe Horsetail karena selama proses jatuhannya aliran air mengenai dinding air terjun. Klasifikasi berikutnya yaitu Ribbon karena aliran jatuhan mengalir melalui celah sempit yang cukup panjang namun tidak terlalu deras.


About Dya Iganov

Penyuka traveling, tidak hanya mendaki gunung, tapi juga touring, rafting, explore, city tour, kemping ceria, susur pantai, dll