CURUG CAWENI


upload-146

Secara administratif, Curug Caweni berada di Desa Cidolog, Kecamatan Cidolog, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kecamatan Cidolog berjarak sekitar 75 Km dari Kota Sukabumi ke arah Selatan, tepatnya berada di jalan lintas Kabupaten yang menuju Kecamatan Tegalbuleud di pesisir Selatan Kabupaten Sukabumi. Kecamatan Cidolog juga berjarak sekitar 164 Km dari Kota Bandung, Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan mengambil jarak dari jalur utama. Kecamatan Cidolog memiliki luas sekitar 7.578 Ha dan memiliki lima desa, yaitu Desa Cidolog, Desa Mekarjaya, Desa Cipamingkis, Desa Tegallega, dan Desa Cikarang. Komoditi andalan Kecamatan Cidolog diantaranya beberapa varietas pisang, kacang-kacangan, sayur-mayur dan palawija. Mata pencaharian utama penduduk Kecamatan Cidolog memang sebagian besarnya adalah bertani, karena lahan di Kecamatan Cidolog sebagian besarnya merupakan ladang, sawah, kebun, dan hutan (40% merupakan lahan pertanian basah, 40%pertanian ladang, sisanya permukiman dan lainnya). Kecamatan Cidolog memiliki kebun jati sebagai pembatas dengan Kecamatan Tegalbuleud di sebelah Selatan, yang satu lahan kebun jati dari perbatasan Kecamatan Tegalbleud dengan Kecamatan Surade di Barat. Menurut cerita warga, lahan hutan jati yang meliputi Kecamatan Cidolog, Kecamatan Surade, dan Kecamatan Tegalbuleud ini pernah mengalami penjarahan besar-besaran pada masa-masa runtuhnya pemerintahan Orde Baru.

upload-173

Kecamatan Cidolog merupakan daerah dengan kontur dominan berbukit/bergelombang dan berada pada 300 m atas muka laut. Jenis tanah dominan yaitu Regosol dan Latosol. Tanah Latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua. Tumbuhan yang dapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit. Tanah regosol adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunungapi. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang baru diendapkan dan tanah pasir. Persebarannya banyak terdapat di Bengkulu, Pantai Sumatra Barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Material jenis tanah ini berupa tanah regosol, abu vulkanik, napal, dan pasir vulkan. Tanah regosol sangat cocok ditanami padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran. 

 upload-165

Jalur Bandung – Kota Cianjur – Kota Sukabumi – Kecamatan Cidolog

Terdapat tiga akses menuju Kecamatan Cidolog, pertama yaitu melalui jalur utama Bandung – Kota Sukabumi. Pada rute ini, jarak yang ditempuh sekitar 164 Km dengan waktu tempuh normal kurang lebih sekitar 4 jam 39 menit. Jalur ini merupakan jalur dengan kondisi jalan terbaik. Jalur ini melewati Kota Bandung ke arah Padalarang kemudian Kota Cianjur. Memasuki Kabupaten Cianjur, tepatnya di Kecamatan Karangtengah, sebaiknya ambil jalan lingkar yang langsung menuju Terminal Pasirhayam. Jalur ini dibuat tanpa harus melewati Kota Cianjur, sehingga sedikit mempersingkat waktu tempuh. Dari Terminal Pasrihayam, ambil jalur utama Cianjur-Sukabumi melalui Kecamatan Warungkondang dan Kecamatan Gekbrong. Lalu lintas dari Padalarang hingga Kota Sukabumi akan sangat ramai sepanjang hari dan kendaraan yang melintas beragam, mulai dari kendaraan pribadi (mobil dan motor), bus besar, bus sedang, ELF, truk pengangkut barang tambang, truk barang, pick up, bahkan andong pun akan ditemukan di beberapa titik. Kondisi jalan sudah baik, meskipun sepanjang Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur hingga Kecamatan Sukalarang Kabupaten Sukabumi akan sangat minim lampu penerangan jalan. Memasuki Kecamatan Sukaraja Kota Sukabumi, ikuti petunjuk arah menuju Kecamatan Sagaranten.

