Situ Rantun dan Situ Tanjung secara administratif berada di Desa Tanjungkarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Akses menuju dua lokasi ini tidak terlalu sulit, tinggal mengikuti jalur utama Garut-Kecamatan Samarang, atau jika ingin lebih mudah, ikuti saja arah menuju Resort Kampung Sampireun. Disekitar Desa Cintarayat sendiri sebenarnya terdapat tujuh buah Situ kecil, diantaranya Situ Rantun, Situ Lame, Situ Pulus, Situ Ageung, Situ Cisanca, Situ Tanjung, dan satu buah situ dekat Situ Tanjung yang tidak kami temukan namanya di peta. Untuk ukuran tempat wisata, sebenarnya objek Situ Rantun dan Situ Tanjung memang masih kalah dibandingkan dengan Situ Bagendit, Situ Cangkuang, Situ Cibeureum dan lainnya disekitar Kota Garut. Hanya Situ Sukamaju mungkin yang berhasil dikelola sedemikian rupa. Situ Sukamaju ini merupakan danau yang juga menjadi bagian dari Resort Kampung Sampireun.
Kondisi jalan menuju Situ Rantun dapat dikatakan cukup bagus. Kondisi jalan dengan aspal yang cukup baik akan ditemukan hingga persimpangan jalan sebelum Resort Kampung Sampireun. Dari pertigaan ini, memasuki kelas jalan Lingkungan yang berada di Desa Cintarayat, kondisi jalannya sedikit kurang baik. Lapisan aspal paling atas sudah menghilang digantikan oleh kerikil yang berserakan dijalan.
Kondisi jalannya pun akan sedikit menanjak dengan pemandangan sawah dan latar belakang gunung yang biasa disebut Gunung Ageung oleh masyarakat setempat di sisi kanan serta permukiman penduduk, kebun, dan latar belakang Kota Garut dan Gunung Cikuray di sisi kiri jalan. Untuk menuju Situ Rantung, jika menggunakan mobil, dapat menyimpan mobil di Masjid ataupun SD yang berada di sisi kiri jalan, karena perjalanan berikutnya akan ditempuh melewati jalan jalan kecil. Sedangkan untuk sepeda motor, dapat dibawa masuk hingga tepat berada di samping Situ Rantun.
Disekitar Situ Rantun terdapat Situ Ageung, Situ Lame, dan Situ Pulus. Situ Rantun posisinya paling tinggi dibandingkan denga yang lainnya. Dibawah Situ Rantun terdapat Situ Ageung yang pada saat itu seluruh permukaannya ditutupi oleh tanaman Eceng Gondok. Dibawahnya lagi terdapat Situ Pulus dan Situ Lame yang saling berhadapan dan dipisahkan oleh jalan setapak menuju rumah-rumah warga. Disebrang Situ Lame, tepatnya didekat rumah-rumah penduduk, cukup banyak ditemui MCK yang airnya berasal langsung dari Situ Lame.
Banyak anak-anak kecil yang berenang di Situ Lame, sedangkan di Situ Pulus sendiri, kebanyakan sudah dimanfaatkan oleh penduduk sekitar. Berdasarkan informasi dari salah satu warga, air dari Situ Rantun ini berasal dari Situ Lembang, sebutan warga disini untuk Situ Tanjung. Apabila musim kemarau, air di Situ Rantun ini malah akan lebih besar dibandingkan pada musim hujan. Situ Rantun sendiri dimanfaatkan untuk keperluan air sehari-hari, salah satunya terutama untuk keperluan air minum di Kota Garut.
Situ Rantun dan Situ Ageung sendiri di sisinya sudah dibeton, berbeda dengan Situ Lame dan Situ Pulus yang sisi-sisinya masih berupa tanah. Air di keempat Situ ini cukup jernih, terdapat beberapa saluran air dan sarana pengelolaan air disekitar Situ Rantun dan Situ Ageung. Didasar Situ Rantun sendiri terdapat pipa besi yang cukup besar dan panjang, bahkan hingga menembus ke sisi sebrang Situ Rantun dan kemudian menuju permukiman penduduk yang letaknya lebih rendan dari lokasi Situ Rantun.
Penamaan Situ Ageng, Situ Pulus, dan Situ Lame sebenarnya hanya perkiraan kami saja, kamipun tidak mengetahui pasti situ mana yang bernama apa, yang kami tahu hanyalah Situ Rantun. Mengenai Situ yang namanya tidak muncul dalam peta, ternyata menurut salah seorang warga, Situ tersebut sudah tidak ada karena tertimbun longsor besar tahun lalu. Dan menurut warga, Situ yang menghiang inilah yang bernama Situ Tanjung. Sedangkan yang tertera pada peta Situ Tanjung oleh warga disini dinamakan Situ Lembang.
