RAWA BEBER 17 AGUSTUS 2014


Rawa Beber secara administrasi berada di Desa Situhiang, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Rawa Beber merupakan satu dari sedikitnya lima danau yang semuanya diberi nama depan ‘Rawa’ yang ada di Kecamatan Pagelaran. Bila melihat peta, Rawa Beber terletak di kaki Gunung Gedogan yang juga menjadi pembatas antara Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Bandung Barat. Selain Rawa Beber, ada sekitar tujuh danau lagi di sekitarnya dengan ukuran yang bervariasi, Tiga diantaranya sudah diberi nama, Rawa Galuga, Rawa Beber Awi, dan Rawa Kajar-kajar, sisanya belum memiliki nama dan ukurannya relatif cukup kecil. Rawa Beber berada di ketinggian sekitar 900-1000 mdpl dan berada di puncak perbukitan yang cukup terjal di daerah Cianjur Selatan.

Rawa Beber secara fisiografis berada di zona Pegunungan Selatan, tepatanya berada di perbatasan antara Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dengan Gunung api Kuarter. Gunung api kuarter yang dimaksud yaitu Gunung Kendeng. Rawa Beber memiliki luas sekitar 2 Ha dengan kedalaman 4 m memiliki pemandangan yang masih alami. Deretan perbukitan seperti Pasir Jambe, Pasir Kendeng, Gunung Wayang dan hamparan sawah serta hutan yang masih cukup lebat menjadi latar belakang utama Rawa Beber.

Suasana di sekitar Rawa Beber cukup sepi karena tidak banyak rumah warga di sekitarnya. Rawa Beber dikelilingi oleh kebun warga, dua buah rumah, sawah yang mendominasi lahan di sekeliling Rawa Beber. Terdapat bangunan semi permanen bertingkat yang terbuat dari kayu tepat di pinggir Rawa Beber yang bisa digunakan sebagai tempat berteduh. Kita dapat menggunakan bagian teras bangunannya saja karena pintu masuk maupun pintu menuju loteng digembok. Beberapa rumah warga di sini memasang kincir angin di atas atapnya. Di sekitar Rawa Beber tidak ada pohon yang cukup besar, sehingga bila mengunjungi Rawa Beber pada siang dan menjelang sore hari cukup panas untuk berkeliling. Di sudut Rawa Beber terdapat jalur masuk air yang berasal dari kaki bukit Pasir Jambe dengan debit yang cukup besar, jembatan kecil, serta jalan setapak menuju arel sawah dan kebun yang berada di seberang jalan masuk Rawa Beber.

Jalan masuk menuju Rawa Beber sedikit sulit untuk ditemukan, karena jalan masuknya berada tepat di jalan yang menurun dan sedikit menikung dengan permukaan jalan berupa batu-batu yang cukup besar. Jalan masuknya pun berupa jalan setapak yang sangat kecil, bahkan jika musim hujan, sepertinya jalan setapak ini tidak akan terlihat, selain itu beberapa pohon bambu yang berada di kanan dan kiri jalan setapak menuju Rawa Beber menutupi pemandangan ke arah Rawa. Jalan setapak yang cukup licin jika hujan dan cukup gelap karena tertutup pohon bambu sebenarnya hanya sedikit saja, setelah itu, tidak ada lagi yang menghalangi pemandangan ke arah danau.

Terdapat batu yang cukup besar di sisi kanan jalan setapak dan dua batu besar yang tepat berada di pinggir Rawa Beber. Seluruh bagian dinding Rawa Beber sudah di beton dengan kondisi yang masih mulus. Tangga menuju Rawa terdapat di sisi kanan bangunan, sedangkan di sisi kiri bangunan merupakan beberapa petak sawah yang langsung berbatasan dengan tembok beton Rawa Beber.