 upload-154

Jalur ini merupakan jalur yang sama yang akan melewati objek wisata Gua Buni Ayu dan Curug Bibijilan di Kecamatan Nyalindung, Curug Cirajeg di Kecamatan Purabaya, dan Curug Luhur di PLTA Sagaranten Kecamatan Sagaranten. Memasuki Kecamatan Baros, tepatnya setelah melewati terminal, arus lalu lintas akan sedikit sepi, tetapi jenis kendaraan yang melintas masih beragam mulai dari truk, ELF, dan kendaraan pribadi (motor dan mobil) juga bus ukuran ¾ yang hanya melintas untuk tujuan Kecamatan Sagaranten. Karakteristik lalu lintas dominan di jalur ini adalah sebagai jalur pengangkut hasil kebun dan tambang (kayu, pasir, hasil kebun lainnya) dan jalur ELF. Kondisi jalan dari Kecamatan Baros hingga Kecamatan Sagaranten cukup buruk. Jalan berlubang, bahkan ada beberapa jalan yang sedikit amblas akan menjadi medan utama. Memasuki Kecamatan Sagaranten, tepatnya di perkebunan kondisi jalan akan mulai membaik hingga Kecamatan Cidolog. Ketika tiba di Kecamatan Sagaranten, jalan akan bercabang, satu yang mengarah ke Kecamatan Curugkembar dan yang mengarah ke Kecamatan Tegalbuledu. Pilihlah yang menuju Kecamatan Tegalbuleud. Waktu tempuh normal dari Kota Sukabumi hingga Kecamatan Sagaranten (bila tidak terlalu banyak berhenti dan volume kendaraan tidak terlalu besar) hanya akan membutuhkan waktu sekitar 1 jam dan 2 jam hingga ke Kecamatan Cidolog.

 upload-138

Jalur Bandung – Kecamatan Rancabali – Kecamatan Tanggeung – Kecamatan Cidolog

Jalur ini merupakan jalur dengan jarak terpendek, yaitu 147 Km dengan waktu tempuh sekitar 4 jam 54 menit. Untuk memasuki jalur ini, rute yang harus diambil adalah Kota Bandung kemudian menuju Kecamatan Rancabali kemudian masuk ke area Perkebunan teh Sinumbra. Ikuti jalur utama di Perkebunan Teh Sinumbra yang kondisinya sudah bagus hingga Desa Cipelah. Ambil jalur menuju Desa Cisabuk dan Kabupaten Cianjur, bila ragu, bisa bertanya pada warga. Ambil jalan ke arah kiri, menuju kantor PLN Cipelah di pertigaan pasar Cipelah. Selepas PLN Cipelah kondisi jalan sudah dibeton tetapi medannya merupakan turunan sangat panjang dan curam hingga dasar bukit. Di tengah jalur turunan ini, beton akan habis dan akan berganti dengan batu-batu yang sebagian sudah terlepas dan digantikan dengan tanah. Ukuran lubang cukup dalam dan dipenuhi oleh batu. Turunan ini cukup berbahaya bagi yang belum pernah melewati jalan dengan kondisi buruk. Jika musim hujan, jalan akan sangat licin oleh lumpur dan bila malam hari akan sangat sepi dan tidak ada penerangan. Setelah melewati turunan panjang, jalan akan sedikit datar, dan akan kembali berhadapan dengan beberapa tanjakan dan turunan berbatu. Batu-batu yang ada di jalur ini cukup besar dan ada yang sudah kokoh tertanam ada yang belum, sehingga harus sangat ebrhati-hatid an pandai memilih jalur ketika bertemu dengan tanjakan dan turunan. Tanjakan yang harus diwaspadai di sini adalah tanjakan yang tidak terlalu jauh setelah turunan dari PLN Cipelah habis. Turunan yang juga cukup berbahaya dan harus diwaspadai adalah turunan yang berada tepat setelah SD Cisabuk di Desa Cisabuk dan Pasihaur yang merupakan turunan panjang dan sangat curam. Permukaan jalannya batu lepas dan satu turunan sudah dibeton meskipun masih cukup licin dan sudah ditemui retakan di tengah jalan. Memasuki Desa Karangjaya, Kabupaten Cianjur, kondisi jalan akan berubah menjadi sangat mulus dengan medan yang masih berada di atas perbukitan. Kondisi ini akna terus ditemui hingga memasuki Kecamatan Tanggeung. Di pertigaan Kecamatan Tanggeung, tepatnya ketika sudah bertemu jalur utama Cianjur-Sindangbarang, ambil arah Kecamatan Cijati.

