Secara administratif, Curug Dendeng berada di Desa Cogreg, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Lokasinya berada di perbatasan antara Kecamatan Cikatomas dengan Kecamatan Pancatengah, tepatnya di perbatasan Desa Cogreg, Kecamatan Cikatomas dengan Desa Tawang, Kecamatan Pancatengah.. Hal inilah yang menyebabkan ada beberapa yang menyebutkan lokasi Curug Dengdeng berada di Kecamatan Pancatengah. Jarak lokasi Curug Dengdeng dari jakarta sekitar 350 Km, dan 70 Km dari Kota Tasikmalaya. Untuk menuju Curug Dengdeng, dapat menggunakan kendaraan pribadi hingga ke Kecamatan Cikatomas dengan kondisi jalan yang cukup baik, meskipun ada beberapa yang rusak. Kerusakan jalan pada umumnya berupa pengelupasan lapisan aspal dan jalan berlubang. Setelah tiba di Kecamatan Cikatomas, ambil jalan menuju Desa Tawang yang itandai dengan SPBU di sisi kiri jalan, masuk ke jalan tepat di samping SPBU. Kondisi jalan akan berbeda dari kondisi di Kecamatan Cikatomas.
Jalan dari SPBU menuju Desa Tawang merupakan jalan yang cukup rusak, bahkan ketika hujan, ada sebagian yang berlumpur. Aspal mulus akan berganti dengan aspal yang sudah mengelupas, jalan berlubang, dan berlumpur. Jarak dari SPBU Cikatomas menuju Desa Tawang berjarak 10 Km, tetapi waktu tempuhnya cukup lama karena jalannya cukup rusak. Memasuki Desa Tawang, akan ada jalan yang sudah beraspal mulus, jalan ini merupakan jalan utama menuju Kecamatan Cikalong, salah satu kecamatan di pesisir Selatan Kabupaten Tasikmalaya. Tidak lama dari kondisi jalan yang mulus, jalan menuju Curug Dengdeng masih harus berbelok memasuki jalan desa di wilayah Desa Cogreg, Kecamatan Cikatomas yang merupakan desa terakhir yang berbatasan dengan Desa Tawang di Kecamatan Pancatengah. Kondisi jalan di Desa Cogreg ini jauh lebih buruk. Jalan lebih smepit, turunan panjang, serta tanah menjadi medan yang harus dilalui di Desa Cogreg hingga ke rumah penduduk tempat sebaiknya motor dititipkan. Sebenernya masih ada tempat untuk menyimpan kendaraan, dalam hal ini sepeda motor lebih dekat dengan lokasi air terjun, tetapi dengan medan yang lebih sulit.
Tidak ada penunjuk arah menuju Curug Dengdeng, oleh karena itu disarankan untuk banyak bertanya pada warga ketika sudah berada di jalan samping SPBU Cikatomas menuju Desa Cogreg dan Desa Tawang. Setibanya di Desa Cogreg pun, bila memungkinkan bisa meminta tolong kepada penduduk untuk mengantarkan hingga lokasi air terjun. Dari Desa Cogreg, tepatnya dari Dusun Sangkali, perjalanan paling mudah adalah dengan berjalan kaki. Diperlukan waktu sekitar 20-30 menit untuk sampai di aliran Sungai Cikembang yang sekaligus menjadi tingkatan pertama dari Curug Dengdeng. Medan trekking bervariasi, dari turunan dan tanjakan berbatu yang masih merupakan jalan desa, mengikuti saluran irigasi, hingga pematang sawah. Untuk menuju tingkatan kedua dan ketiga Curug Dengdeng terdapat 2 pilihan. Pilihan pertama yaitu menuruni dinding air terjun dari tingkatan pertama ke tingkatan kedua, kemudian dari tingkatan kedua ke tingkatan ketiga. Hal ini dapat dilakukan ketima musim kemarau, jika musim hujan, sangat tidak disarankan. Pilihan kedua, yaitu dengan kembali menuruni pematang sawah sekitar 15-20 menit hingga ke dasar jurang yang sekaligus tingkatan ketiga dari Curug Dengdeng. Pada bagian inilah area akan sedikit lebih luas meskipun sangat tertutup oleh semak belukar. Meskipun areanya datar, tapi tetap harus berhati-hati melangkah karena ada beberapa lubang, cekungan, dan saluran air kecil yang tertutup semak belukar. Tidak ada pepohonan di sekitar sini, sehingga jika siang hari akan sangat terik dan jika hujan tidak akan tempat untuk berteduh. Pada area inilah air dari Curug Dengdeng akan mengalir kembali menjadi saluran Sungai Cikembang.
