TEKTONIK DAERAH CILETUH


Re-Post: http://earthfactory.wordpress.com/2009/06/14/tektonik-regional-jawa-barat/#more-1

Ciletuh yang secara adminstratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki geologi yang unik. Di daerah ini tersingkap batuan campur aduk (mélange) yang berumur Kapur dan batuan sediment berumur Paleogen. Kelompok batuan Pra-Tersier merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di permukaan daratan Pulau Jawa. Di Pulau Jawa sendiri ada tiga lokasi yang memiliki singkapan batuan tertua, yaitu di daerah Ciletuh ( Sukabumi-Jawa Barat), daerah Karangsambung (Kebumen-Jawa Tengah) dan di daerah Bayat (Klaten, Yogyakarta). Yang unik dari singkapan batuan Pra-Tersier di daerah Ciletuh adalah seluruh singkapan batuannya berada di dalam suatu lembah besar menyerupaiamphiteather dengan bentuk tapal kuda yang terbuka ke arah Samudra Hindia.

Morfologi lembah Ciletuh dibatasi oleh dataran tinggi Jampang (Plateau Jampang) dengan kemiringan lereng yang sangat terjal hingga mendekati vertikal. Di atas dataran tinggi ini, kita dapat menikmati pemandangan lembah Ciletuh yang indah dengan latar belakang Samudra Hindia dengan pulau-pulau kecil di sekitar pantainya. Di dalam lembah Ciletuh, kita dapat melihat rangkaian bukit-bukit kecil dan bukit soliter (berdiri sendiri) yang batuannya disusun oleh batuan Pra-Tersier dan sedimen Paleogen. Beberapa morfologi bukit yang dapat dengan jelas dilihat dari daerah tinggian ini, antara lain Ps. Beas dan Gunung Badak.

Batuan Pra-Tersier disusun oleh batuan beku basa dan ultra basa, terdiri atas gabro dan peridotit, sedangkan batuan berumur sedimen Paleogen terdiri atas batupasir greywacke, tuf, batupasir kuarsa dan konglomerat. Kelompok batuan Pra-Tersier dan Paleogen juga sebagai penyusun utama di Pulau Mandra, Pulau Kunti, Pulau Manuk dan pulau-pulau kecil lainnya yang berada di sekitar pantai Ciletuh.

Secara stratigrafi batuan Pra-Tersier dan Paleogen di dalam di lembah Ciletuh ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Jampang yang berumur Miosen. Batuan Formasi Jampang  terdiri atas breksi vulkanik, lava dan tuf, dengan kemiringan perlapisan batuan kurang dari 15°. Selanjutnya secara regional Formasi Jampang membentuk morfologi dataran tinggi yang luas (plateau Jampang) dan merupakan pembatas lembah Ciletuh.Dari hasil penafsiran citra landsat dan pengukuran bidang struktur di lapangan, diketahui struktur geologi daerah Ciletuh terdiri atas struktur lipatan dan sesar. Struktur lipatan terdiri atas antiklin dan sinklin, sedangkan struktur sesar terdiri atas sesar mendatar, sesar naik dan sesar oblique (sesar miring).

Besar sudut kemiringan bidang perlapisan batuan sedimen Paleogen umumnya berkisar antara 20° hingga 40°. Struktur lipatan umumnya berarah barat-timur hingga timurlaut-baratdaya. Struktur lipatan ini terbentuk akibat gaya-gaya kompresional dengan sistem tegasan berarah utara-selatan.

Struktur sesar daerah Ciletuh juga terbentuk akibat gaya-gaya kompresional berarah utara-selatan. Struktur sesar ini memotong batuan mulai dari umur Pra-Tersier hingga Neogen. Penyebaran satuan batuan di dalam lembah Ciletuh, umumnya dikontrol oleh struktur sesar. Dari hasil intrepretasi citra landsat dan data lapangan, diketahui bahwa struktur sesarnya berjenis sesar naik, sesar mendatar dan sesar miring (oblique). Umumnya sesar tersebut berarah utara-selatan, baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya.

Sejarah Geologi Ciletuh

Daerah Ciletuh pada saat ini terletak pada lingkungan tektonik busur vulkanik dari sistem tumbukan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Hindia Australia. Lempeng Eurasia bersifat granitis (dinamakan juga sebagai lempeng benua) sedangkan Lempeng Hindia-Australia bersifat basaltis (dinamakan juga sebagai lempeng samudra). Posisi jalur tumbukan kedua lempeng berada di Samudra Hindia.

Dari waktu ke waktu, posisi jalur tumbukan dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi geologinya pada saat itu.  Pada Zaman Kapur, posisi jalur tumbukan berada di daerah Ciletuh sekarang. Akibat dari pertemuan kedua lempeng tersebut, daerah Ciletuh pada saat itu berada di lingkungan laut dalam. Morfologi dasar laut yang dibentuk oleh aktifitas tumbukan kedua lempeng tersebut menyerupai parit atau palung curam (trench) yang memanjang dengan arah barat-timur.