 upload-1115

Jalur yang diambil melalui Desa Margaluyu, Desa Rawagede, Desa Karangtengah Kecamatan Tanggeung kemudian masuk ke Desa Parakantugu Kecamatan Cijati. Jalur ini akan berada dekat dengan aliran Sungai Cibuni hingga masuk ke Kecamatan Kadupandak. Kondisi jalan cukup baik, meskipun masih didominasi oleh aspal di permukaan yang sudah mengelupas dan guna lahan di sekelilingnya masih didominasi oleh sawah dan kebun. Jarak antar pemukiman cukup berjauhan. Jalur ini juga tidak memiliki penerangan jalan, sehingga akan sangat gelap ketika malam. Setelah tiba di Kota Kecamatan Kadupandak, ambil Jalan Raya Sukaraja yang akan terus mengarah ke Barat. Jalan Raya Sukaraja akan melewati Desa Talagasari, Desa Neglasari, Desa Sukakerta, Kecamatan Kadupandak. Ketika memasuki Desa Neglasari, jalan akan kembali berada di dekat aliran Sungai Cibuni. Desa Sukakerta merupakan desa perbatasan antara Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Sukabumi. Setelah menyeberangi Sungai Cibuni, jalan sudah memasuki Desa Mekartanjug, Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi. Di Desa Mekartanjung juga merupakan titik pertemuan dari jalur kedua dan ketiga dari arah Cianjur Selatan. Sungai Cibuni dapat dijadikan patokan arah, karena jalurnya akan selalu berdekatan dengan aliran Ci Buni. Sungai Cibuni juga sekaligus pembatas alami wilayah administrasi Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Sukabumi.

 upload-1211

Memasuki Kecamatan Curugkembar, tepatnya di Desa Mekartanjung, ambil jalan menuju Jalan Pasirbitung kemudian Jalan Cibadak dan Jalan Cikadu yang merupakan jalan utama antar kecamatan sekaligus Kota Kecamatan Curugkembar. Setelah tiba di Kecamatan Curugkembar, ambil Jalan Raya Baros-Cikadu yang akan mengarah ke Kecamatan Sagaranten. Jalan ini akan bertemu dengan jalur utama Kota Sukabumi – Kecamatan Sagaranten. Ambil arah menuju Kecamatan Tegalbuleud.

 upload-1010

Kota Bandung – Kota Cianjur – Kecamatan Sukanagara – Kecamatan Kadupandak – Kecamatan Cidolog

Jalur ini merupakan jalur yang bisa diakses mengikuti jalur utama pada penjelasan jalur pertama dan akan bertemu dengan jalur kedua. Jalur ini merupakan jalur dengan jarak terpanjang, yaitu 167 Km dengan waktu tempuh normal sekitar 4 jam 41 menit, yang lebih cepat dibandingkan jalur kedua yang berjarak 147 Km. Setelah tiba di Terminal Pasirhayam, ambil jalur menuju Selatan, yaitu yang menuju Kecamatan Sindangbarang. Setelah melewati Kecamatan Cibeber dan Kecamatan Campaka, ketika tiba di Kecamatan Sukanagara, ambil jalan menuju perkebunan teh Pasirnangka, Desa Gunungsari, Kecamatan Sukanagara. Jalur ini merupakan jalur menuju Kecamatan Kadupandak. Kondisi jalan dari Kecamatan Cibeber hingga Kecamatan Sukanagara cukup baik dan medan dominan berupa tanjakan. Guna lahan dominan yaitu hutan bambu dan kebun teh. Jalan di perkebunan teh Pasirnangka cukup baik meskipun hanya beberapa km saja. Ikuti jalan hingga melewati Desa Sukakarya Kecamatan Sukanagara yang merupakan perbatasan dengan Desa Sukaresmi Kecamatan Kadupandak. Sepanjang Desa Gunungsari Kecamatan Sukanagara hingga Desa Sukaresmi Kecamatan Kadupandak, guna lahan akan didominasi oleh kebun teh dan beberapa lahan sawah. Permukiman masih akan ditemui hingga Desa Sukakarya. Di Desa Sukakarya akan ditemui danau yang pernah dikelola menjadi objek wisata namun sekarang kondisinya sudah tidak terlalu terawat.

 upload-912

Ketika menemukan jalan yang masuk ke dalam hutan, tepatnya di Desa Sukasari, ikuti jalan tersebut (Jalan Ciroyom Dua). Jalur ini akan melewati Situ Petak 43i di tengah lahan KPH Takokak, Kabupaten Cianjur. Jalan di wilayah Desa Sukasari akan masuk dan memutari areal KPH Takokak hingga keluar di Desa Wargaasih. Dari Desa Wargaasih ambil jalan ke arah Selatan menuju Desa Wargasari kemudain Desa Sukaraharja, Kecamatan Kadupandak. Desa Sukaraharja merupakan desa terakhir perbatasan Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Sukabumi. Jalan di Desa Sukaraharja akan menyeberangi Sungai Cibuni dan langsung masuk Desa Mekartanjung, Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi. Di Desa Mekartanjung terdapat titik pertemuan jalur dari arah Kecamatan Kadupandak.

