SITU SANGHYANG


upload-201

upload-65

Secara administratif berada di Desa Cibalanarik dan Desa Cilolohan, Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat dan berada pada koordinat -7.401762, 108.149954. Situ Sanghyang merupakan danau alami dengan luas kurang lebih 37 Ha. Situ Sanghyang merupakan salah satu objek wisata andalan di Kabupaten Tasikmalaya yang berjarak tidak jauh dari pusat Kota Tasikmalaya, yaitu sekitar 25 Km. Akses menuju Situ Sanghyang pun terbilang cukup mudah, bahkan dari beberapa kota besar terdekat, seperti Kota Bandung, Kota Garut, dan Kota Tasikmalaya. Fasilitas yang ada di sekitar Situ Sanghyang sudah cukup lengkap. Terdapat Masjid lengkap dengan area parkir, papan berisikan cerita mengenai Situ Sanghyang, beberapa saung permanen, pagar pembatas, teras dengan paving block, hingga beberapa warung kecil yang tersebar di sekitar area Situ Sanghyang. Pengunjung cukup membayar retribusi masuk sebesar Rp 3.500,00. Nama dan lokasi Situ Sanghyang memang masih kalah oleh Situ Gede yang dari jarak lokasi pun jauh lebih dekat dan lebih mudah dijangkau dari Kota Tasikmlaya. Berikut uraian singkat mengenai rute menuju Situ Sanghyang dari beberapa kota besar terdekat

upload-104

upload-173

BANDUNG – GARUT – SITU SANGHYANG

Dari Kota Bandung ambil jalur menuju Kota Garut yang dapat ditempuh melalui tiga pilihan jalur termudah, yaitu melalui Nagreg, Kamojang, dan Cijapati. Bila belum terlalu terbiasa dengan jalan di medan perbukitan terjal, sebaiknya mengambil jalur Nagreg. Setibanya di Kota Garut, ambil jalur menuju pusat Kota Garut dan ambil rute menuju Tasikmalaya (sudah banyak papan penunjuk arah menuju Kota Tasikmalaya). Rute menuju Kota Tasikmalaya dari Garut ini akan melalui beberapa tempat yang dapat dijadikan patokan. Patokan pertama adalah Perkebunan Teh Dayeuhmanggung di Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut yang merupakan salah satu pintu pendakian menuju Gunung Cikuray. Kedua, adalaha Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya yang juga sekaligus merupakan objek wisata Kampung Naga. Ketiga adalah Polres Tasikmalaya yang sekaligus berada di pertigaan menuju Desa Cibalanarik. Posisi pertigaan Polres Tasikmalaya ini berada pada koordinat -7.365581, 108.101785 dan ambil kanan di koordinat ini menuju Mangunreja. Kondisi jalan secara umum sudah baik, hanya saja sepanjang jalur Cilawu hingga Salawu jika malam hari akan sangat sepi dan tidak jarang kabut tebal tebal. Jalur ini berada di perbukitan sehingga jalannya berkelok-kelok dan sedikit sempit. Pada pagi hingga siang hari, kendaraan yang banyak melintas adalah mobil dan motor pribadi. Pada sore dan malam hari, kendaraan yang banyak melintas adalah bus dan kendaraan pengangkut ayam. Kondisi jalan yang kurang baik akan ditemui setelah belok menuju Mangunreja dari Polres Tasikmalaya hingga pintu gerbang objek wisata Situ Sanghyang. Jarak pada pembacaan peta di jalur ini adalah sekitar 111 Km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam 47 menit.

bandung-situ-sanghyang

upload-164

TASIKMALAYA – SINGAPARNA – SITU SANGHYANG

Ambil arah menuju Singaparna dari Kota Tasikmlaya. Lalu lintas di jalur ini cukup padat, terutama pada akhir minggu dan pagi hari. Cukup banyak kendaraan pribadi yang melintas di sini dari pagi hingga malam hari. Kondisi jalan cukup baik dan sepanjang jalan menuju Singaprna akan ditemui pertokoan dan kawasan pondok pesantren. Di jalur ini juga, terdapat jalur menuju objek wisata Situ Gede. Setibanya di alun-alun Singaparna, ambil arah menuju Salawu dan pada pertigaan Polres Tasikmalaya di koordinat -7.365581, 108.101785 ambil ke arah kiri menuju Mangunreja kemudian Desa Cibalanarik. Jarak pada pembacaan peta di jalur ini adalah sekitar 26,2 Km dengan waktu tempuh sekitar 56 menit.

