PURWOKERTO – WONOSOBO 30 MEI 2022


SPOT RANDUJAJAR 3

SPOT RANDUJAJAR 3

Motoran hari kedua. Ini adalah trek tergalau buat saya. Idealnya atau umumnya kalau mau ke Wonosobo start dari Purwokerto, tinggal ikuti saja Jalan Nasional ke arah Purbalingga, Banjarnegara, sampai deh Wonosobo. Medan jalan mudah, kondisi jalan baik, rute ramai, dan yang pasti 2-3 jam juga sudah sampai. Berhubung beberapa tahun ke belakang saya dapat cukup banyak referensi jalur asik yang tersebar di seluruh area Pegunungan Serayu Utara, jadi banyak juga rute yang bikin saya penasaran. Untungnya, ada satu tempat yang paling ingin saya datangi di rute kali ini. Pohon Randujajar di Kabupaten Pemalang.

Berbekal titik koordinat Randujajar, saya mencoba membuat rute dari Purwokerto menuju Wonosobo tapi harus bisa melewati Randujajar di Pemalang. Nah ribet kan? Akhirnya dapat tiga alternatif rute. Itupun harus memilih. Jika ambil rute A, maka kami tidak akan mungkin melewati kecamatan X, karna rutenya akan berputar-putar. Begitupun jika mengambil rute B, maka kami tidak bisa membuat rute yang melintas di Kecamatan Y. Kalau memaksakan melewati semua jalur yang ingin saya coba, malah akan semakin menambah jarak dan waktu tempuh. Ini saja patokan rutenya aja udah muter, ga mungkin dibikin lebih memutar lagi. Jadi, biarlah sisa rute lainnya untuk tabungan motoran kami di lain kesempatan.

GAPURA KELUAR DARI DESA WINDUAJI KABUPATEN PEKALONGAN

GAPURA KELUAR DARI DESA WINDUAJI KABUPATEN PEKALONGAN

“Kalau ada rute asik tapi memutar, kenapa harus tetap di rute biasa?” Kira-kira begitulah gambaran rute perjalanan kami di hari kedua ini. Bagaimana tidak, Purwokerto – Wonosobo yang pada hari libur saja bisa ditempuh dalam waktu terlama tiga jam, kami menempuhnya dengan waktu 9 jam 13 menit dengan jarak tempuh 231 Km. Jarak sudah termasuk salah jalan & waktu tempuh sudah termasuk berhenti istirahat berkali-kali.

Jadi, gambaran besarnya, rute kami di hari kedua ini adalah Purwokerto – Purbalingga – Bobotsari – Randudongkal – Watukumpul – Paninggaran – Kaliboja – Kalibening – Wanayasa – Batur – kawasan wisata Dieng – Wonosobo. Bukan tanpa alasan kenapa menjadikan Randudongkal sebagai bagian dari rute kali ini. Seperti di postingan sebelumnya, mungkin ini saatnya menuntaskan keinginan saya dari 2016 lalu untuk bisa mengabadikan pohon Randujajar dalam bingkai foto jepretan sendiri.

GAPURA MASUK DESA MAJAKERTA KABUPATEN PEMALANG

GAPURA MASUK DESA MAJAKERTA KABUPATEN PEMALANG

Berhubung kami menginap di Purwokerto bagian Selatan, perjalanan dari Purwokerto menuju Bobotsari dimulai melalui Sokaraja. Sepanjang Sokaraja – Purbalingga – Bobotsari tidak ada hal menarik. Hanya sekedar nostalgia pernah beberapa kali melewati rute ini dengan bis malam.

Tepat ketika memasuki gapura Kota Purbalingga, saya meminta suami untuk menepi. Sudah beberapa kali ada telepon masuk dari nomer yang sama. Nomor Purwokerto. Antara malas yang menelepon adalah penipu atau memang telepon yang urgent. Saya pun memutuskan untuk menjawab panggilan telepon tersebut. Sebuah keputusan yang tepat. Karena telepon tersebut berasal dari pihak hotel tempat kami menginap. Perempuan di seberang telepon menginformasikan bahwa KTP saya tertinggal. Bisa-bisanya saya lupa ambil KTP di receptionist. Padahal ini bukan kali pertama saya menginap di hotel.