Pemandangan di seberang Rawa Beber adalah bagian perbukitan dari Gunung Kendeng, yaitu Pasir Jambe dan bagian dari Pasir Kendeng. Apabila melihat peta, sebenarnya ada satu lagi legenda yang menandakan danau dengan ukuran yang jauh lebih kecil dari Rawa Beber yang berada setelah areal sawah di seberang Rawa Beber. Sayangnya, kami tidak sempat mengecek jalur untuk menuju ke tempat tersebut. Beberapa warga ada yang memanfaatkan air yang masuk ke Rawa Beber untuk pengairan sawah, kebun, mencuci motor, mencuci pakaian, hingga mandi. Rawa Beber memiliki debit air yang stabil, sama halnya dengan Rawa Galuga. Rawa Beber merupakan salah satu bagian dari PLTMh Cijampang 2A yang sumber airnya berasal dari mata air di salah satu perbukitan di lereng Gunung Kendeng yang kemudian menjadi aliran Sungai Cijampang. Air di Rawa Beber cukup jernih dan memiliki cukup banyak ikan.

Salah satu tradisi yang biasa dilaksanakan di Rawa Beber ini adalah Pesta Rakyat Ngucek/ngubek ikan. Pesta rakyat ini selain dinikmati oleh penduduk setempat juga didatangi oleh masyarakat dari berbagai pelosok. Bahkan datang dari tempat yang jauh untuk menyaksikan kegiatan pesta menangkap ikan dengan cara dijala. Pesta tersebut dikenal dengan sebutan “ngucek’ atau ‘ngubek’, yaitu kegiatan menangkap ikan dengan jala secara beramai-ramai.”Kegiatan ini menjadi ajang reunian bagi masyarakat terutama masyarakat situhiang yang bekerja, sekolah di luar kota. Saat malam sebelum waktu pesta ngubek dimulai, harus bakar menyan dulu sebagai simbol minta izin kepada ‘pangeugeuh’ yang memegang kekuasaan di sana, itu bagi yang percaya. Suasana sepi berubah dengan hingar-bingar suara sound system yang dibawa penduduk ke ‘saung’ dadakan yang sengaja mereka persiapkan sebagai tempat tinggal sementara.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Rawa Beber merupakan salah satu bagian dari PLTMh Cijampang. Aliran air pertama berasal Pair Jambe dan Pasir Kendeng yang kemudian masuk ke dalam cekungan yang berada pada lokasi lebih tinggi dari Rawa Beber, 1000 mdpl. Air dialirkan kembali menuju Rawa Beber yang kemudian masuk ke dalam aliran reservoir PLTMh Cijampang 2A. PLTMh Cijampang 2A ini mulai beroperasi pada 2010 dan menghasilkan energi listik ke jaringan Tegangan Menengah (TM) Cianjur Selatan. Aliran sungai yang mengalir dan berhulu di perbukitan sekitar Kecamatan Pagelaran memang termasuk yang debitnya stabil, seperti yang dituturkan seorang warga kepada kami. Kami bahkan dapat melihat setidaknya tiga air terjun yang cukup tinggi di perbukitan yang oleh warga sekitar disebut dengan Gunung Kiarapayung dengan volume jatuhan yang cukup besar di musim kemarau.

Rute menuju Rawa Galuga dapat dikatakan cukup ribet, karena setelah memasuki Desa Cipari, akan banyak ditemui percabangan jalan, terutama yang mengarah ke Kecamatan Sukanagara. Untuk bisa sampai di pertigaan Cipari, ada dua jalur yang dapat ditempuh.
1. Bandung – Padalarang – Rajamandala – Ciranjang – Cianjur – Terminal Pasirhayam – Cilaku – Cibeber – Campaka – Sukanagara – Pagelaran – Pertigaan Cipari – Desa Cilameta – Desa Situhiang – Rawa Beber
2. Bandung – Soreang – Ciwidey – Rancabali – Perkebunan Teh Sinumbra – Desa Cipelah – Kecamatan Pasirkuda – Kecamatan Tanggeung – Kecamatan Pagelaran – Pertigaan Cipari – Desa Cilameta – Desa Situhiang – Rawa Beber

Apabila memilih jalur melalui Kota Cianjur, patokan pertama adalah Terminal Pasir Hayam kemudian ambil jalan menuju Kecamatan Sindangbarang. Kondisi jalan hingga Kecamatan Campaka cukup berkelok-kelok dan akan menanjak terus. Jalan cukup lebar untuk dua mikrobus. Kondisi jalannya cukup baik, di beberapa titik sudah ada permukaan jalan yang menggunakan beton, ada yang aspalnya masih mulus, tetapi ada juga yang permukaan aspal paling atasnya sudah mengelupas. Tanjakan akan mendominasi perjalanan disertai dengan beberapa tikungan tajam hingga memasuki Kecamatan Pagelaran.