Curug Dengdeng merupakan air terjun yang cukup lebar dan teridri dari tiga tingkatan. Tingkatan pertama memiiki ketinggian 13 m, tingkatan kedua memiliki ketinggian 11 m, dan tingkatan ketiga memiliki ketinggian 9 m. Pada bagian teratas Curug Dengdeng, banyak ditemukan batuan berukuran bongkahan dan membentuk pothole berbagai ukuran, bahkan yang berdiameter cukup besar hingga menyerupai karang di pinggir pantai. Pothole terjadi karena adanya erosi vertikal pada aliran sungai pada batuan yang tidak terlalu tahan terhadap erosi air. Lubang-lubang ini akan sangat jelas terlihat ketika debit sungai kecil. Lubang-lubang ini menjadi tempat yang cocok bagi ikan-ikan untuk bertelur. Curug Dengdeng memiliki klasifikasi utama yaitu Block dan Cascade. Aliran Sungai Cikembang yang lebar ikut mempengaruhi lebar dinding air terjun sehingga memunculkan klasifikasi Block. Bentuk dinding air terjun yang tidak terlalu vertikal dan memang sedikit miring tetapi tidak merata memunculkan klasifiaksi Cascade. Klasifikasi minor yang muncul antara lain Horsetail meskipun bentuk jatuhan airnya tidak seperti klasifikasi Horsetail pada umumnya. Hal ini didasari oleh alirn jatuhan air yang sebagian besar tetap mempertahankan kontak dengan dinding air terjun sealam proses jatuhannya. Sebenernya hal ini juga sudah terwakili dengan klasifikasi Cascade, sehingga peniadaan klasifikasi Horsetail tidak akan terlalu berdampak. Pada saat volume terbesarnya, akan muncul klasifikasi Cataract. Aliran Curug Dengdeng memang sedikit kecokelatan, hal ini dikarenakan selain adanya transportasis edimen dan erosi tanah, di aliran sekitar Kecamatan Salopa sudah ada beberapa tambang emas, seperti halnya Cineam.
Curug Dengdeng memang cocok dikunjungi pada musim peralihan penghujan ke kemarau jika ingin melihat aliran jatuhan air yang masih memenuhi dinding air terjun, dan pada musim kemarau jika ingin menikmati batuan dan kola Curug Dengdeng yang akan berwarna kehijauan. Sebagai objek wisata keluarga, jelas, Curug Dengdeng masih jauh dari klasifikasi yang ada, tetapi bagi penyuka petualangan dan objek wisata yang masih sepi, Curug Dengdeng menjadi pilihan yang tepat. Hingga saat ini, Curug Dengdeng mendapat predikat sebagai niagara mini dari Kabupaten Tasikmalaya di Selatan bersamaan dengan niagara kecil dari Kabpaten lainnya di Jawa Barat.
Penamaan Curug Dengdeng didasarkan pada bentuk air terjunnya sekaligus menjadi nama resmi yang terdaftar di pemerintahan setempat. Tidak menutup kemungkinan masih ada nama lainnya yang diberikan. Ada yang menyebutkan lokasi Curug Dengdeng di Kampung Cirerese, Desa Tawang, Kecamatan Pancatengah dan ada juga yang menyebutkan lokasinya di Dusun Sangkali, Desa Cogreg, Kecamatan Cikatomas karena memang posisinya menjadi pembatas alami antara dua kecamatan ini. Selain itu, ada juga jalan masuk dari arah Desa Tawang. Ada cerita legenda mengenai bentuk dinding air terjun yang miring. Hal ini konon disebakan akibat dahsyatnya pertempuran antara Pageran Jaya Laksana dengan Pangeran Jaya Nalangsa. Dalam pertempuran dahsyat itu, siapa yang kalah akan terlempar ke jurang. Dinding air terjun tempat mereka bertarung menjadi sedikit landai dan tidak merata. Sejarah lain yang lebih mendekati, yaitu tempat ini sempat menjadi salah satu lokasi persembunyian dan markas DI/TII yang memang kebanyakan menyebar ke bagian Selatan Jawa Barat. Penjelasan mengenai tidak meratanya kemiringan dinding Curug Dengdeng ini mungkin karena adanya gempa atau pengangkatan kembali, atau gerakan sesar.