“Mas dari mana?”
“Dari Bandung.”
“Kesini dagang?”
“Bukan, sedang menjelajah Indonesia saja.”
“Dana dari mana? Sponsor”
“Dana sendiri. Tidak pakai sponsor.”
“Wah, berarti modal uangnya banyak ya.”
“Ah tidak. Yang harus banyak itu ‘waktu’ dan harus siap menggembel.”
“Terus nanti tujuan akhirnya apa? Dibukukan? Masuk tv? Dapat uang?”
“Tidak juga.”
“Keuntungannya apa kalau begitu?”
“Secara materi, aku tidak mendapatkan untung, tapi secara pikiran, wawasanku bertambah. Alasanku simple; Indonesia terlalu besar untuk aku nikmati hanya dari kotaku saja.”
Kebanyakan orang mengangguk pura-pura paham tapi sebenarnya tidak mengerti kenapa aku memilih hidup seperti ini, beberapa menggelengkan kepala tanda mereka tergagas untuk melakukan hal serupa. Ah ya sudahlah.
Tapi anakku, jika suatu saat kau terlahir ke dunia ini, aku ingin jadi Ayah yang duduk di sebelahmu di hamparan savana, di titik triangulasi sebuah gunung, atau di dermaga sebuah pantai untuk menceritakan masa mudaku yang begitu mencintai negeri ini dengan caraku. Aku harap kau pun akan mencintai negeri dengan caramu sendiri.
-FIERSA BESARI-
Status seorang teman yang bisa dibilang baru kenal dan pertemuan langsung pun bisa dihitung jari. Tapi entah kenapa melihat yang sedang dia kerjakan sekarang rasanya melihat saya dengan segala cita-cita saya. Yap Cita-cita yang sebagian besar, bahkan hampir semua orang digambarkan dengan: “Cita-cita saya menjadi…. bla bla bla” tapi untuk saya pribadi, cita-cita saya adalah “Mengelilingi Indonesia sampai ke pelosok yang paling sulit dijangkau” bukan “menjadi seorang…..”
Tapi lagi-lagi, semuanya membutuhkan uang!
-Hanya Ngoceh, Abaikan-