Setelah kemarin menempuh jarak 231 Km dalam waktu 9 jam, maka hari ini jarak kami sedikit lebih singkat, yaitu 87,6 Km dalam waktu 4 Jam 11 menit. Dalam pemilihan rute pun kali ini saya tidak ambil jalan lintas jalur provinsi. Rute yang saya ambil yaitu Wonosobo – Tambi – Ngadirejo – Jumo – Kandangan – Kaloran – Sumowono – Jambu – Banyubiru – Muncul – Kota Salatiga. Meskipun bukan jalan provinsi, tapi rute kali ini full jalan raya lintas antar kabupaten. Kondisinya aspal mulus dengan medan masih perbukitan.
Meskipun sudah di Wonosobo, tapi kami benar-benar hanya transit istirahat saja. Tidak ada acara mampir ke objek wisata di Dieng (full cuman lewat saja), maupun kulineran. Bahkan makan mie ongklok pun ga sempet. Kami berangkat meninggalkan Wonosobo sekitar jam 10.30. Begitu memasuki area Perkebunan teh Tambi disambut dengan kabut dan udara sejuk khas dataran tinggi. Hari ini adalah rute terakhir kami melewati dataran tinggi. Karna dua hari ke depan, rute kami akan melewati area yang bersuhu cukup panas.
Sepanjang Tambi – Umbul Jumprit, mata kami dimanjakan oleh hamparan perkebunan warga, kabut yang turun dari puncak-puncak bukit, serta pemandangan Kota Temanggung dan sekitarnya yang bermandikan sinar matahari di bawah sana. Jalur ini pun melewati Basecamp Pendakian Gunung Sindoro via Tambi (Sigedang) dan Basecamp Bukit Sikendil.
Arus lalu lintas cukup sepi, hanya ada motor kami dan sesekali sepeda motor warga yang menyusul. Aktivitas warga banyak terlihat di ladang sepanjang jalur. Medan jalan terus menanjak semenjak dari Wonosobo hingga berbelok ke arah Tambi. Setelah melewati Basecamp pendakian Bukit Sikendil, jalanan memasuki area hutan dan medannya mulai menurun.
Setelah keluar dari jalur yang melewati hutan kecil, kami sudah resmi memasuki wilayah administrasi Kabupaten Temanggung. Setelah keluar dari hutan, di sepanjang kanan dan kiri jalan yang kami lalui pemandangan menjadi luas. Jarang ditemui permukiman penduduk, bahkan rumah-rumah penduduk pun tidak ada. Hanya hamparan ladang di kaki Gunung Sindoro dan Bukit Sikendil.
Ketika kami tiba di spot ini, baru kami banyak berpapasan dengan kendaraan dari arah berlawanan. Tidak sedikit juga kami berpapasan dengan rombongan anak muda yang akan mendaki atau kemping. Di jalur ini hanya akan ditemukan empat rest area hingga tiba di Pertigaan Jumprit. Rest area ini berupa kedai kopi dan toilet umum. Jarak antar rest area pun tidak bersebelahan, jadi tidak menimbulkan kesan yang sumpek.
Ujung jalur yang berupa full turunan ini akan berakhir di sebuah pertigaan besar. Ke arah kanan merupakan jalur ke permukiman penduduk yang kemudian akan bertemu kembali dengan jalur yang lurus dari pertigaan. Kedua percabangan ini akan berakhir di Desa Mutung. Desa Mutung merupakan jalur utama menuju Kabupaten Kendal di Utara. Di Pertigaan Jumprit, kami mengambil arah yang kanan. Arah kanan ini akan berujung di Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung.
Pertigaan Jumprit ini juga terletak berbatasan dengan Taman Nasional Jumprit. Tidak jauh dari Taman Nasional Jumprit, kami melewati objek wisata Umbul Jumprit. Kami lewati dua objek wisata ini. Kami menargetkan sampai di Salatiga masih sore, biar bisa lebih lama beristirahat. Cuaca masih mendung dan sesekali gerimis tipis turun.
Selepas Umbul Jumprit, barulah jalur mulai memasuki area permukiman. Meskipun masih permukiman yang berkelompok dan diselingi area ladang yang luas. Karena cuaca mendung, udara dingin, perut pun rasanya minta diisi lagi. Kami sampai putar balik karena saya melihat di sisi kanan jalan ada tukang gorengan yang menjual donat kampung. Saya ingat, kemarin suami bilang, pengen beli donat kampung. Dan kesampeanlah hari ini.