tasikmalaya-situ-sanghyang

upload-95

SUKARAJA – SITU SANGHYANG

Jalur ini merupakan patokan jalur bila datang dari arah Selatan Tasikmalaya (Cikatomas, Salopa, Jatiwaras, Karangnunggal, Bantarkalong, dll). Patokan paling mudah adalah alun-alun Kecamatan Sukaraja. Dari alun-alun Sukaraja, ambil jalan ke arah kiri, tepat setelah Polsek Sukaraja bila dari arah Selatan, tepatnya pada koordinat -7.451709, 108.194096. Tidak jauh setelah belok pada koordinat tersebut,a ambil jalan ke arah kiri pada koordinat -7.449330, 108.186099. Ikuti terus jalan utama hingga tiba di persimpangan pada koordinat -7.441107, 108.161179 dan ambil arah kiri, ikuti jalan hingga menemui persimpangan pada koordinat -7.441001, 108.157339, ambil arah kanan. Persimpangan berikutnya akan ditemui pada koordinat -7.435527, 108.140289 dan ambil arah kanan. Pada jalur ini akan banyak ditemui persimpangan, tetapi kebanyakan hanya merupakan persimpangan menuju permukiman, ikuti terus jalan utama. Persimpangan yang cukup besar berikutnya ada pada koordinat -7.410885, 108.156770. Pada persimpangan ini ambil arah kiri. Ikuti jalan utama hingga tiba di area Situ Sanghyang. Kondisi jalan pada jalur ini cukup baik dan lalu lintasnya tidak seramai jika melalui jalur Kawalu. Pada sore hari, lalu lintas di jalur ini cukup sepi. Kondisi jalan yang kurang baik akan ditemui ketika memasuki Desa Cibalanarik hingga area Situ Sanghyang. Jarak pada pembacaan peta di jalur ini adalah sekitar 14,2 Km dengan waktu tempuh sekitar 24 menit.

sukaraja-situ-sanghyang

upload-85

SITU SANGHYANG, BATU PRASATI, DAN MAKAM KUNO

Area di sekitar Situ Sanghyang masih berupa kebun penduduk dan hutan yang masih alami, bahkan kondisi jalan untuk mengelilingi Situ Sanghyang setengahnya hanya merupakan jalan tanah di area kebun. Lahan di sekitar Situ Sanghyang dan lokasinya yang cukup jauh dari jalan raya, menjadikan daya tarik bagi pengunjung. Selain karena alamnya, Situ Sanghyang juga terkenal dengan adanya Makam Kuno yng dieprcaya oleh warga setempat sebagai makam Eyang Linggawasatu, salah satu tokoh yang paa legenda setempat berperan penting dalam pembentukan Situ Sanghyang. Di sekitar makam kuno ini dapat ditemukan batu pancalikan, yaitu tahta yang terbuat dari batu dan digosok secara halus sampai mengkilap. Tahta ini hanya digunakan pada upacara penobatan. Di atas tahta itu calon raja diberkati oleh pendeta tertinggi. Tempat tahta ini, sesuai tradisi, berada di kabuyutan kerajaan, tidak di dalam istana. Pada Oktober 2011, telah ditemukan beberapa bongkahan batu dengan berbagai ukuran. Batu terbesar memiliki diameter 1,5 m. Lokasi ditemukannya batu yang diduga prasasti kuno ini ada di sekitar Kampung Nangklong, Desa Linggaraja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya. Pada permukaan batu terdapat gambar seperti peta dan tulisan menyerupai angka 0, 1, dan 5 dan memiliki motif garis-garis seperti gambar perbukitan di daerah setempat. Selain itu, prasasti kuno ini kemungkinan ada sangkut pautnya dengan sejarah kerajaan yang berada di Situ Sanghyang. Dari cerita lisan masyarakat setempat menyebutkan bahwa di kawasan itu pernah berdiri Kerajaan Galuh Sanghyang dan Kerajaan Saung Gentong. Keberadaan temuan batu tersebut hanya sekitar 5 kilometer dari Situ Sanghyang.

upload-75

upload-192

LEGENDA TERJADINYA SITU SANGHYANG

Pada zaman dahulu, area yang saat ini menjadi Situ Sanghyang merupakan sebuah perkampungan. Penduduk di kampung tersebut sangat terkenal dengan sifatnya yang pelit. Kabar ini terdengar oleh Prabu Linggawastu (dalam beberapa sumber hanya dikatakan utusan, tanpa menyebutkan nama) dari Kerajaan Sanghiyang Murba Wisesha yang terkenal sangat sakti. Untuk menguji kebenaran tentang sifat kikir kampung ini, Prabu Linggawastu menyamar menjadi seorang anak kecil sekitar umuran Anak  8 Tahunan, badannya (Bocah tersebut)  kelihatan rada Hitam dengan perawakan yang sedikit gempal dan bajunya yang dia kenakan tidak memakai kancing depannya jadi perutnya Bocah itu terlihat terbuka dan ada yang beda dengan perutnya yang menyembul dan sedikit buncit. Ketika tiba di kampung ini, ternyata sedang digelar sebuah acara, hampir semua penduduk kampung ini berada di tempat acara. Anak kecil jelmaan Prabu Linggawastu pun akhirnya meminta sedikit makanan dan minuman. Konon, di kampung ini kala itu sedang dilanda kekeringan, sehingga cukup sulit untuk mendapatkan air bersih, bahkan untuk minum. Kehadiran anak kecil jelmaan Prabu Linggawasatu ini ternyata tidak disambut dengan baik oleh penduduk yang sedang berpesta tersebut. Sebagian ada yang mengacuhkan, sebagian lagi malah menghardik dan menyebutnya Si Buncireung. Singkat cerita, karena tidak mendapatkan apapu dari warga yang ia temui, akhirnya Si Buncireung mendatangi sebuah rumah yang tidak jauh dari lokasi pesta tersebut.

