Secara administratif, Curug Cibadak berada di Desa Cisangkal, Kecamatan Cihurip, Kabupaten Garut, Jawa Barat dan berada pada koordinat 7°31’21″S 107°52’36″E. Air terjun ini merupakan salah satu air terjun di daerah Garut Selatan. Posisi air terjun ini terletak tepat di pinggir jalan sehingga tidak diperlukan trekking. Akses menuju lokasi air terjun ini cukup mudah. Bila datang dari arah Garut, ambil jalan menuju Pameungpeuk (Pantai Santolo), tepat setelah keluar dari areal Hutan Gelap, ambil jalan ke arah kiri menuju Kecamatan Cihurip. Jalan ini ditandai dengan gapura bertuliskan ‘Selamat Datang di Kecamatan Cihurip’. Bila menanyakan Curug Cibadak di sini, sebagian waga sudah banyak yang mengetahui lokasinya, jadi tidak perlu khawatir harus lama mencari jalur. Setelah belok di gapura, jalan akan menurun terus dengan kondisi yang kurang baik hingga tiba di dasar bukit yang ditandai dengan aliran Sungai Cisanggiri. Jurang/dasar bukit ini masih termasuk ke dalam areal Hutan Gelap. Setelah melewati sungai, jalanan akan kembali menanjak mengarah ke perbukitan dengan kondisi jalan yang cukup rusak dan sepi. Jalur menuju Curug Cibadak tidak terlalu sulit. Cukup ikuti jalan utama hingga memasuki Dusun Cisangkal. Bila bertemu persimpangan dan sedikit ragu, bertanyalah pada warga setempat.
Pada akhir tahun 2012, jalan menuju Curug Cibadak sedang dalam proses pengaspalan, meskipun tidak terlalu panjang. Kontur yang berupa bukit menjadikan medan jalannya cukup berkelok-kelok, tanjakan dan turunan yang cukup panjang. Dengan kondisi medan yang tidak landai ditambah dengan kondisi jalan yang rusak, hindari penggunaan mobil tipe City Car dan Sedan. Wilayah di sekitar Curug Cibadak ini didominasi oleh lahan sawah dan lahan yang belum diolah. Jalan menuju Curug Cibadak ini hanya cukup untuk dua mobil jenis mini bus papasan, meskipun dominan medan menuju Curug Cibadak ini berupa tanjakan, turunan, dan berkelok-kelok, tetapi kondisi medan jalan yang berada dekat Curug Cibadak cukup landai, sehingga bisa memarkirkan kendaraan tidak terlalu jauh. Curug Cibadak ini merupakan salah satu objek yang masih merupakan potensi objek tujuan wisata, karena tidak ada fasilitas apapun untuk menunjang pengembangan Curug Cibadak.
Lahan di sekitar Curug Cibadak penuh dengan areal sawah dan bebatuan yang cukup besar. Areal ini berada di lokasi yang cukup tinggi sehingga terkadang kabut cukup tebal turun di sekitar Curug Cibadak. Ketinggian Curug Cibadak secara keseluruhan sekitar 100 m dan untuk medekati aliran jatuhan Curug Cibadak masih cukup sulit karena belum ada jalan setapak yang memadai. Spot untuk mengambil gambar yang cukup baik berada di bukit seberang Curug Cibadak, hal ini dikarenakan Curug Cibadak cukup tinggi dan tidak ada spot yang berupa lapangan luas untuk mengambil foto Curug Cibadak secara keseluruhan. Spot yang dimaksud sebenarnya lahan kebun milik warga, hanya berada tepat di seberang Curug Cibadak dan hanya ada satu gubuk kecil sebagai tempat berteduh seadanya. Tanahnya pun sangat gembur dan memang tidak ada jalan setapak yang memadai.