Kami pun memarkirkan motor dan membeli gorengan bakwan, gorengan daun bayam (atau singkong, lupa), tahu isi, dan donat kampungnya tidak ketinggalan. Selain memborong gorengan untuk makan di tempat sambal beristirahat, kami pun tidak ketinggalan membungkus beberapa gorengan. Gorengan ini untuk dimakan nanti di embung yang akan kami datangi.
Setelah perut kenyang dan gerimis berhenti, kami pun melanjutkan perjalanan kembali. Medan jalan masih terus menurun terus. Ujung jalur yang kami lewati berakhir di Pusat Kecamatan Ngadirejo. Di sini terdapat persimpangan.. Jika terus ke arah Timur akan menuju Desa Jumo. Jika mengambil arah Selatan akan mengarah ke Parakan dan kemudian Temanggung. Jika ke arah Utara akan menuju Desa Mutung dan kemudian ke Kabupaten Kendal. Jalur menuju Parakan ini merupakan jalur Jalan Nasional, yang sudah pasti saya hindari. Motor kami arahkan menuju Desa Jumo, sesuai dengan rute yang sudah saya buat sebelum kegiatan motoran ini.
Tidak jauh dari persimpangan ini, saya tidak sengaja melihat ada sebuah rumah bergaya tahun 80an yang teras rumahnya dijadikan Warmindo. Kami pun kembali memutar arah untuk mampir di Warmindo tersebut. Pemilik Warmindo merupakan seorang ibu – ibu yang sangat ramah. Ibu ini merupakan salah satu pemilik rumah besar bergaya 80-an yang saat ini sudah dibagi-bagi untuk tempat usaha Bersama dengan saudaranya yang lain.
Cuaca masih mendung dan bahkan sesekali gerimis turun ketika kami berhenti di Warmindo ini. Kami berhenti cukup lama di Warmindo sambil menunggu cuaca membaik. Setelah ada sedikit sinar matahari, kami pamitan kepada ibu pemilik Warmindo. Jalanan masih cukup ramai dengan medan yang sudah dominan datar. Tidak ada tanjakan ataupun turunan panjang seperti sebelumnya. Jalanan pun sudah berupa aspal mulus. Ruas Jalan Ngadirejo – Jumo ini merupaka ruas Jalan Kabupaten.
Kami jalan nonstop dari Nagadirejo melewati Jumo kemudian Kandangan barulah Kaloran. Kaloran merupakan Kecamatan terakhir yang akan kami lewati di Kabupaten Temanggung kali ini. Jalur dari Kecamatan Ngadirejo hingga memasuki Kecamatan Kaloran merupakan jalur yang cukup asik menurut saya. Jalan lintas antar Kabupaten yang sangat baik kondisinya dengan pemandangan khas kota kecil yang asri dan sejuk. Arus lalu lintas yang sedikit padat dari pusat Kecamatan Ngadirejo hingga memasuki Desa Jumo, mulai sedikit berkurang. Di Desa Jumo terdapat persimpangan menuju Temanggung kota.
Sebenarnya ada jalur yang penasaran ingin saya lewati, tapi aga ragu juga karena cuaca yang mendung. Jalur Kaloran – Jambu via Kalimanggis – Kebonagung – Ngadikerso – Jambu. Jalur ini akhirnya di skip karena suami yang lebih memilih jalur utama Kaloran – Sumowono biar lebih cepat katanya. Jalur Ngadirejo – Kaloran – Sumowono ini termasuk jalur asik menurut saya. Jalannya full aspal, jalan lintas utama, tapi arus lalu lintasnya sepi. Bahkan, untungnya kami pergi ketika masih musim hujan, jadi udaranya sejuk. Bahkan mendekati Kec. Sumowono, tepatnya di tugu perbatasan antara Kab. Temanggung – Kab. Semarang, kabut tebal sudah menyambut kami. Ini pertama kalinya saya ke daerah Semarang yang udaranya dingin. Dan baru tahu juga kalau Kec. Sumowono berada di dataran tinggi & masuk wilayah administrasi Kab. Semarang.