upload-183

upload-154

Ternyata, pemilik rumah tersebut adalah seorang nenek renta yang hidup sebatang kara. Sambutan nenek ini jauh berbeda dari sambutan yang diterima oleh penduduk lainnya. Nenek yang sudah renta ini tidak diundang ke acara hajatan dan memilih untuk tinggal di rumah. Nenek ini sangat ramah terhadap Si Buncireung yang sebenarnya orang asing bagi nenek ini. Setelah menawarkan air putih dingin dan aneka hasil kebun meskipun tidak banyak kepada Si Buncireung, Si Buncireung pun berpesan pada nenek ini untuk segera mengemasi barang-barangnya dan sesegera mungkin lari menjauh hingga ujung jalan. Tepat di ujung jalan, nenek ini akan dijemput oleh Kendaraan Bendi dengan kuda-kuda dan tentara-tentara yang gagah yang akan membawa nenek ini ke Kerajaan Sanghyang. Nenek ini segera berkemas, saking tergesa-gesanya, hingga menimbulkan kegaduhan dan menarik perhatian warga sekitar.

upload-144

upload-134

Warga pun segera mendatangi rumah nenek ini dan berkata mengapa nenek ini mau saja menuruti perkataan Si Buncireung, orang asing yang baru pertama kali tiba di kampung. Si Buncireung pun keluar dari rumah nenek ini dan berkata pada warga-warga yang pelit tersebut dan berkata “ Hai penduduk lembah ini ,ketahuilah bahwa kelakuan kalian itu telah salah dan menyebabkan Nenek Renta itu tidak berdaya menghadapi hidup ,itu salah sebuah contohnya , namun hanya dialah yang akan selamat dari Bencana yang akan menimpa kalian semuanya sekarang juga , kalau kalian pada sombong dan masih mempertahankan Budaya Pelit yang kini telah menggejala maka aku tantang kalian , coba cabutlah Lidi pohon Kelapa itu di samping Rumahnya nenek itu!” Warga lembah yang tadi mencoba menyapa Bocah itu menghampiri si Buncireung yang berdiri di tengah-tengah kerumunan warga yang heran dengan kehadiran Bocah yang punya perut buncit itu, lalu serempak para warga lembah itu menertawai kehadiran Bocah itu, namun kejadian itu hanya sebentar si buncireung mencoba mendekat ke Lidi yang telah di tancapkan di pinggiran Rumah Nenek Tua Sebatang Kara yang kini telah pergi dengan di Jemput para Tentara kahyangan untuk di beri Tempat yang lebih layak di Kahyangan sana. Si Buncireung lantas mencabut Lidi Kelapa yang di tancapkan di pinggiran Rumah Nenek Renta itu , dan secara ajaib, dari bekas lubang tancapan Lidi Kelapa yang di tarik si Buncireung keluar air yang sangat Dahysat. Dari lubang lidi kelapa yang di cabut oleh si Buncireung itu kini jadi sebuah Danau yang sangat Luas , menenggelamkan lembah yang punya Budaya “jelek” 

upload-124

upload-119

Berdasarkan beberapa sumber, diyakini bocah Buncireung ini merupakan jelmaan dari Eyang Linggawastu yang diyakini dimakamkan dekat Situ Sanghyang. Adapun dugaan makam kuno yang hingga kini berada di dekat Situ Sanghyang merupakan makam dari Eyang Linggawastu dari Kerajaan Murba Wisesha. Kondisi air di Situ Sanghyang akan cukup menyusut pada musim kemarau. Banyak juga warga yang memancing di sekitar Situ Sanghyang.

upload-55

upload-46

Sumber Lainnya:

http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=1043&lang=id

http://www.kompasiana.com/nokia.com/legenda-si-buncireung-dan-situ-sanghyang-di-kab-tasikmalaya_54f4239e7455137c2b6c879c

http://www.kerajaannusantara.com/id/news/378-Batu-Kerajaan-di-Situ-Sanghyang

upload-36

upload-28

upload-118


About Dya Iganov

Penyuka traveling, tidak hanya mendaki gunung, tapi juga touring, rafting, explore, city tour, kemping ceria, susur pantai, dll