Layaknya sebuah permainan yang harus mengalami game over dan harus mengulangi dari awal lagi, seperti itulah keadaan kami saat ini. Mau tidak mau, kami pun putar balik menuju Purwokerto. Saya sedikit kesal dan merutuki kelupaan saya. Bagaimana tidak, kami sudah berangkat sesuai jadwal, arus lalu-lintas pun masih sangat sepi. Otomatis perhitungan saya pun tidak akan jauh meleset dan kami bisa tiba di Wonosobo masih sore. Tapi, mau bagaimana lagi, dinikmati saja. Toh, perjalanan kami kali ini tanpa beban tanggungjawab apapun. Jadi, kalaupun sedikit meleset dari perhitungan rasanya tidak masalah. Toh, kami pun memang meniatkan perjalanan ini sebagai perjalanan santai dan suka-suka kami.

GAPURA MASUK DESA WISNU KABUPATEN PEMALANG

GAPURA MASUK DESA WISNU KABUPATEN PEMALANG

Singkat cerita, kami pun tiba kembali di tempat kami menginap. Petugas sudah menyiapkan KTP saya, jadi tidak perlu berlama-lama. Pada akhirnya, kami pun memulai kembali perjalanan tepat pukul 12.00 WIB. Untungnya, arus lalu – lintas belum terlalu padat. Bubaran anak sekolah pun masih tidak terlalu menghambat arus lalu-lintas. Baru mulai akan menyebabkan kemacetan tepatnya. Berhubung kami berdua pun masih kenyang, jadi jam makan siang kami geser dulu. Dan karena tidak terlalu fokus dengan kuliner, jadi deretan warung penjual Soto Sokaraja pun kami lewati begitu saja. Tujuan kami adalah secepatnya sampai di Kota Purbalingga.

Setibanya di Kota Purbalingga, kami pun mengarahkan kendaraan kami menuju Bobotsari. Arus lalu-lintas cukup ramai, karena kami memang melewati area perkotaan Purbalingga. Arus lalu-lintas mulai melengang ketika jalan sudah satu arah menuju Bobotsari. Jalan mulai menanjak terus. Setiba di pusat Kecamatan Bobotsari, kami mengarahkan kendaraan menuju arah Barat lalu ke Utara, menuju Kabupaten Pemalang. Selepas Bobotsari, barulah perjalanan terasa serunya. Medan jalan mulai menanjak menuju perbukitan. Arus lalu lintas semakin sepi, udara pun mulai terasa sejuk. Di sisi Timur, terlihat langit sudah kelabu, semoga tidak kebagian hujan.

Sampailah kami di Kabupaten Pemalang. Sebelum tahun 2016, saya hanya tau Pemalang adalah daerah Pantura, tidak pernah menyangka kalau Pemalang punya dataran tinggi juga. Sebenarnya, kalau kami mau mempersingkat jarak, di Pasar Belik kami bisa langsung ambil arah ke Watukumpul melalui SMAN 1 Belik. Karena tujuan pertama kami di jalur ini adalah spot pohon Randujajar, jadi dari Pasar Belik kami terus ke arah Utara, tidak berbelok ke Timur di Pasar Belik. Ternyata, setelah melewati Pasar Belik, perjalanan kami sedikit terhambat. Medan jalan kembali menurun panjang dan sedikit berkelok. Banyak truk besar juga yang melintas. Rupanya, jalur ini merupakan jalur lintasan utama truk menuju Pantura.

GAPURA MASUK KABUPATEN PEMALANG

GAPURA MASUK KABUPATEN PEMALANG

Kenapa sih keukeuh banget pengen lewat jalur Bobotsari – Randudongkal? Semuanya berawal dari pas Lebaran tahun 2016 (atau 2017). Waktu itu, masih hangat-hangatnya tol Brexit. Nah, kebetulan kami sekeluarga memang start pulang dari Kebumen dan akan masuk tol Palikanci.

Saat itu, kami mau menghindari jalur Ajibarang, jadilah dari Kebumen kami ambil arah Utara menuju Purbalingga – Bobotsari – Randudongkal – Jatinegara – Slawi. Saat itu, karena masuk Bobotsari saja pas Magrib, jadi otomatis sampai ke lokasi Randujajar sekitar jam 20.00 WIB, kalau ga salah. Awalnya sih ya biasa saja, hanya merasa seru saja lewat jalur dan daerah baru. Melewati jalur pegunungan dan kota-kota kecamatan kecil yang syahdu. Sampai pada satu titik, dari kejauhan, terlihat dua pohon Randu yang sangat besar dengan posisi yang menarik perhatian (perhatian saya).