Untuk menganalisis klasifikasi Curug Cibadak, kita dapat membanginya dalam tiga zona. Zona pertama yaitu titik tertinggi dan awal mula jatuhan air. Pada zona ini, Curug Cibadak dapat diklasifikasikan ke dalam tipe ‘Horsetail’ karena aliran jatuh secara vertikal dan mempertahankan kontak dengan dinding air terjun. Tepat di bawah aliran jatuhan di zona pertama, terdapat kolam yang tidak terlalu luas dan batuannya termasuk ke dalam batuan yang tidak mudah larut terkena air, sehingga ketika air sampai di kolam ini, akan langsung membentuk jeram kecil dan dialirkan kembali melalui celah sempit diantara bebatuan. Pada tahap ini, aliran air Curug Cibadak sudah memasuki zona kedua.
Pada Zona kedua ini, terjadi pemisahan aliran air akibat adanya pelebaran saluran air ke samping kanan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan ketinggian antara saluran utama dengan batuan yang sudah tergerus air di sisi kanannya, sehingga permukaan saluran sedikit miring ke arah kanan. Jatuhan air pada saluran pertama dapat dikalsifikasikan ke dalam tipe ‘Chute’ dan ‘Horsetail’. Tipe ‘Chute’ muncul karena karakteristik aliran jatuhannya yang sesuai dengan deskripsinya yaitu aliran air yang cukup deras dipaksa mengalir melalui celah sempit di antara bebatuan sehingga menimbulkan lontaran air yang cukup keras. Diklasifikasikan ke dalam tipe ‘Horsetail’ karena selama proses jatuhannya tetap mempertahankan kontak dengan dinding batuan air terjun. Sebelum mencapai kolam, aliran air terlebih dahulu jatuh di atas bebatuan yang tidak terlalu rentan dengan erosi tetapi sudah membentuk saluran sempit di antara bebatuan bertingkat yang mengalirkannya ke dalam kolam. Ketika musim hujan, kalsifikasi yang terlihat dominan pada saluran primer zona kedua ini hanyalah tipe ‘Horsetail’.
Aliran jatuhan pada saluran sekunder membentuk bidang jatuhan yang lebih lebar dibandingkan dengan saluran primernya.Ketika musim hujan, aliran jatuhan dari saluran sekunder ini akan sesuai dengan klasifikasi ‘Horstail’ karena aliran jatuhannya tetap mempertahankan kontak dengan dinding batuan air terjun dan jatuh langsung secara vertikal menuju kolam yang sama dengan aliran primer. Ketika musim kemarau, klasifikasi dari aliran ini nampak menjadi seperti ‘Talus’ karena volumenya sangat kecil dan mengalir diantara bebatuan. Apabila dilihat secara keseluruhan, aliran jatuhan air terjun pada zona kedua ini dapat diklasifikasikan ke dalam tipe ‘Segmented’, hal ini diakibatkan adanya batuan yang menjadi pemisah aliran jatuhan air ke dalam dua bagian.
Zona ketiga ini dapat diklasifikasikan sebagai ‘Talus’ baik musim kemarau maupun musim hujan, karena alirannya mengalir melalui celah-celah bebatuan yang menumpuk tidak beraturan di lahan yang miring. Ciri lainnya dari tipe ‘Talus’ ini diantaranya aliran jatuhan air yang tidak beraturan, terkadang mirip seperti ‘Cascade’ bahkan ‘Segmented’ dalam versi yang jauh lebih kecil, baik aliran maupun ukurannya. Setelah zona ke-3 ini aliran air kembali menjadi saluran sungai yang masih berstadia muda.
Bila dilihat secara keseluruhan dari titik tertinggi aliran jatuhan hingga akhir aliran jatuhan, maka Curug Cibadak ini dapat diklasifikasikan ke dalam tipe ‘Multistep’, ‘Horsetail, dan ‘Fan’. Aliran air di Curug Cibadak sangat jernih, karena masih berada di daerah dengan lingkungan yang masih terjaga, bahkan jika musim hujan pun alirannya berwarna putih.Secara fisiografis, Curug Cibadak berada dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dan berada pada zona perbukitan yang sudah berekatan dan menghadap zona pantai. Nama Cibadak dinamai oleh warga setempat dan menjadi nama resmi air terjun ini. Asal mula penamaannya dikarenakan aliran jatuhnya yang besar, dan dalam bahasa Sunda disebut ‘Badag’ (Besar). Curug Cibadak berarti air terjun dengan aliran yang besar.