PURA MANDHARA GIRI SEMERU AGUNG


Pura Mandhara Giri Semeru Agung berada di Desa Sumberagung, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Lebih tepatnya, Pura Mandhara Giri Semeru Agung berada di Jalan Serma Dohir pada koordinat -8.091197, 113.088263. Berdasarkan sumber berikut, penamaan, status, dan pengelola pura ditetapkan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Adapun ketetapannya sebagai berikut: nama Pura Mandhara Giri Semeru Agung dengan status Pura Kahyangan Jagat, tempat memuja Hyang Widhi Wasa.

Sejarah pembangunan Pura

Berdasarkan beberapa sumber, Awalnya Pura Mandara Giri Semeru berada diatas tanah pekarangan yang luasnya hanya 25 meter x 60 meter. Tempat ini merupakan keinginan dari masyarakat Hindu di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur untuk membangun sebuah Bangunan Suci berupa Pura. Saat itu untuk mewujudkannya merupakan hal yang tidak mudah dicapai. Keinginan ini berawal sejak diadakannya tradisi nuur tirta (memohon air suci) dari Bali langsung ke Patirtaaan Watu Klosot yang terletak di kaki Gunung Semeru. Hal ini berkaitan dengan upacara Agung Karya Ekadasa Rudra yang dilaksanakan di Pura Agung Besakih pada Maret 1963. Kegiatan nuwur tirta kembali dilaksanakan pada tahun 1979 saat upacara Ekadasa Rudra di Pura Agung Besakih.

Sejak itu dimulailah tradisi rutin nuur tirta dan Kawasan Gunung Sumeru dengan mata air suci Watu Kelosot pun makin dikenal kalangan umat Hindu di Bali maupun di luar Bali. Sebelumnya para pandita ataupun sulinggih biasanya cukup hanya ngaskara atau ngayat ke Gunung Semeru. Tujuannya untuk memohon kehadapan Hyang Siwa Pasupati yang diyakini berstana di puncak Gunung Semeru. Namun seiring kemajuan teknologi transportasi dan niat untuk nuur atau mendak tirta secara langsung ke Gunung Semeru pun dilaksanakan oleh pemedek dari Bali.

Saat ngiring nuur tirta terdapat kendala dikala pemedek harus menginap semalam untuk beristirahat karena perjalanan yang cukup lama. Dan tidak etis rasanya untuk menginap sambil ngiring tirta yang baru saja ditunas dimohonkan dengan tulus iklas. Oleh karena itu munculah keinginan untuk mendirikan tempat suci di sekitar Gunung Semeru. Pendirian pura di kawasan ini sangatlah tepat. Dikarenakan kawasan ini secara historis juga merupakan kawasan suci semasa Jawa Kuno. Sebagaimana dapat disusuri dari sumber kesusastraan Nagarakertagama berbahasa Jawa Kuno. Letaknya Pura ini pun berada di Kaki Gunung Semeru yang merupakan Gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Izin lokasi pendirian pura diajukan, namun hal ini ditolak Bupati Lumajang. Alasannya karena tempat sempit dan dekat pemukiman non-Hindu. Setelah adanya musyawarah, akhirnya dipilih lokasi berdirinya pura saat ini. Awalnya Pura hanya berada di sebuah pekarangan dengan luas hanya 25 x 60 meter. Seiring waktu dan dengan perjuangan masyarakat sekitarnya serta bantuan dari Umat Hindu di Indonesia hingga akhirnya 3 tahun kemudian, areal tanah berkembang menjadi dua hektar dan ijin mendirikan Pura disetujui. Bangunan Pura yang awalnya nampak sederhana, kini sudah menjadi sangat megah. Bangunan pun menjadi semakin lengkap dengan sarana dan fasilitas untuk pemedek yang tangkil ke Pura Mandara Giri Semeru.

Tata Letak Bangunan di dalam Pura

Berdasarkan berbagai sumber, Di Pura Mandara Giri Semeru Agung, tak semua ruang boleh dimasuki masyarakat umum dengan bebas. Ada banyak larangan keras untuk wanita yang sedang  haid/datang bulan. Untuk tingkatan paling atas, hanya untuk persembahyangan dan meditasi, tingkatan kedua atau madya, pelataran yang biasa untuk kegiatan keagamaan, seperti pernikahan, dan acara upacara keagamaan.