Karna waktu itu saya datang dari arah Selatan, jadi posisi mobil bergerak dari area yang lebih tinggi. Sampailah pada saat jarak mobil dengan kedua pohon Randu sangat dekat. Bagaimana tidak menyita perhatian saya, di tengah gelap malam, di area yang kanan-kirinya gelap gulita tanpa pepohonan, tiba-tiba ada sepasang pohon Randu raksasa yang posisinya berdampingan layaknya gapura. Karena sudah malam, pakai mobil dan arus lalu lintas lumayan ramai, jadi saya hanya bisa melihat saja. Dari situlah saya kemudian mencari informasi mengenai sepasang pohon Randu ini.

GAPURA PERBATASAN KABUPATEN PEKALONGAN DENGAN KABUPATEN BANJARNEGARA

GAPURA PERBATASAN KABUPATEN PEKALONGAN DENGAN KABUPATEN BANJARNEGARA

Randujajar, begitulah sebutannya. Jika mencari Randujajar di mesin pencarian, pasti akan menemukan cukup banyak informasi. Tapi, hanya informasi saja rasanya kurang untuk saya. Saya ingin setidaknya punya dokumentasi sendiri dari sepasang pohon Randu tersebut. Jadi, berhubung kali ini kami motoran ke daerah Jawa Tengah, kayanya bisa-bisa saja saya buatkan rute yang bisa sekalian mampir ke Randujajar. Suami pun oke-oke aja. Kan namanya juga jalan-jalan katanya. Dan, akhirnya tuntas juga rasa penasaran saya akan Randujajar ini. Saatnya menuntaskan rasa penasaran lainnya.

Sampailah kami di spot Randujajar. Tidak ada yang berubah, hanya sekarang jadi ada warung sate tepat di tanah kosong di tikungan. Kami pun memutuskan untuk singgah sejenak sembari nyemil mie instant goreng. Tidak lupa mengambil foto Randujajar. Ternyata, hari biasapun jalur ini arus lalu-lintasnya cukup ramai, bahkan oleh truk ukuran besar. Setelah habis semangkuk mie goreng dan sedikit ngobrol dengan ibu pemilik warung, kamipun pamit. Kami sempatkan mampir dulu di minimarket untuk urusan rutin, biar nanti tidak usah sedikit-sedikit berhenti lagi.

Cuaca cukup cerah, bahkan udara terasa gerah. Maklum, jarak kami dengan area Pantura tidak lebih dari 20 Km saja. Kami pun melewati area yang cukup ramai di Randudongkal. Selepas Pasar dan Terminal Randudongkal, arus lalu-lintas kembali lengang. Saking lengangnya, kami sampai bablas ke arah Bantarbolang. Sebenarnya bisa saja ikutin terus jalur utama Bantarbolang sampai ke Bodeh. Dari Bodeh ada banyak pilihan jalur. Bisa ke arah Kesesi lalu Kajen. Dari Kajen pun banyak pilihannya.

JEMBATAN BENDUNGAN NAMBO KABUPATEN PEMALANG

JEMBATAN BENDUNGAN NAMBO KABUPATEN PEMALANG

Bisa ke Selatan ke Paninggaran atau terus ke arah Timur. Bisa juga dari Bodeh turun ke Selatan ke Watukumpul lalu menyeberang ke Pekalongan menyeberangi Kali Comal. Ah, terlalu banyak pilihan jalur & semua jalurnya asik-asik untuk dijelajahi. Kami pun memutar balik dan kembali ke rute yang sudah ditunjukkan Gmaps, yaitu masuk ke Kec. Watukumpul melalui Desa Wisnu. Tepat sebelum gapura masuk Desa Wisnu, jalur akan melewati Jembatan Bendungan Nambo.

Tidak lama setelah memasuki Desa Wisnu, medan jalan akan menanjak. Jalan akan terus menanjak dan menanjak sampai akhirnya berada di puncak perbukitan. Kondisi jalan yang berupa aspal mulus memudahkan perjalanan kami. Tanjakan di sini merupakan tanjakan sangat panjang dan curam. Nyaris tidak ada medan datar. Terus menanjak sampai puncak perbukitan. Untungnya tikungannya tidak terlalu tajam. Hanya saja lebar jalan hanya cukup untuk dua pick up papasan.

