Curug Bentang secara administratif berada di Desa Sanca, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Lokasinya ini berdekatan dengan Kampung Adat Banceuy yang dikenal juga sebagai Kampung Adat dengan seratus satu ritual. Baik Curug Bentang maupun Kampung Adat Banceuy, sama-sama masih asing ketika pertama kali mencari referensi petunjuk. Sebenarnya, lokasi Curug Bentang ini masih dekat dengan permukiman penduduk, bahkan jalan menuju Curug Bentang ini dapat diambil dari dekat salah satu Resort di Lembang yang sudah sangat terkenal. Jalan menuju Curug Bentang memang paling mudah jika mengambil jalur Bandung-Subang, lalu belok ke arah Sumedang di Jalancagak.
Ketika tiba di Kecamata Kasomalang, begitu masuk ke pusat kota kecamatan, ambil jalan di kanan yang menuju ke Kampung Adat Banceuy. Ikuti terus jalan utama sampai ke pertigaan menuju Kampung Adat Banceuy. Waktu yang diperlukan dari pertigaan di Kasomalang hingga ke pertigaan Kampung Adat Banceuy kurang lebih maksimal satu jam dengan kondisi jalan yang baik.
Di pertigaan Kampung Adat Banceuy, ambil jalan yang tidak mengarah ke areal Kampung Adat, ikuti terus jalannya hingga menemukan oangkalan ojek di sisi kanan jalan dan tembok yang sudah cukup rusak di sisi kiri jalan. Tepat di depan gerbang yang sama tidak terawatnya, ada lapangan yang cukup luas yang bisa digunakan untuk memarkirkan kendaraan. Jarak dari Kota Subang ke Curug Bentang sekitar 20 Km dan dari Kota Bandung sekitar 35 Km. Apabila kita bertanya mengenai Curug Bentang, maka ketika tiba di Jalancagak, sudah cukup banyak warga yang mengetahui keberadaannya.
Menurut informasi salah seorang warga, Curug Bentang ini sebenarnya sudah pernah dibuka untuk pariwisata oleh pemeritah setempat. Pemerintah setempat membangun beberapa sarana pendukung seperti beberapa Gazebo, Balairung, kios-kios kecil, toilet, tangga dan jalan setapak yang terbuat dari beton menuju ke air terjun, hingga perbaikan jalan dan pembangunan dinding beton sebagai pagar pembatas area objek wisata Curug Bentang dengan kebun warga.
Dengan dibangunnya prasarana dan sarana pendukung, tempat ini menjadi salah satu objek wisata favorit yang ramai dikunjungi ketika akhir pekan, tetapi hal ini hanya berlangsung sekitar 1-1,5 tahun. Penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke sini salah satunya disebabkan karena kerusakan yang mulai muncul pada beberapa sarana di lokasi yang tidak segera ditanggulangi, bahkan terkesan diabaikan hingga akhirnya benar-benar tidak dapat dimanfaakan lagi. Selain itu, kurang pengelolaan dan pengawasan menjadikan objek wisata ini monoton sehingga pengunjungnya mulai berkurang. Kekurangan lainnya adalah tidak adanya papan penunjuk arah menuju Curug Bentang dan juga papan informasi mengenai keberadaan Curug Bentang.
Posisi Curug Bentang berada di bukit yang berada di seberang dari posisi pertama datang, sehingga kita harus trekking melewati jalan setapak yang sudah dibeton dan diberi tangga hingga ke dasar jurang. Dari jalan setapak ini kita dapat melihat Curug Bentang yang posisinya lebih rendah dari lokasi kita trekking. Aliran sungai dan Curug Bentang berada di celah-celah lembah dan perbukitan yang masih hijau. Curug Bentang terdiri dari dua tingkat air terjun dan kita hanya dapat mendekati tingkatan ke-2. Untuk mencapai tingakatan pertama dari Curug Bentang, kita harus melakukan start trekking dari titik yang berbeda dari yang sudah dibuat oleh pemerintah dan jalannya menembus perkebunan warga dengan medan dan trek yang sedikit lebih sulit.
Posisi Curug Bentang sebenarnya masih berada di puncak perbukitan, setelah air masuk ke dalam kolam kedua dari urutan Curug Bentang ini, aliran sungai masih terus mengalir mengikuti kontur yang menurun, setidaknya mungkin aka ditemukan beberapa air terjun yang sangat kecil atau jeram sebagai akibat perubahan ketinggian sepanjang jalur aliran sungai. Bila sore hari, kabut akan turun dan masuk di sela-sela celah antar lereng menambah suasana menjadi sedikit mistis ditambah dengan suhu yang menjadi sedikit lebih dingin.
Klasifikasi dominan Curug Bentang yaitu ‘Punchbowl’, ‘Multistep’, ‘Horsetail’ dilihat dari adanya kontak secara terus menerus antara air yang jatuh dengan dinding air terjun, memiliki kolam di masing-masing tingkatannya, dan bagian utama dari Curug Bentang terdiri dari dua tingkatan. Curug Bentang juga termasuk ke dalam kategori air terjun permanen. Aliran jatuhan air pada tiap bagian Curug Bentang akan bertambah volumenya meskipun tidak sampai menjadi tipe ‘Cataract’. Ketinggian air terjun pada tingkatan pertama lebih tinggi dibandingkan dengan air terjun pada tingkatan kedua. Tingginya mencapai 50 m. Kolam yang berada di tingkatan pertama pun ukurannya jauh lebih lebar, bahkan ada sedikit penurunan sebelum aliran airnya jatuh di tingkatan kedua.
