Meskipun memiliki nama Curug Bandung, tetapi air terjun yang satu ini tidak terletak di kawasan metropolitan Bandung. Curug Bandung terletak di Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Curug Bandung merupakan salah satu air terjun yang sudah dibuka aksesnya dan sudah dikelola. Lokasi Curug Bandung yang berada di Kabupaten Karawang ini mungkin termasuk salah satu air terjun yang berada di tempat yang tidak biasa. Kota dan Kabupaten Karawang lebih dikenal sebagai kota industri yang hampir seluruh pembangunannya difokuskan untuk keperluan industri.
Karawang merupakan lokasi yang dianggap ideal untuk pembangunan kawasan industri karena sebagian besar daerahnya memiliki topografi yang landai, dialiri sungai, salah satunya yaitu Sungai Citarum, sebagian daerahnya termasuk kedalam wilayah pesisir, memiliki cukup banyak muara sungai, serta merupakan salah satu daerah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Kawawasan Metropolitan Jabodetabek. Hanya sebagian kecil wilayah di Kabupaten Karawang yang termasuk ke dalam kawasan perbukitan ataupun pegunungan. Daerah di Kabupaten Karawang yang termasuk kedalam kawasan perbukitan diantaranya Kecamatan Tegalwaru yang berada di kaki Gunung Sanggabuana yang sekaligus merupakan daerah yang dekat dengan Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta.
Sumber aliran air terjun Curug Bandung berasal dari mata air yang berada di Gunung Sanggabuana. Curug Bandung merupakan air terjun terakhir dari beberapa air terjun yang berada di kawasan wisata di kaki Gunung Sanggabuana. Lokasi Curug Bandung berdekatan dengan lokasi Curug Cigentis dan berada dalam satu kawasan wisata yang sudah dikelola dan dikembangkan. Selain objek wisata air terjun, di kawasan wisata tersebut juga dibangun beberapa villa, water boom, kolam pemancingan, kolam renang umum, tempat makan, dan camping ground.
Akses menuju Curug Bandung apabila masuk dari Kabupaten Purwakarta maka setelah memasuki Kecamatan Kosambi, Kabupaten Karawang, selanjutnya ambil arah menuju Karawang Barat melalui Markas Kostrad kemudian melewati jembatan besi sampai menemukan jalan yang berada tepat di pinggir sungai. Sungai yang berada disamping jalan merupakan Kali Malang yang mengalir dari arah Bekasi. Setelah menemukan Kali Malang, ada petunjuk arah menuju Gunung Sanggabuana. Setelah menyusuri jalan di pinggir Kali Malang, ambil jalan menuju Karawang Barat. Ikuti jalan hingga masuk Kecamatan Tegalwaru. Setelah menyebrang jalan toll, ikuti jalan karena memang tidak ada percabangan dan jalannya lurus terus.
Arus lalu lintas disini didominasi oleh truk-truk besar mengingat Karawang merupakan kota industri. Kondisi jalan sudah sangat bagus dengan perkerasan beton. Tidak ada penerangan jalan, marka jalan, pembatas jalan, leger jalan, dan guna lahan lebih banyak didominasi oleh lahan pertanian dan tempat pembakaran serta penampungan ban bekas dan rongsokan lainnya sehingga bila melintas di daerah ini setelah pukul 18.00 sebaiknya tidak sendirian dan tidak menggunakan sepeda motor.
Kondisi jalan memasuki Desa Tegalwaru masih tidak terlalu bagus. Setelah persimpangan dengan jalan menuju Curug Cikolengklak, beton sudah mulai hilang diganti dengan jalan dengan perkerasan aspal yang sudah mengelupas disana-sini. Curug Bandung merupakan air terjun terakhir dan merupakan air terjun paling tinggi dalam rangkaian air terjun di kawasan wisata “Curug Bandung”.
Curug Bandung dapat dikelompokkan ke dalam air terjun permanen, karena pada saat kemarau, aliran jatuhan airnya tetap ada meskipun kecil. Curug Bandung memiliki klasifikasi ‘Curtain’ dan ‘Slide’ sebagai bentuk dominan. Aliran jatuhan Curug Bandung memperlihatkan terjadinya pelebaran aliran jatuhan dilihat dari air pertama kali jatuh hingga masuk ke dalam kolam. Secara kebetulan, Curug Bandung tidak terlalu tinggi, sehingga perubahan lebar yang terjadi di sepanjang aliran jatuhan akan menjadi sangat menonjol dibandingkan ketinggiannya. Klasifikasi dominan yang ke-2 yaitu ‘Slide’ dikarenakan adanya perubahan aliran jatuhan di sepanjang lintasan yang tidak berbentuk vertikal, tetapi lebih mengikuti kelandaian dinding air terjun yang cocok dengan deskripsi klasifikasi ‘Slide waterfall’.
Klasifikasi lainnya yaitu ‘Cascade’ karena volume jatuhan air terjun tidak terlalu deras, bahkan tetap mempertahankan kontak dan mengikuti bentuk lintasan dinding air terjun selama proses jatuhnya. Ketika musim kemarau, klasifikasi yang terlihat dominan adalah ‘Slide’ dan ‘Cascade’, sedangkan ketika musim hujan, klasifikasi yang terlihat dominan adalah ‘Fan’ dan ‘Horsetail’ karena tetap mempertahankan kontak dengan batuan dinding air terjun.
Waktu yang tepat untuk mengunjungi air terjun ini adalah kapan pun, baik musim kemarau atau musim hujan. Ketika kemarau, medan yang akan ditempuh untuk trekking menuju air terjun ini tidak akan becek, karena sebagian besar jalurnya masih ada yang akan menjadi lumpur ketika hujan, tetapi sudah diberi trek dan tangga dari batu. Ketika musim hujan, beberapa bagian di sepanjang jalur trekking menuju Curug Bandung akan berubah menjadi lumpur dan cukup licin, meskipun keamanannya masih terjaga, selain itu, ketika musim hujan, akan cukup sulit untuk hanya sekedar duduk di samping kolam ataupun di warung yang berada tepat di bawah aliran jatuha Curug Bandung. Warna air terjun ini akan tetap berwarna putih, baik pada musim kemarau ataupun musim hujan. Hal ini menandakan bahwa lahan yang berada di pinggir aliran sungai dari hulu masih terjaga dari erosi, serta masih sangat rendahnya transportasi sedimen di aliran Curug Bandung.