Awalnya, kami masih mau mencoba rute asik menuju tempat tujuan kami di Kec. Jambu via Candigaron, tapi lagi-lagi kami skip. Alasannya adalah karena jalur utama sangat sepi, jadi kalaupun kami ambil jalur potong, waktu tempuhnya ga akan beda jauh. Malah bisa lebih lama karena kondisi jalannya tidak semulus kondisi jalan utama.
Menuju lokasi istirahat kami di Kec. Jambu pun, kondisi jalannya masih sangat bagus meskipun kembali menuju perbukitan. Jalur pun kembali melewati area perkebunan. Sampailah kami di tujuan kami, Wisata Embung Dusun Gedeg Desa Genting. Sebuah embung kecil yang memiliki pemandangan Gunung Ungaran di kejauhan, jika cuaca sedang cerah.
Kami tiba di Embung Obor Tani dengan cuaca yang masih sedikit berawan. Jalan masuk menuju embung merupakan jalan kecil di samping di antara rumah penduduk. Gapura masuknya pun sudah usang, bahkan hampir tidak terbaca tulisan penanda embungnya. Jalan masuk berupa semen yang sudah licin karena terkena campuran tanah merah dan air hujan. Permukaan jalannya pun miring – miring. Kami memarkirkan motor di area terbuka yang berupa rerumputan. Posisi embung lebih tinggi dari posisi jalan masuk dan tempat kami memarkirkan motor. Terdapat papan informsi teknis mengenai embung dan terdapat prasasti dari batu. Prasasti batu merupakan informasi dan cerita singkat terbentuknya embung ini. Di samping prasasti batu terdapat anak tangga menuju embung.
Sayangnya, ketika kami tiba di embung ini, kondisinya sangat tidak sesuai harapan. Menurut warga yang sedang merumput di sekitar embung, sudah beberapa bulan ini embung bocor sehingga menyebabkan air embung terkuras habis. Padahal fungsi dari embung ini adalah untuk sumber pengairan kebun lengkeng di desa tersebut. Pemandangan ke arah Gunung Ungaran pun tertutup kabut dan awan hujan.
Kami pun memutuskan untuk lanjut jalan saja nonstop sampai tujuan akhir kami di Salatiga. Tepat ketika kami sedang bersiap untuk jalan lagi, gerimis cukup lebat tiba-tiba turun. Saya pun bergegas jalan ke arah pinggir jalan desa, karena jika boncengan sedikit sulit dengan jalan semen yang licin. Kali ini, suami memacu motor sedikit lebih cepat. Bukan tanpa alasan, kami menghindari kehujanan. Malas rasanya pakai jas hujan tapi malas juga berhenti neduh. Untungnya, kondisi jalan sangat sepi, tidak ada kendaraan lain selain motor kami.
Mungkin karena gerimis. Selain itu, kondisi jalan sangat baik dan medannya menurun terus. Tidak terasa karena gaspol terus & full turunan, kami pun sudah sampai di Desa Kuwarasan. Di sini lalu-lintas mulai ramai, karena ujung jalan ini akan berakhir di Jalan Provinsi Semarang – Yogyakarta (Jalan Letkol Isdiman). Kami tidak berlama-lama di jalan provinsi, karena motor kami arahkan ke jalan potong menuju Banyubiru – Muncul – Salatiga, tidak mengikuti jalan provinsi yang melewati Ambarawa – Tuntang – Salatiga.
Gerimis kembali menyapa ketika kami hampir tiba di pusat Kecamatan Banyubiru. Untungnya, arah tujuan kami menjauhi awan hujan. Kondisi jalan sepanjang Banyubiru cukup baik. Jalan raya dengan lalu-lintas yang tidak terlalu ramai, juga tidak terlalu sepi. Jalanan didominasi kendaraan sepeda motor warga setempat dan kendaraan umum carteran.
Kami tiba di Salatiga tepat pukul 16.00 WIB. Memasuki kota Salatiga, arus lalu lintas menjadi cukup ramai, bahkan ada beberapa titik macet yang kami lalui. Masih sangat sore bila dibandingkan hari kemarin. Tidak lupa kami mampir untuk belanja logisti di dekat tempat kami menginap. Kami akan menginap semalam di Salatiga. Lumayan untuk mengistirahatkan badan sebelum besok menempuh kembali rute yang cukup panjang, bahkan sudah lintas Provinsi.