Lebar kolam pertama ini kurang lebih 100 m2. Kolam yang berada di tingkatan pertama hampir tidak memiliki jeram dan permukaannya tenang, sedangkan kolam di tingkatan kedua sedikit lebih berjeram dan lebih dalam. Arus pada kolam tingkatan kedua lebih besar karena aliran air langsung masuk kembali ke aliran sungai. Tinggi air terjun pada tingkatan kedua yaitu 40 m, sehingga tinggi Curug Bentang keseluruhan mencapai 90 m. Luas kolam pada tingkatan kedua mencapai 100 m2. Bila dilihat secara keseluruhan, Curug Bentang tetap dapat diklasifikasikan ke dalam kategori ‘Multi step’ karena memang dari bagian ujung atas hingga bagian paling bawah terdiri dari dua tingkatan.
Sebenarnya ketika turun dari jalan setapak menuju Curug Bentang, kita akan melewati aliran air yang jatuh dari tebing dengan tingkat erosi yang cukup tinggi tetapi tidak dapat dikategorikan sebagai air terjun. Pada bagian bawah aliran ini, air akan mengalir menruni tumpukan bebatuan yang berada tepat di samping jalan setapak sehingga apabila volume air di tempat ini sedang mencapai nilai maksimal, maka sekilas akan nampaj seperti ‘Scree/Talus’.
Aliran air yang menyerupai kategori ‘Talus’ ini akan dialirkan kembali ke kolam tempat aliran Curug Bentang yang kedua melalui aliran yang sangat kecil. Tipe ‘Talus’ seperti ini memang akan banyak di temukan sebagai bagian kecil dan sedikit terpisah dari bagian utama air terjun. Warna air di Curug Bentang jika hujan akan menajdi sedikit keruh, meskipun secara keseluruhan, lingkungan di sekitar Curug Bentang masih didominasi oleh lahan perkebunan dan masih jarang dibangun rumah, sehingga tingkat erosi di Curug Bentang masih belum terlalu parah.
Asal usul penamaan Curug Bentang memang tidak diketahui secara persis, kecuali oleh sesepuh masyarakat Desa Adat Banceuy yang umumnya sudah berusia sangat tua. Salah satu cerita penamaan Curug Bentang yang dikenal berhubungan dengan pahlawan Nasional, yaitu Ir. Soekarno. Konon, dahulu kala Ir. Soekarno melakukan napak tilas yang bertujuan untuk mencari ilmu kenegaraan agar Indonesia menjadi satu Negara nusantar. Ir. Soekarno melakukan napak tilas di daerah Wangunharja yang merupakan tempat padepokan tersebesar dan juga merupakan tempat Prabu Siliwangi (gelar raja Padjajaran) bertapa. Bung Karno mendapatkan titah setelah bersemedi di batu yang berbentuk kapal di daerah Negla (Desa Adat Banceuy sekarang), tepatnya di Curug Bentang.
Penamaan Curug Bentang tersebut berasal dari kata bintang. Ketika Bung Karno bersemedi di Curug Bentang, ia mendapatkan titah di air terjun tersebut berupa tujuh cakra sunda dari bintang yang diturunkan oleh Sanghyang Widi melaui perantara ibunda Nyi Roro Kidul (Ratu Pantai Selatan). tujuh Cakra Sunda ini berisi tujuh putri. Ketujuh putri tersebut terdiri dari Kembang Cangkok Wijaya Kusuma, yang terdiri dari Nyai Ratu Timun, Kembang Kendis, Klenting Jawa, Nyai Masayu Purbaningrum, Ambar Laweh, Melalur Ayu, Sembiluh Taman.
Terkait penuturan masyarakat di Curug Bentang, terdapat tujuh ular penjaga curug yang merupakan jelmaan dari ketujuh putri tersebut yang bersosokkan ular dengan sisik terbalik. Masyarakt Banceuy mengatakan terdapat harta yang sangat berharga, katanya, apabila harta tersebut didapatkan, maka hutang-hutang Indonesia akan lunas semua, kabar lain dari informan bahwa kedalaman curug tersebut tidak diketahui kedalamannya, pernah dicoba dan di ukur menggunakan bambu sepanjang 25 meter, tapi belum juga mentok. Hal ini menimbulkan isu bahwa curug tersebut bisa tembus ke laut pantai selatan tempat Nyi Roro Kidul, maka dari itu foto Bung Karno dan foto Nyi Roro Kidul di gandengkan di hotel Palabuhanratu kamar 108.
Sumber lainnya:
http://www.seratour.info/2014/04/wisata-air-terjun-curug-bentang.html
http://fahri09.blogspot.com/2011/06/mitos-dan-cerita-rakyat-masyarakat-adat.html