 upload-816

Waktu yang tepat untuk berkunjung ke Curug Caweni adalah pada puncak musim hujan. Hal ini disebabkan karena Curug Caweni yang merupakan air terjun non permanen dan rendahnya curah hujan di daerah ini. Aliran Curug Caweni berasal dari Sungai Cidolog. Curug Caweni memiliki ketinggian sekitar 15 m. Curug Caweni dapat diklasifikasikan sebagai air terjun bertipe Block dan Horsetail. Aliran Sungai Cidolog yang cukup lebar mempengaruhi dinding air terjun yang akan lebar juga. Curug Caweni merupakan air terjun non permanen. Pada musim kemarau, sebagian besar aliran jatuhannya akan kering. Aliran jatuhan hanya akan berada di tebing sisi paling kiri (bila menghadap air terjun), itupun hanya dua lintasan kecil yang terus menerus mempertahankan kontak dengan dinding air terjun. Kolam di sektar Curug Caweni pun akan kering di beberapa bagian, sehingga akan ada beberapa pilihan jalan setapak untuk mengeksplore. Bila musim hujan, seluruh kolam di sekitar Curug Caweni akan terisi air dan cukup daam, sehingga jalur untuk mengeksplore Curug Caweni hanya melewati bebatuan besar. Bagian atas Curug Caweni merupakan sungai yang rata-rata tidak terlalu dalam, bahkan ada jalan setapak dari beton yang biasa digunakan warga untuk melintas dengan membawa sepeda motornya. Warga biasanya memanfaatkan aliran Sungai Cidolog ini untuk mencuci kendaraan (motor, mobil), bahkan mandi. Menurut kabar, aliran Sungai Caweni dulu pernah dijadikan sebagai sumber untuk PLTA namun tidak berjalan lama. Berbagai cerita berkembang mengenai pemberhentian pembangunan PLTA, mulai dari alasan teknis hingga isu mengenai seorang penjaga PLTA yang meninggal secara tiba-tiba dan tidak wajar.

 upload-717

Di sekitar Curug Caweni akan ditemukan banyak sekali bongkahan batu yang berjenis Breksi. Bongkahan tersebut sangat besar, sehingga menjadi pembatas alami area Curug Caweni dengan aliran saluran Sungai Cidolog. Di dekat Curug Caweni terdapat gua yang bernama Gua Kopeah. Unttuk mencapai Curug Caweni, tanyakan pada warga jalan masuk menuju Curug Caweni. Jalan masunya berada tepat di tikungan di sisi kiri jalan (bila datang dari arah Kota Sukabumi dan Kecamatan Sagaranten). Jalan menuju Curug Caweni ditandai dengan gapura berwarna putih yang sudah tidak terurus. Jalannya berbatu dan berupa turunan yang hanya cukup untuk satu buah mobil atau truk. Tepat sebelum ujung jalan yang merupakan Sungai Cidolog, ada jalan setapak yang lebih kecil di sisi kanan, arahkan kendaraan dan parkir di lapangan yang cukup kosong. Tepat di samping lahan kosong, ada tangga dan ada bangunan seperti bekas rumah di sebelah kanan. Ikuti anak tangga yang makin lama semakin turun hingga bertemu dengan jalan setapak kecil yang tertutup pohon tumbang. Lewati pohon tumbang tersebut kemudian ikuti anak tangga yang masuk diantara lorong dari batu. Tepat diujung jalan setapak akan ada saluran irigasi yang tidak ada jembatan. Jalan setapak menuju Curug Caweni berada di seberang aliran irigasi. Sebenarnya bila ada batang bambu yang biasanya berserakan di sekitar saluran irigasi, bisa digunakan sebagai jembatan, tapi bila tidak ada, harus masuk ke saluran irigasi yang tingginya hanya sebatas mata kaki. Setelah menyeberangi saluran irigasi, ikuti jalan setapak yang kecil dan tertutup rumput hingga ke pinggir sungai. Jalan di pinggir sungai cukup licin karena berada di atas batu yang dialiri air. Jalan setapak sebelumnya pun akan terdapat beberapa titik yang sedikit longsir dan berlumpur. Bila sedang kemarau, bisa saja menerobos dari beberapa jalan diantara bongkahan batu, tetapi jika musim hujan, jalan satu-satunya hanya melipir di pinggir sungai hingga batu-batu tepat di depan Curug Caweni.