Setelah melewati Kecamatan Cibeber, lalu lintas akan menjadi cukup sepi, setelah sebelumnya lalu lintas akan cukup ramai dengan angkot, sepeda motor, serta bus antar kota yang menuju Terminal Pasir Hayam. Elf menuju Cianjur akan cukup sering melintas pada siang hari, sebaliknya, menjelang sore hari, ELF yang menuju arah Selatan akan cukup ramai. Perjalanan malam tidak terlalu disarankan bagi yang belum terbiasa melintas di daerah tengah Jawa Barat, karena selain jalur ini termasuk salah satu yang rawan kejahatan, sisi kiri jalan ini (dari arah Cianjur) merupakan jurang yang sangat dalam dengan aliran sungai yang cukup deras dan berbatu besar di dasarnya. Jalur ini tidak memiliki penerangan jalan kecuali di kota-kota kecamatan, seperti Campaka, Sukanagara, dan Pagelaran.

Selain rawan tindak kriminal dan minimnya sarana kelengkapan jalan, jalur ini menjelang sore akan sangat sepi, ketika malam, hanya truk pengangkut kay dan ELF saja yang akan mendominasi lalu lintas. Dari Kecamatan Cibeber hingga Kecamatan Pagelaran, setidaknya kita akan melewati tiga sampai empat blok perkebunan teh dari dua perkebunan milik PTPN VIII, yaitu Perkebunan Panyairan dan Perkebunan Pagelaran. Pohon-pohon bambu yang cukup lebat akan ditemui ketika mulai memasuki Warungbitung hingga memasuki Kecamatan Campaka, setelah itu akan memasuki hutan produksi dan perkebunan teh. Kabut akan mulai turun ketika sore menjelang Magrib, dan lokasi dengan kabut paling tebal berada ketika memasuki perkebunan teh Pagelaran, suhu udara pun terdingin berada pada daerah ini, karena merupakan daerah yang cukup tinggi, di lereng Gunung Gebeg.

Pertigaan Cipari terletak tidak jauh dari alun-alun Kecamatan Pagelaran, setelah melewati Gunung Gebeg dan PTPN VIII Kebun Pagelaran. Posisi pertigaan Cipar berada tepat di tikungan dengan ciri gapura, jika tidak jeli, mungkin akan terlewat.
Jalan masuk menuju Cipari sedang dalam perbaikan, dapat terlihat dari banyaknya batu yang belum diratakan, tetapi hanya beberapa meter saja, kareana selebihnya batu-batunya sudah diratakan hanya belum diaspal sehingga cukup licin ketika musim kemarau.

Secara keseluruhan, tingkat kerusakan jalan masih lebih baik dibandingkan dengan jalan di perkebunan teh Bojonggambir-Pedangkamulyan, Kabupaten Tasikmalaya, tetapi cukup merepotkan juga apabila musim hujan tiba. Setelah melewati beberapa permukiman penduduk, kita akan menyeberangi aliran sungai yang cukup lebar dengan warna air yang sedikit tosca bila musim kemarau dan hamparan sawah dengan latar belakang jejeran perbukitan yang menjadi Pembatas Kecamatan Pagelaran dengan Kecamatan Tanggeung tampak jelas dari jembatan ini. Setelah melewati jembatan, jalan akan mulai menanjak dengan permukaan batu-batu yang masih belum tertanam, sehingga ada batu-batu yang cukup besar yang akan menggelincir.

