TOURING MALANG PART 1


BANDUNG – JOGJA – MALANG

Tumpak Sewu. Sebenrnya udah dari sekitar tahun 2016 atau 2017 kepengen banget bisa ke Tumpak Sewu. Awalnya sih, biasa, pengennya sih bisa pergi ke Tumpak Sewu bareng suami. Sayangnya, baru kesampean ke Tumpak Sewu akhir 2018, itupun pergi sendiri.

Semenjak dari Tumpak Sewu tahun 2018, entah kenapa, yang awalnya pengen banget pergi ama suami ke Tumpak Sewu dengan ga mikirn naek apa (naek kendaraan umum) tiba-tiba berubah jadi ‘kayanya seru juga ya kalau ke Tumpak Sewunya ama suami pake motor dari Bandung’. Alhamdulillah keturutin, meskipun nunggu kesempatan sampe dua tahun kemudian.

KAMIS, 2 JANUARI 2020

Berhubung baru ada waktu di akhir tahun, kami pun mutusin untuk pergi ke Malangnya akhir taun aja. Kalau curi-curi long weekend biasa kayanya kurang puas. Kami mutusin buat berangkat tanggal 2 Januari. Pertimbangannya ga lain ga bukan karena akhir tahun adalah musimnya semua liburan. Males aja harus macet-macetan di jalan & berpenuh-penuh di objek wisata. Selain itu, pertimbangan harga-harga transportasi & akomodasi yang naek gila-gilaan di akhir taun.

Rencana kami sudah 90% fix pake motor dari Bandung ke Malang, tapi kami juga siapin backup plan kalau-kalau harus pake kendaraan umum. Kendaraan umum yang kami pilih tentunya Keretaapi. Seengganya kalau kami harus pake keretaapi, hanya kebagian satu kali harga tiket musim liburan.

1 Januari 2020, 100% fix untuk pake motor dari Bandung ke Malang. Berhubung akhir tahun memang lagi musim hujan, jadi kami sudah siap kalau-kalau kena hujan sepanjang jalan. Persiapan rute, kondisi motor, kondisi fisik, kondisi keuangan dan rencana-rencana cadangan sudah matang dan siap berangkat.

Kamis pagi, Bandung gerimis sedari subuh. Ragu juga gimana kalau sampai jam 07.00 WIB masih belum reda juga. Berhubung jam 07.00 WIB adalah waktu maksimal kami berangkat kalau ga mau sampe Jogjanya kemaleman. Jadi kami tetap pergi dengan kondisi gerimis bikin mager. Yap, kami memang sengaja berhenti di Jogja, ga langsung ke Malang. Berhubung kami hanya pergi berdua dan dalam rangka jalan-jalan santai.

Perjalanan lancar, bahkan di beberapa titik yang biasanya macet, kali ini lancar. Mungkin efek gerimis dan masih ada sebagian yang liburan. Oh, ya liburan anak sekolah masih berlangsung sampai hari Minggu besok, jadi belum semuanya kembali ke aktivitas rutin.

Kami sempat berhenti di Ciaro untuk isi bahan bakar. Cuaca masih mendung. Tidak sengaja sambil menunggu, saya dengar percakapan antar penjual. Kemarin, di jalur Limbangan – Nagreg ada bus masuk jurang. Efek macetnya luar biasa. Untung juga kami ga jadi berangkat tanggal 1 Januari.

Kami berhenti sarapan di Ciawi sekitar pukul 08.30 WIB. Di Ciawi, cuaca berbeda jauh. Langit sebagian besar berwarna biru dengan sinar matahari pagi. Bebeda dengan informasi di Bandung yang masih saja mendung. Kami berangkat kembali sekitar pukul 09.30 WIB. Target tujuan berhenti kami kali ini sekitaran Purwokerto untuk makan siang.

Perjalanan sangat lancar, kami hanya mengantri kalau ada truk yang tidak kuat menanjak. Bus-bus besar sendiri, masih jarang terlihat, karena masih pagi. Sementara di jalur berlawanan (arah dari Jawa Tengah ke Jawa Barat) kendaraan mulai padat. Tidak ada putusnya iringan mobil, motor, dan ELF.

Sekitar pukul 13.00 WIB kami melipir di sebuah Masjid sekaligus supermarket di wilayah Cimanggu. Pegeeell dan ngantuuuk sangat. Semakin ke Timur, cuaca semakin berbeda jauh dari Bandung. Sinar matahari sangat terik, tidak ada angin, dan jalan yang cukup monoton sukses bikin kami berdua ngantuk. Kami memutuskan untuk melipir sebentar. Meleset sudah makan siang di Purwokerto. Kami berhenti sekitar satu jam. Untungnya perut tidak terasa lapar, jadi masih aman untuk gas lagi.