 upload-622

Tepat di depan Curug Caweni akan ditemukan batu dengan ketinggian sekitar 7 m dan menyerupai bentuk seorang wanita. Nama Curug Caweni erat kaitannya dengan legenda di Kecamatan Cidolog. Legenda ini berkisah tentang seorang wanita bernama Nyi Caweni, namun, terdapat dua versi cerita yang beredar. Nama Caweni atau cawene dalam bahasa sunda berarti ‘randa bengsrat’, janda yang masih suci karena berpisah sebelum melakukan hubungan intim dengan suaminya. Dahulu kala di sebuah desa ada seorang putri bernama putri Caweni, Dia adalah seorang wanita yang sangat cantik, setiap orang yang melihatnya pasti akan merasa kagum dan tertarik. Tetapi sayang sekali, ada suatu hal yang aneh pada diri putri Caweni tersebut karena di dalam tubuhnya terdapat seekor ular gaib yang mematikan, sehingga setiap laki-laki yang menikah dengan di dapat dipastikan akan meninggal karena digigit oleh ular tersebut. Ular itu menyebarkan bisa atau racun yang mematikan, konon putri Caweni itu telah menikah 99 kali. Suatu hari, putri Caweni ingin meninggalkan desa karena sudah bingung dan orang-orang pun sudah banyak yang membicarakan perihal keanehan yang ada pada dirinya. Putri Caweni akhirnya memilih untuk meninggalkan desa tempat kelahirannya, sebelum pergi, dia membawa serta binatang peliharannya yaitu itik (meri) dan anjing serta tidak ketinggalan dia membawa kasur untuk tempat tidurnya.

upload-525

Dalam perjalanannya, Putri Caweni menyusuri sebuah aliran sungai tanpa tujuan yang pasti, setelah sekian lama berjalan, dia akhirnya kelelahan dan memilih untuk beristirahat sejenak untuk melepaskan rasa lelahnya. Dicarinya tempat yang aman dan teduh, kemudian dibukanya gulungan kasur yang dibawanya untuk dijadikan tempat tidur. Setelah sekian lama berisitirahat dan rasa lelahnya telah hilang, maka perjalannya dilanjutkan kembali, tapi kasur yang tadi dipakainya ditinggalkan begitu saja, mungkin terlalu berat untuk dibawa terus. Dari peristiwa ini, tempat itu akhirnya disebut dengan Leuwikasur. Menurut masyarakat setempat leuwi ini sangat dalam dan pernah ada seorang laki-laki yang memancing, ketika mendapat seekor ikan yang amat besar dan berusaha mengangkatnya tapi yang terjadi malah laki-laki itu terbawa oleh pancingannya karena tidak kuat menahannya dan akhirnya laki-laki itu pun tenggelam di leuwi itu. Selama perjalanannya yang cukup jauh dan menguras tenaga putri Caweni, akhirnya diputuskan untuk beristirahat yang kedua kalinya untuk menghilangkan rasa lelah yang amat sangat. Setelah dirasa kuat lagi, maka dilanjutkan lagi perjalannya, namun Anjing yang dia bawa tidak mau ikut serta, akhirnya ditinggalkannya, dan tempat itu akhirnya diberi nama Curug Anjing, karena bentuknya seperti seekor anjing yang sedang jongkok.