Jarak dari Situ Rantun ke Situ Tanjung tidak terlalu jauh, hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk tiba di Situ Tanjung yang letaknya lebh tinggi dari Situ Rantun. Kondisi jalannya akan sedikit menanjak melewati areal sawah dan beberapa kampung. Situ Tanjung sendiri berada di lokasi yang cukup terbuka ditepi bukit dan diseberangnya terdapat rumah-rumah penduduk yang cukup padat. Jalan menuju Situ Tanjung ini sedikit lebih jelek dibandingkan jalan menuju Situ Rantun. Tidak jarang akan ditemui truk-truk pengangkut sayur yang sedang menaikkan hasil kebun di sore ini. Jalan menuju Situ Tanjung jika diteruskan akan menuju Gunung Ageung yang juga lokasi penambangan batu dan pasir rakyat. Gunung Ageung sendiri sebenarnya adalah Gunung Putri yang letaknya persis bersebelahan dengan Gunung Guntur.
Areal Situ Tanjung yang lebih terbuka dan tidak terlalu berada di tengah-tengah permukiman penduduk menjadikan lokasinya sedikit gersang dan berdebu. Situ Tanjung memiliki dua tingkatan dan dipinggir-pinggirnya sudah disemen. Tingkatan pertama tidak terlalu banyak tanaman air dan ada batu ditengahnya. Di pinggir Situ Tanjung masih terdapat cukup banyak sampah palstik bekasan kemasan sampo dan minuman ringan. Tingkatan ke-2 Situ Tanjung cukup banyak ditumbuhi tanama air dengan kedalaman mulai dari sepinggang orang dewasa hingga leher orang dewasa. Pada bagian atas ini sering ditemui gelembung-gelembung udara kecil dari dasar Situ, warna airnya pun jauh lebih jernih dibandingkan yang berada di lokasi Situ Rantun. Menurut warga yang kami temui disana, mata air Situ Rantun berada dibawah pohon beringin, mengalir keluar dari sela-sela batu di pinggir Situ.
Perjalanan pulang dari Situ Tanjung dapat juga ditempuh melalui jalan utama Samarang-Kamojang, melewati kawasan geothermal Kamojang. Kondisi jalannya cukup baik hingga Desa Kamojang. Aspal yang masih mulus, adanya marka jalan, serta nama jembatan serta lalu lintas yang tidak terlalu ramai membuat perjalanan pulang menjadi sedikit lebih cepat. Kondisi jalan yang cukup baik hanya akan ditemui hingga kawasan geothermal Kamojang karena selepas itu, tepatnya memasuki Desa Monteng di Kecamatan Ibun, jalan akan kembali kurang baik dengan kerikil disana-sini dan turunan yang mendominasi hingga Kecamatan Majalaya.
Memasuki Kecamatan Majalaya, kondisi jalan akan semakin kurang baik, kerikil yang lepas dan berserakan di jalan akan ditambah dengan lubang-lubang yang cukup dalam dengan ukuran yang bervariasi. Memasuki Sapan, perjalanan akan sedikit terhambat karena sedang dilakukan pembetonan jalan ketika kami melintas. Secara keseluruhan, meskipun untuk dijadikan sebagai objek wisata masih kalah dengan keadaan Situ Cangkuang ataupun Situ-situ lainnya didekat Kota Garut, Situ Tanjung dan Situ Rantun memiliki manfaat lain yang cukup besar bagi warga yang tinggal disekitar sana dan juga warga Kota Garut.
CATATAN PERJALANAN SITU RANTUN & SITU TANJUNG
LOKASI
Situ Rantun & Situ Tanjung, Desa Cintarayat, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
RUTE PERGI
Bandung-Nagreg-Garut-Samarang-Desa Cintarayat-Situ Rantun-Situ Tanjung
RUTE PULANG
Situ Tanjung-Samarang-Kamojang-Ibun-Majalaya-Solokanjeruk-Sapan-Bandung
LAMA PERJALANAN
Bandung-Situ Rantun 09.30-12.00
Situ Rantun 12.00-13.00
Situ Rantun-SituTanjung 13.00-13.30
Situ Tanjung 13.30-14.30
Situ Tanjung-Desa Kamojang 14.30-15.30
Desa Kamojang 15.30-16.00
Desa Kamojang-Bandung 16.00-18.30
BIAYA
Bensin Rp 20.000,00
Belanja Rp 24.200,00
Warung Rp 8.000,00
TOTAL
Lama pergi 2,5 jam
Lama trekking 2 jam
Biaya Rp 52.200,00
Lama pulang 4 jam
Motor 1
Orang 2
Catatan Perjalanan: http://ncandra.wordpress.com/2014/02/09/situ-rantun-situ-tanjung-situ-lembang/