Medan jalan akan terus menurun mendekati Pasar Watukumpul. Selepas Pasar Watukumpul pun, medan jalan masih didominasi oleh turunan panjang. Memasuki Desa Jojogan, medan jalan akan bervariasi. Terkadang menanjak, terkadang menurun, terkadang juga datar. Pemandangan di sepanjang jalan merupakan deretan perbukitan sejauh mata memandang. Memasuki Desa Cikadu, kondisi jalan akan menjadi aspal rusak dan medan masih didominasi turunan. Turunan di sini tidak sepanjang dam securam di jalur Desa Wisnu – Pasar Watukumpul – Desa Jojogan. Dari Pasar Cikadu, kami pun mengambil arah Bodeh. Arus lalu lintas cukup ramai. Kegiatan warga pun lebih ramai dibandingkan desa – desa sebelumnya.

JEMBATAN KALIKERUH

JEMBATAN KALIKERUH

Medan jalan kembali menanjak panjang dan curam. Ujung tanjakan merupakan puncak bukit. Jalur selanjutnya akan berada di punggungan dengan hutan pinus di kedua sisi jalan. Jangan khawatir, di sini jalanan sudah kembali beraspal mulus. Setelah jalan melewati punggungan, kami berbelok ke arah Timur. Tepatnya mengambil jalan yang menuruni bukit hingga bertemu aliran sungai yang cukup besar. Sungai yang sekaligus merupakan batas geografis antara Kab. Pemalang dengan Kab. Pekalongan. Medan jalan akan terus menurun dengan suguhan hamparan perbukitan sejauh mata memandang.

Kami tiba di sebuah jembatan. Jembatan Kali Keruh. Kami pun istirahat sejenak sambil mengambil beberapa foto sebelum kembali meneruskan perjalanan. Setelah berhenti beberapa saat, kami pun meneruskan perjalanan. Kali ini kami sudah berada di dalam wilayah Kab. Pekalongan. Ini adalah pertama kalinya saya memasuki Kab. Pekalongam selain dari Pantura. Di sinilah saya kembali was-was. Jalur yang ditunjukan Gmaps akan melewati sebuah bukit yang bernama Bukit Kemuning di Gmaps. Sayangnya, Google Street View tidak sampai ke daerah sana.

Saya bertanya ke beberapa teman pun, hanya satu yang bisa menjawab. Itupun ragu karena takutnya kondisi jalannya sudah berbeda. Hanya saja, dia yakin kalau kondisi jalannya masih layak dilewati. Sebenarnya saya sudah menyiapkan Plan B, kalau-kalau kami tidak memungkinkan melewati Bukit Kemuning. Plan B yaitu melewati pusat Kecamatan Kandangserang. Memang jalurnya menjadi lebih jauh karena harus memutari bukit, tapi setidaknya aman karena ramai dan full aspal mulus.

JEMBATAN PERBATASAN KABUPATEN PEMALANG DENGAN KABUPATEN PEKALONGAN

JEMBATAN PERBATASAN KABUPATEN PEMALANG DENGAN KABUPATEN PEKALONGAN

Untungnya, ketika memasuki dusun terakhir sebelum jalur menanjak ke arah bukit, di depan kami ada mobil APV yang ternyata juga sama mengarah ke atas bukit. Harap-harap cemas, apa tujuan mobil ini juga ke Desa Werdi atau hanya warga setempat saja. Dan lagi-lagi, kami beruntung. Mobil APV pun tujuannya sama, ke arah Desa Werdi. Kondisi jalan di area Bukit Kemuning sudah aspal, meskipun aspal desa. Areanya cukup terbuka. Tidak seperti yang saya bayangkan akan melewati area hutan tertutup. Selain itu, ternyata lumayan ramai warga yang melintas. Bonusnya lagi, ketika berada di area puncak Bukit Kemuning, kami menyempatkan untuk berhenti untuk mengambil foto. Mumpung matahari sore hari lagi bagus-bagusnya.