Memasuki daerah Rawalo cuaca kembali berubah. Kami kejar-kejaran dengan awan hujan yang sudah sangat hitam di sisi Utara, tepatnya di sepanjang wilayah Purwokerto – Wonosbo. Untungnya, angin tidak bertiup ke arah Selatan, jadi kami hanya berjalan sejajar dengan daerah yang sudah diguyur hujan.

Memasuki Karanganyar, barulah kami bertemu awan hujan dari arah Utara. Tidak tanggung-tanggung, hujannya langsung deras, ga pake basa-basi. Kami melipir di halaman rumah yang kebetulan lumayan luas. Selesai kami pakai jas hujan, hujannya reda. Kami putuskan untuk tetap pakai jas hujan saja, takut di depan hujannya belum reda. Benar saja, baru beberapa meter kami jalan, hujan deras turun lagi.

Hujan kembali reda ketika kami memasuki jalan lintas luar Kebumen. Kali ini kami hanya melepas jas hujan atasannya saja diganti dengan jaket. Di wilayah ini, ternyata hujan belum turun, masih sebatas gerimis kecil. Perjalanan masih lancar. Memasuki Purworejo, lalu lintas menjadi lebih ramai. Maklum, sudah pukul 15.30 WIB, jamnya anak sekolah pulang.

Di Jawa Tengah ternyata sudah cukup banyak sekolah yang sudah kembali beraktvitas. Berbeda dengan di Jawa Barat yang rata-rata sekolah baru mulai kembali pada 8 Januari 2020 nanti. Kami berbelok ke jalan alternatif, menghindari jalur utama melintas pusat kota Purworejo.

Di pertengahan jalur, ketika sedang enak-enaknya tancap gas, hujan kembali turun. Kami langsung melipir lagi. Kami berhenti sekitar satu jam dan ketika kami akan lanjut jalan, hujan reda. Awan hujan sudah menunggu kami di depan sana. Entah akan kami temui hujan ketika masuk Jogjakarta atau mungkin hujannya tidak di jalur yang akan kami lewati. Sepanjang Purworejo – Wates cuaca semakin mendung. Langit semakin gelap, sudah seperti pukul 18.00 WIB, padahal baru pukul 16.30 WIB.

Kami berhenti lagi di sekitaran Wates. Kali ini kami memakai jas hujan karena mulai gerimis lagi dan di depan awan hujan sudah menunggu. Sepertinya sampai Jogja bakalan kehujanan. Benar saja, ga jauh dari lokasi kami pakai jas hujan, hujan langsung turun. Kali ini sangat deras.

Ada untungnya juga hujan deras menjelang Magrib begini. Perjalanan kami memasuki kota Jogja jadi lebih lancar. Sebelumnya, kami sempat iring-iringan dengan pekerja pabrik dan lainnya yang baru pulang di sekitaran Wates. Maklum, jam pulang kantor. Aga-aga keder juga masuk Jogja sendiri.

Ini bukan pertama kalinya ke Jogja, tapi ini pertama kalinya ke Jogja ga pake kendaraan umum & ga jadi penumpang. Kali ini kudu jadi navigator biar ga nyasar-nyasar. Jalur yang saya ambil begitu masuk Jogja adalah yang ke arah Ring Road Utara. Tujuan kami ini memang bisa diakses dari Ring Road Utara. Sengaja saya ga ambil jalur ke pusat kota biar ga macet-macetan. Udah cape, udah pengen rebahan aja rasanya.

Begitu kami masuk Ring Road Utara, hujan berhenti. Kami melewati proyek pembangunan entah apa, lalu belok ke UGM. Perkiraan saya, kalau ambil jalur ini palingan kena macet atau jalan ramenya ya sepanjang jalur UGM ini, ternyata perkiraan saya meleset. Dari ujung perempatan Ring Road Utara sampai abis lingkungan UGM jalanan sepiiii, lancaar jaya.

Sialnya, jalur yang kami ambil ini ternyata ada jalur satu arah. Terpaksa langsung reroute lagi. Bonus hujan deras yang tiba-tiba turun. Keluar dari jalur, hujan deras, kumplit sudah. Rencana pengen makan dulu di deket-deket tempat nginep batal sudah. Untungnya ga susah nemuin jalur ke arah tujuan kami. Jam 19.30 WIB kami sampai di tujuan dengan hujan yang masih juga deras.


About Dya Iganov

Penyuka traveling, tidak hanya mendaki gunung, tapi juga touring, rafting, explore, city tour, kemping ceria, susur pantai, dll