Bangunan fisik dari Pura Mandara Giri Semeru Agung saat ini sudah dilengkapi dengan Candi Bentar (apit surang) di jaba sisi dan Candi Kurung (gelungkuri) di jaba tengah. Di areal ini dibangun Bale Patok, Bale Gong, Gedong Simpen, dan Bale Kulkul. Ada juga Pendopo, Dapur Suci sebagai dapur khusus dan Bale Matandingan. Di jeroan areal utama terdapat Pangapit Lawang, Bale Ongkara, Bale Pasanekan, Bale Gajah, Bale Agung, Bale Paselang, Anglurah, Tajuk, dan Padmanabha sebagai bangunan suci utama dan sentral. Di lokasi agak menurun pada sisi Timur, dibangun Pasraman Sulinggih, Bale simpen peralatan dan dua Bale Pagibungan selain dapur. Sedangkan di sisi Selatan berdiri Wantilan yang megah dan luas. Panitia juga menyiapkan pembangunan kantor Sekretariat Parisada, perpustakaan dan gerbang utama Waringin Lawang.

Akses Menuju Pura Mandhara Giri Semeru Agung

Malang – Pura Mandhara Giri Semeru Agung

Arahkan kendaraan menuju Turen dari Kota Malang. Setiba di Turen, ambil jalur menuju Lumajang melalui Jalan Raya Malang – Lumajang. Jalur ini akan melewati Dampit, Ampelgading, Pronojiwo, kemudian Candipuro. Jalur ini pun akan melewati Jembatan Gladak Perak sebagai patokan pertama. Setelah Jembatan Gladak Perak, patokan kedua yaitu Tugu Candipuro. Tugu Candipuro berada pada koordinat -8.185536, 113.073861. Ambil arah kiri di Tugu Candipuro menuju Jalan Letjen Sutoyo. Ikuti jalan utama hingga bertemu persimpangan pertama pada koordinat -8.154987, 113.082019. Ambil arah kiri pada persimpangan ini, lalu di persimpangan berikutnya, ambil arah kanan. Selanjutnya, akan ditemui persimpangan pada koordinat -8.153753, 113.082264, ambil arah kanan.

Ikuti terus jalan utama, hingga jalan berujung di persimpangan pada koordinat -8.150202, 113.096520. Ambil arah kiri pada persimpangan ini menuju arah Pasrujambe. Ikuti jalan utama hingga tiba di persimpangan pada koordinat -8.141858, 113.085245. Ambil arah kanan pada persimpangan ini. Ikuti jalan utama hingga tiba di persimpangan pada koordinat -8.130756, 113.095936. Ambil arah kiri pada persimpangan ini. Ikuti jalan utama hingga jalan memasuki areal persawahan. Saat memasuki areal persawahan, akan ditemui persimpangan pertama pada koordinat -8.117191, 113.073138. Ambil kanan pada persimpangan ini. Ikuti jalan utama hingga memasuki Jalan Sikyang. Tepat di ujung Jalan Sikyang, akan ditemui persimpangan dengan jalan raya utama. Persimpangan ini berada pada koordinat -8.099660, 113.092587. Ambil arah kiri pada persimpangan ini menuju Pasar Senduro.

Tepat setelah Pasar Senduro, akan ditemui persimpangan, ambil arah kanan menuju Jalan Serma Dohir, lokasi Pura Mandhara Giri Semeru Agung. Secara keseluruhan, kondisi jalan sangat baik. Meskipun rute yang digunakan menggunakan jalan pintas melalui jalan desa. Total jarak dari Kota Malang adalah sekitar 112 Km dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam 31 menit.

Lumajang – Pura Mandhara Giri Semeru Agung

Bila datang dari arah Kota Lumajang, patokan pertama yaitu Monumen Adipura. Monumen Adipura berada pada koordinat -8.133169, 113.222435. Arahkan kendaraan menuju Jalan Kapten Kyai Ilyas. Ikuti jalan utama hingga bertemu Jalan Semeru. Ikuti terus Jalan Semeru hingga tiba di Pasar Senduro. Tepat setelah Pasar Senduro, akan ditemui persimpangan, ambil arah kanan menuju Jalan Serma Dohir, lokasi Pura Mandhara Giri Semeru Agung. Total jarak dari Kota Lumajang adalah sekitar 18,5 Km dengan waktu tempuh kurang lebih 28 menit.

Pura Mandhara Giri Semeru Agung dapat dicapai dengan menggunakan sepeda motor, segala jenis mobil, ELF, bahkan bus. Area parkir Pura Mandhara Giri Semeru Agung pun sudah dapat mengakomodir semua jenis kendaraan. Hal ini dikarenakan pada saat acara besar Umat Hindu, tidak sedikit rombongan bus dari Bali yang berkunjung ke Pura Mandhara Giri Semeru Agung.


About Dya Iganov

Penyuka traveling, tidak hanya mendaki gunung, tapi juga touring, rafting, explore, city tour, kemping ceria, susur pantai, dll