Tepat diujung jalan, kita akan menemui percabangan jalan yang terus menanjak dan yang berbelok ke kiri. Sebenarnya kedua jalan ini sama-sama bisa digunakan untuk menuju Rawa Beber, tetapi, menurut informasi dari warga yang kami tanya, akhirnya kami memilih jalan yang menanjak. Mulai dari sini, kita akan sedikit sering menemukan tanjakan, hanya bervariasi dengan kondisi jalan yang permukaan aspal paling atasnya sudah mengelupas. Perjalanan dari tanjakan di Desa Cipari akan banyak didominasi oleh jalan yang aspalnya sudah mengelupas dengan pemandangan di kiri berupa hamparan sawah yang cukup luas dan jejeran tebing perbukitan beserta air terjunnya di sisi kanan sebagai latar belakang dari hamparan sawah yang cukup luas. Tidak ketinggalan juga aliran sungai yang cukup besar membeah di tengah-tengah areal sawah.

Ujung jalan ini merupakan pertigaan yang jalannya sudah merupakan jalan beton. Jalan beton ini merupakan bagian dari proyek pembangunan PLYMh Cijampang 2A pada tahun 2010. Kondisi jalan berbeton ini masih sangat layak untuk dilewati. Baik jalan yang menuju ke arah kanan maupun kiri sama-sama menuju Rawa Beber. Memang, jalan menuju Rawa Beber ini sedikit ribet karena banyaknya persimpangan. Kami memilih jalan yang berbelok ke kanan, menurut warga yang lagi-lagi kami tanya, keduanya sama-sama bisa dilewati menuju Rawa Beber, kami akhirnya memilih jalan yang berbelok ke kanan.

Jalan beton yang kami lewati, ternyata tidak terlalu panjang, setelah melewati jalan yang menurun dan menikung, jalan betonnya habis, tepat di pertigaan. Jalan menuju Rawa Beber yang paling mudah berada tepat di ujung jalan beton, di pertigaan yang ada pos siskamling, ambil jalan ke arah kiri, jalan dengan ukuran yang lebih sempit dari jalan desa utama. Tidak lama setelah belok kiri, jalan akan semakin menanjak. Mulai dari sini, jalan akan terus menanjak. Tanjakannya cukup berat, tanjakan panjang, berkelok dengan perkerasan jalan berupa batu-batu yang cukup besar di tengah-tengah areal sawah. Untuk menuju Rawa Beber, memang harus melewati tiga bukit. Bukit-bukit tersebut memang tidak terlalu tinggi dan hanya merupakan pemisah antara satu kampung dengan kampung lainnya, tetapi dengan kondisi jalan yang cukup jelek, untuk bisa melewati jalur ini dengan cepat memang cukup sulit.

Tepat di ujung tanjakan, jalan akan sedikit memutar bukit dan akan ada persimpangan jalan. Menurut warga yang kami temui di sana, jalan ke arah kanan yang lebih menanjak dan lebih smepit juga merupakan akses menuju danau, bahkan bisa juga menuju Rawa Beber, tetapi jauh lebih memutar. Patokan kami berikutnya yaitu persimpangan dengan jalan yang sudah di beton dan akan terlihat pipa PLTMh di bukit. Jalan menuju Rawa Beber yaitu jalan yang sama dengan yang menuju PLTMh Cijampang 2A dan kolam reservoir. Setelah menuruni bukit, akan ditemui persimpangan dengan jalan yang ada di sebelah kiri, ambil jalan yang lurus menuju pipa PLTMh.

Mendekati PLTMh, kita kan kembali melewati jalan dengan batu-batu yang cukup besar dan mulai menanjak bukit lagi. Kolam reservoir berada di balik bukit. Jalan akan menyempit kembali dan pada tanjakan pertama akan ditemui longsoran dari tebing di sisi kiri jalan dan jalan yang longsor di sisi kanan jalan. Setelah tanjakan pertama, jalan akan sedikit menikung menuju balik bukit kemudian tiba di reservoir PLTMh Cijampang 2A. Kondisi jalan sedikit membaik ketika tiba di kolam reservoir, dan kembali menjadi jalan dengan perkerasan batu setelah memasuki permukiman penduduk. Lahan sawah dan aliran air yang diarahkan menuju kolam reservoir menjadi pemandangan utama.