Setelah kami berhasil melewati Bukit Kemuning, perasaan saya jauh lebih tenang. Hanya tinggal sedikit was-was bagaimana kondisi jalan dan medan jalan di Desa Werdi hingga ke Desa Krandegan. Karena dari Desa Krandegan sampai Wonosobo nanti, kondisi jalan akan terus aspal mulus dan sudah kembali ke jalan lintas antar Kabupaten. Ternyata, kondisi jalan di sepanjang Desa Werdi cukup bagus. Sekelas aspal desa tapi masih layak untuk dilalui, bahkan dengan mobil jenis sedan. Akhirnya, kami pun masuk ke Kecamatan Paninggaran dan kembali bertemu dengan jalan raya.

Sekilas saya menoleh ke arah Bukit Kemuning, ternyata arah kami datang barusan, puncak perbukitannya sudah ditutupi kabut tebal. Untung saja kami sudah lewat. Di Paninggaran pun kabut sudah turun. Sudah tidak ada lagi sinar matahari. Sinar matahari terlihat di kejauhan, di arah Pantura. Sebenarnya, pemandangan dari sini sampai ke Wonosobo nanti sangat epik. Sayangnya, kami masuk Kalibening saja sudah hampir Magrib, apalagi di Dieng sana. Perjalanan berikutnya, karna sudah gelap, kami hanya menikmati tanjakan panjang dan udara dingin khas Dieng.

KAMAR HOTEL WONOSOBO

KAMAR HOTEL WONOSOBO

Di kejauhan, kami melihat kilatan petir dan awan hujan yang sangat tebal. Semoga saja bukan ke arah tujuan kami. Sepanjang jalur Kalibening – Dieng, awalnya kami beriringan dengan beberapa sepeda motor warga. Semakin mendekati kawasan Dieng, semakin sedikit juga kendaraan yang beriringan ataupun berpapasan dengan kami. Maklum, karena hari ini bukan akhir pekan atau hari libur. Udara dingin mulai terasa. Tanajakan – tanjakan di hadapan kami pun semakin curam dan Panjang. Secara umum, jalur yang kami lewati sangat sepi. Kami hanya melewati dua pusat keramaian. Pusat Kecamatan Wanayasa dan Pusat Kecamatan Batur. Selepas pusat Kecamatan Batur, jalur mulai memasuki Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng.

Ini pertama kalinya saya mendatangi Dieng bukan di hari libur. Sepi, dingin, dan tenang. Kami sama sekali tidak berpapasan atau melihat lalu-lalang kendaraan pariwisata. Kami pun memutuskan untuk mengambil jalur lama saja, ketimbang jalur baru yang melewati Air Terjun Sikarim.

Sekitar pukul 20.00 WIB, kami pun tiba di tempat kami menginap di Kota Wonosobo. Untungnya, sampai kami tiba di tujuan kami di Wonosobo, kondisi cuaca dan arus lalu lintas sangat bersahabat. Kami menginap satu malam di Wonosobo sebelum besok kembali melanjutkan perjalanan dengan mencoba rute baru lainnya. Demikianlah motoran hari kedua kami.

MEMASUKI KABUPATEN PEKALONGAN

MEMASUKI KABUPATEN PEKALONGAN

PUNCAK BUKIT KEMUNING KABUPATEN PURWOKERTO 2

PUNCAK BUKIT KEMUNING KABUPATEN PURWOKERTO 2

PUNCAK BUKIT KEMUNING KABUPATEN PURWOKERTO

PUNCAK BUKIT KEMUNING KABUPATEN PURWOKERTO

SARAPAN

SARAPAN

SPOT RANDUJAJAR 2

SPOT RANDUJAJAR 2

SPOT RANDUJAJAR 4

SPOT RANDUJAJAR 4

SPOT RANDUJAJAR

SPOT RANDUJAJAR

VIEW KE ARAH UTARA DARI BUKIT KEMUNING KABUPATEN PEKALONGAN 2

VIEW KE ARAH UTARA DARI BUKIT KEMUNING KABUPATEN PEKALONGAN 2

VIEW KE ARAH UTARA DARI BUKIT KEMUNING KABUPATEN PEKALONGAN

VIEW KE ARAH UTARA DARI BUKIT KEMUNING KABUPATEN PEKALONGAN


About Dya Iganov

Penyuka traveling, tidak hanya mendaki gunung, tapi juga touring, rafting, explore, city tour, kemping ceria, susur pantai, dll