upload-137

Teman dalam perjalanannya tinggalah seekor itik yang masih setia menemaninya, namun ketika istirahat yang berikutnya, itik yang menemaninya itu malah keasyikan berenang disebuah leuwi dan tidak mau ikut lagi, akhirnya tempat tersebut dikenal dengan nama Leuwimeri. Akhirnya ketika melanjutkan perjalanannya, dia tidak hanya seorang diri tanpa teman lagi. Langkahnya akhirnya membawa dirinya kesebuah curug/air terjun. Putri Caweni itu berusaha untuk mendaki atau menaiki curug tersebut, akan usahanya selalu gagal karena jalan yang dia tempuh terlalu terjal dan licin, arus curug itu pun sangat deras, sehingga sulit untuk dilalui serta membahayakan keselamatan dirinya. Putri Caweni ini akhirnya merasa putus asa. Dalam keputusasaannya, tiba-tiba muncul seorang pemuda dari Cikaso yang bernama Pangeran Boros Kaso dari golongan menak (bangsawan). Dalam pertemuannya itu akhirnya menimbulkan benih-benih cinta diantara kedunya. Mereka akhirnya sepakat untuk menikah, tapi Putri Caweni itu memberikan syarat yang harus dipenuhi oleh Pangeran Boros Kaso dan disanggupinya. Adapun syarat yang diajukan yaitu Pangeran Boros Kaso harus bersabar menunggu dirinya, sampai usahanya berhasil mencapai curug yang sedari tadi ingin didakinya. Selama usahanya mendaki curug tersebut, selalu gagal, akhirnya diputuskan untuk menunggu banjir yang besar dengan perkiraan akan mempermudah dirinya utnuk mencapai curug itu. Menunggu dan menuggu, itulah yang dikerjakan yang dilakukan Putri Caweni itu, tapi banjir besar yang diharapkan tak kunjung datang juga. Padahal Panegaran Boros Kaso sudah tak sabar untuk menunggu kedatangan dirinaya. Putri Caweni tak patah arang, dia yakin banjir akan datang, tidak sedikitpun dirinya bergerak ditempat itu, sehingga saking lamanya debu-debu mulai berterbangan hinggap dibdannya yang putih bersih, semakin lama debu tersebut menempel, maka lama kelamaan tubuh Putri Caweni itu berubah menjadi batu yang kemudian menjadi sebuah patung atau arca.

 upload-427

Versi kedua menceritakan tentang versi perjalanan Nyi Caweni yang lainnya. Masyarakat Cidolog, dan juga masyarakat Pajampangan pada umumnya, meyakini bahwa patung batu setinggi tujuh meter itu merupakan hasil perubahan wujud Nyi Caweni atau Putri Caweni.  Dalam cerita rakyat yang berkembang di Cidolog, Nyi Caweni adalah perempuan jelita yang telah menikah 99 kali. Dari jumlah itu, 98 suaminya dikisahkan meninggal dunia pada malam pertama. Yang lolos dari “maut di malam pertama” hanyalah suaminya yang terakhir, Raden Boros Kaso.  Berbeda dengan suami-suami Nyi Caweni sebelumnya yang hanya orang-orang biasa, Boros Kaso adalah seorang keturunan bangsawan, kesatria yang berilmu tinggi. Setelah mengetahui jejak rekam Nyi Caweni, ia melewatkan malam pertama dengan sangat waspada.  

 upload-326

Boros Kaso memutuskan untuk tidak melakukan hubungan intim pada malam pertama, dan ia pun tidak tidur untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Malam pertama dan malam kedua, tak ada apa-apa. Barulah pada malam ketiga. Boros Kaso menemukan jawaban atas misteri istrinya. Ketika Nyi Caweni sedang tidur, dari selangkangannya tiba-tiba keluar seekor ular berbisa. Boros Kaso yakin itulah penyebab kematian beruntun itu.  Dengan kesaktiannya, Boros Kaso lalu menangkap sang ular dan menyimpannya di suatu tempat. Pagi hari selepas sarapan, Boros Kaso berpamitan kepada istrinya. Sebagai seorang kesatria, ia tak bisa mengelak dari tanggungjawab untuk mendahulukan kepentingan umum.  Untuk itu ia harus pergi demi menyelesaikan tugas yang diamanatkan kepadanya. Boros Kaso berjanji akan kembali kepada Nyi Caweni.  Namun ia juga berpesan jika dalam waktu tertentu ia belum juga datang, dia mempersilakan Nyi Caweni untuk menyusulnya. Jika Nyi Caweni menemukan tapak kaki Boros Kaso pada batu, ia harus menunggu di sana meski dalam waktu yang sangat lama. Dengan penuh cinta, meski jelas berat hati, Nyi Caweni melepas kepergian suaminya. Waktu berlalu, akhirnya Nyi Caweni memutuskan untuk menyusul Boros Kaso yang tak kunjung datang. Dia berjalan menyusun sungai yang kini dinamakan Ci Dolog. Di sungai itu, di sebuah air terjun, ia menemukan jejak tapak kaki orang yang dicarinya. Nyi Caweni sangat yakin itu adalah jejak suaminya dan ia pun memutuskan untuk menunggu di sana. Menunggu sangat lama hingga tubuhnya berubah menjadi batu yang kini disebut arca Putri Caweni.

 upload-233

 


About Dya Iganov

Penyuka traveling, tidak hanya mendaki gunung, tapi juga touring, rafting, explore, city tour, kemping ceria, susur pantai, dll