Pada ujung jalan akan ditemui lagi persimpangan, dengan ukuran jalan yang jauh lebih kecil. Ambil jalan yang kanan, melewati kolam ikan milik pribadi dan ukuran jalannya jauh lebih kecil dengan batu-batu yang semakin besar ukurannya hingga menemukan turunan. Tepat di tengah turunan dan sedikit menikung, di sisi kiri jalan ada jalan setapak yang sangat kecil dan tertutup pohon bambu yang cukup rindang. Jalan setapak itu merupakan jalan masuk menuju Rawa Beber. Jangan tertipu dengan ukuran jalan yang sangat kecil, karena hanya jalan masuknya saja yang kecil, tetapi areal di sekitar Rawa Beber sangat luas.

Jalan pulang yang kami ambil sedikit berbeda dengan jalan yang diambil ketika menuju Rawa Beber. Rencana awal, kami mau mencoba jalur beton yang katanya sedikit memutar tetapi lebih landai, tetapi ternyata kami malah menemukan cukup banyak persimpangan, terutama yang menuju ke Kecamatan Sukanagara. Jalan menuju Sukanagara ukurannya jauh lebih kecil, menanjak, lebih rusak, dan melewati beberapa bukit dan keluar-masuk hutan. Kami memutuskan untuk mengambil jalan menuju arah Kecamatan Pagelaran.

Jalannya masih sama seperti jalan yang di dekat PLTMh, hanya didominasi dengan turunan. Jalannya tidak terlalu sulit seperti jalan yang kami ambil menuju Rawa Beber, tetapi tetap dengan perkerasan batu yang besar dan masih banyak yang lepas. Sebenarnya, jalan ini sudah pernah di aspal, tetapi memang sudah sangat lama, sekitar tahun 1990-an dan sebagian jalan memiliki permukaan jalan yang cukup bagus karena masuk menjadi bagian proyek jalan menuju PLTMh Cijampang 2A pada tahun 2010.

Jalur yang melewati Rancabali-Cipelah sebenarnya merupakan jalur yang terpendek jika titik awalnya dari Bandung. Jalur ini memang jalur terpendek tetapi juga cukup sulit medannya, sepanjang jalan melewati perkebunan teh, cukup sepi, sepanjang jalur jalannya rusak parah, kabut dan bahkan gerimis pun lebih sering turun di sepanjang jalur ini sehingga menjadi cukup berbahaya jika belum pernah melewati jalur ini sebelumnya.

Rawa Beber ini cocok didatangi pada musim kemarau, karena selain airnya memang stabil dan tidak menjadi keruh karena sedimentasi, medan jalannya tidak akan terlalu sulit jika kering. Selain musim kemarau, waktu yang tetap untuk mengunjungi Rawa Beber adalah ketika dilaksanakannya tradisi “Ngubek Lauk” seperti yang dilakukan juga di Rawa Galuga. Tetapi bila ingin mengunjungi Rawa Beber seperti kondisi sehari-harinya, weekend biasa pun tempat ini sangat sepi, bahkan terkadang tidak ada pengunjung sama sekali. Meskipun dari segi potensi pariwisata masih kurang menjanjikan, tetapi setidaknya Rawa Beber memiliki manfaat cukup besar bagi kebutuhan listrik masyarakat di Cianjur bagian tengah dan juga pelestarian budaya warga setempat.

CATATAN PERJALANAN

BANDUNG – CIANJUR 07.30 – 09.35

CIANJUR – PAGELARAN 09.35 – 11.53

PAGELARAN – RAWA BEBER 11.53 – 13.30

RAWA BEBER 13.30 – 14.18

RAWA BEBER – SUKANAGARA 14.18 – 16.50

SUKANAGARA 16.50 – 17.50

SUKANAGARA – CIANJUR 17.50 – 19.00

CIANJUR 19.00 – 19.35

CIANJUR – BANDUNG 19.35 – 21.05

TOTAL PERGI 5,5 JAM

TOTAL PULANG 6,5 JAM

TOTAL RAWA BEBER 45 MENIT

TOTAL BUDGET 128.700

CIANJUR


About Dya Iganov

Penyuka traveling, tidak hanya mendaki gunung, tapi juga touring, rafting, explore, city tour, kemping ceria, susur pantai, dll

Leave a comment