Di dalam palung (zona tumbukan) terakumulasi sedimen laut dalam (sediment pelagic) berupa lapisan lempung dan batugamping klastik. Disamping itu, di dalam zona tumbukan terjadi proses percampuran batuan yang mekanismenya  dapat terjadi secara tektonik dan sedimenter.

Batuan campur aduk (batuan bancuh) dinamakan pula sebagai melange, batuannya terdiri atas batuan beku, batuan metamorfik dan batuan sedimen. Apabila proses percampuran batuannya akibat tektonik dinamakan sebagai “melange tektonik” dan apabila prosesnya akibat sedimentasi maka dinamakan sebagai “melange sedimenter” atau olistostrom. Di dalam lembah Ciletuh, batuan melange terdiri atas batuan basa dan ultra basa (Ofiolit), seperti peridotit, serpentinit, gabro dan basalt.

Batuan melange Ciletuh selanjutnya ditutupi secara tidak selaras oleh batuan sedimen Formasi Ciletuh. Formasi Ciletuh terdiri atas metasedimen, breksi dan greywacke. Di dalam lembah Ciletuh, satuan batuan tersebut dapat dijumpai di daerah bermorfologi bergelombang  dan di beberapa daerah sekitar pantai.

Daerah Ciletuh yang semula berupa cekungan pada akhirnya penuh dengan isian sedimen (Formasi Ciletuh) dan pada saat yang bersamaan tektonik pengangkatan terus belangsung. Akibat proses geologi ini,  daerah Ciletuh untuk pertama kalinya berubah menjadi daratan.

Morfologi daratan Ciletuh pada saat itu terdiri atas perbukitan (tinggian) dan lembah (rendahan). Bentuk morfologi tersebut dikontrol oleh sesar-sesar normal yang diakibatkan oleh tektonik regangan.

Pada bagian rendahan mulai terakumulasi sediment sungai, terdiri atas lapisan pasir kuarsa dan konglomerat. Satuan batuan tersebut pada akhirnya dinamakan sebagai Formasi Bayah (Martodjojo, 1984). Selanjutnya tektonik regangan ini makin intensif sehingga sebaran sedimennya makin luas dan tebal serta dibeberapa tempat sudah mulai terbentuk sedimen di lingkungan transisi dan delta.

Tektonik regangan yang terjadi pada saat itu, mengawali pembentukan cekungan (selanjutnya dinamakan sebagai Cekungan Bogor) dan pada tahap selanjutnya, daerah Ciletuh kembali tenggelam menjadi lautan. Secara tektonik daerah Ciletuh pada saat itu berada di lingkungan Cekungan Belakang Busur.

Ciletuh kembali menjadi daratan pada kala Plio-Plistosen. Pada saat itu tektonik kompresi di Jawa berlangsung secara besar-besaran. Seluruh batuan di dalam Cekungan Bogor mengalami pengangkatan, perlipatan dan pensesaran yang menyebabkan sebagian besar Cekungan Bogor menjadi daratan. Secara tektonik daerah Ciletuh pada saat itu berada di lingkungan Busur Gunungapi (Vulcanic arc) dan kondisi tersebut bertahan hingga sekarang.

Mekanisme Tersingkapnya Batuan-Pra Tersier Ciletuh

Batuan Pra-Tersier Ciletuh yang tersingkap di dalam lembah Ciletuh, menempati elevasi mulai 0 hingga 50 m di atas permukaan laut. Pada batas lembah-lembahnya, batuan tua ini ditutupi oleh Formasi Jampang yang umurnya lebih muda (Miosen).

Dilihat dari sejarah geologinya, batuan Pra-Tersier Ciletuh merupakan batuan tertua yang terletak di bagian paling bawah dari urutan stratigrafinya. Selanjutnya batuan tua ini ditutupi oleh batuan sedimen yang umurnya lebih muda dengan tebal mencapai  ribuan meter.

Pada saat ini, batuan Pra-Tersier telah tersingkap ke permukaan dengan berbagai macam proses geologi. Proses tektonik merupakan mekanisme utama yang menggerakan batuan dari posisi bawah ke permukaan (pengangkatan). Proses pengangkatan dapat terjadi melalui mekanisme pembentukan struktur lipatan dan sesar naik.

Jalur sesar naik daerah Ciletuh dan sekitarnya umumnya relatif lurus dan berarah barat-timur, sedangkan sebaran batuan tua yang berada di lembah Ciletuh dibatasi oleh batas-batas lembahnya yang melingkar. Dengan demikian harus ada mekanisme lainnya yang menyebabkan batuan tua tersebut tersingkap ke permukaan.

Morfologi lembah membusur dengan bentuk setengah lingkaran (bentuk tapal kuda) biasanya terjadi akibat  longsoran. Dengan mengacu kepada model tersebut maka di daerah Ciletuh pernah terjadi peristiwa longsor besar yang menyebabkan masa batuan Formasi Jampang bergerak ke arah laut (Bentuk lembah Ciletuh membusur dan terbuka ke arah laut). Selanjutnya akibat peristiwa longsoran besar ini, tersingkaplah batuan tua di  permukaan.


About Dya Iganov

Penyuka traveling, tidak hanya mendaki gunung, tapi juga touring, rafting, explore, city tour, kemping ceria, susur pantai, dll

Leave a comment