Secara administratif, Curug Jagapati berada di Kampung Padarame, Desa Neglasari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Jawa Barat dan berada pada koordinat 7°31’20.6″S 107°49’54.5″E. Jaga Pati menurut beberapa tokoh, kurang lebih memiliki pengertian “Menjaga Kematian”. Hal ini dapat dikaitakan dengan lokasi air terjun yang masih berada di puncak-puncak perbukitan dan di sekitar hulu aliran sungai.
Aliran sungai sumber Curug Jaga Pati berasal dari aliran Sungai Cilimbung. Aliran Sungai Cilimbung merupakan aliran yang sama dengan aliran Curug Tujuh Neglasari atau lebih dikenal oleh warga sebagai Curug Limbung. Menjaga Kematian dalam konteks Curug Jaga Pati dapat diartikan sebagai menjaga nyawa di lingkungan hilirnya. Jika air di Curug Jaga Pati tercemar atau lingkungannya rusak, bukan tidak mungkin ekosistem di aliran hilirnya akan terancam, bahkan rusak.
Curug Jaga Pati merupakan air terjun dengan akses yang cukup mudah. Patokan pertama untuk menuju Curug Jaga Pati baik dari arah Bandung, Garut, Tasikmalaya dan sekitarnya adalah Kecamatan Cikajang. Setelah tiba di Kecamatan Cikajang, ikuti terus jalan utama menuju Kecamatan Pameungpeuk atau Pantai Santolo. Patokan berikutnya yaitu kebun teh Neglasari. Setelah memasuki area perkebunan Neglasari, kurangi kecepatan kendaraan. Patokan berikutnya adalah persimpangan kecil dengan papan SMP 3 Cisompet yang berada di sebelah kiri jalan apabila datang dari arah Cikajang. Lokasi persimpangan tersebut berada pada koordinat -7.51770, 107.80973. Setelah masuk ke jalan kecil menuju SMP 3 Cisompet, ikut terus jalan utama.
Kondisi jalan sudah cukup baik. Jalan beton dengan lebar cukup untuk satu buah mobil mini bus akan menjadi medan yang ditempuh. Ikuti jalan utama hingga tiba pada persimpangan pada koordinat -7.51976, 107.81641. Ambil arah kanan pada persimpangan ini. Bila mengambil arah kiri, jalur tersebut merupakan jalur menuju Curug Ngaleng. Ikuti terus jalan utama hingga jalan berujung di persimpangan. Persimpangan tersebut berada pada koordinat -7.52122, 107.82452. Ambil arah kanan di persimpangan ini kemudian titipkan motor di SD atau di warung warga. Perjalanan kemudian akan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Total pembacaan jarak dan waktu tempuh berdasarkan hasil rekaman dari Cikajang menuju Kampung Padarame adalah 23,26 Km dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam 19 menit. Kecepatan motor rata-rata yang tercatat dalam rekaman yaitu 17.46 Km/jam.
Pertama-tama, perjalanan masih akan melewati jalan desa berupa makadam. Ketika musim hujan, hampir semua permukaan jalan makadam akan tertutup lumpur yang cukup tinggi. Titik awal perjalanan dimulai dari koordinat -7.52123, 107.82457. Ikuti jalan makadam hingga tiba di persimpangan pada koordinat -7.52202, 107.82618. Ambil arah kiri pada persimpangan ini kemudian ikuti jalan utama. Pada titik koordinat -7.52414, 107.82857 ambil jalan setapak menuju kebun. Jangan terus mengikuti jalan makadam.
Bila ragu, bisa meminta bantuan warga untuk mengantar atau bertanya dulu mengenai patokannya. Setelah masuk ke jalan setapak di tengah kebun, ikuti terus jalan setapak yang mengarah ke dasar jurang menuju aliran sungai. Jalan akan didominasi oleh turunan dan berupa jalan setapak tanah. Area yang dilalui sangat terbuka. Sebaiknya persiapkan pakaian dan logistik untuk treking yang diperlukan ketika cuaca sedang sangat terik atau ketika hujan turun.
Jalur treking yang dilalui termasuk yang cukup sulit. Medan yang cukup terjal, licin, dan tidak adanya penunjuk arah akan cukup menyulitkan. Pertama-tama, jalur treking akan melewati kebun dengan pepohonan yang cukup banyak. Kemudian, jalur treking akan memasuki area kebun yang sangat terbuka. Jalur kemudian akan masuk ke dalam hutan lalu akan menuruni aliran sungai kecil. Setelah mendekati aliran sungai utama, jalur treking harus menyeberangi sungai yang cukup dalam.
Untuk menyeberangi aliran sungai tersebut, hanya tersedia jembatan bambu yang sudah sangat rapuh dan tidak layak. Jembatan bambu ini satu-satunya jembatan yang ada di jalur treking menuju Curug Jaga Pati. Bambu penyusun jembatan sudah tidak terlalu kuat, pegangan hanya ada di satu sisi jembatan, itupun sudah sangat rapuh. Tidak disarankan menyeberang lebih dari dua orang sekaligus.
Setelah menyeberangi sungai, jalur akan sangat tertutup oleh ilalang. Tinggi ilalang melebihi tinggi orang dewasa. Ilalang tersebut cukup rapat, bahkan jika diantar oleh warga, biasanya warga akan membawa parang untuk menebas ilalang dan beberapa ranting pohon yang menghalangi jalur. Setelah menyeberangi sungai, medan yang dilalui relatif datar. Setelah keluar dari ilalang, barulah sampai di Curug Jaga Pati. Adapun jalur lainnya yaitu yang tetap melewati hutan tanpa menyeberangi sungai. Jalan setapak kemudian akan bertemu dengan turunan sangat curam. Turunan ini sebenarnya merupakan longsoran, sehingga akan sangat sulit dilalui tanpa alat bantu (minimal webbing). Jika kemarau, turunan ini akan sangat gembur. Tidak ada pohon atau ranting pohon sebagai pegangan, sehingga jika tanpa alat bantu, benar-benar harus sedikit berperosotoan di tanah.
Jika dari arah Curug Jaga Pati jalur ini akan sangat sulit dilewati karena harus memanjat longsoran. Sebagian besar pengunjung lebih memilih jalur yang melewati jembatan bambu. Curug Jaga Pati merupakan air terjun yang baru diperkenalkan melalui sosial media sekitar akhir 2015. Tingkat kunjungan baru mulai ramai sekitar pertengahan 2016. Namun, jumlah kunjungan yang terus meningkat belum dibarengi oleh pembenahan kembali jalur menuju Curug Jaga Pati.
Jarak dari Kampung Padarame hingga tiba di Curug Jaga Pati sekitar 1,28 Km dengan waktu tempuh kurang lebih 46 menit dengan ritme perjalanan santai. Kecepatan berjalan rata-rata dengan medan berupa turunan berdasarkan rekaman perjalanan adalah sekitar 1.64 Km/Jam. Area di sekitar Curug Jaga Pati cukup luas dan terbuka. Ada beberapa bongkahan batu di samping air terjun. Untuk menyeberangi aliran sungai, terutama ketika musim hujan disarankan untuk sangat berhati-hati karena batuan pijakannya tertutup aliran air yang cukup deras. Air sungai dan Curug Jaga Pati sangat dingin dan sangat jernih. Jika kemarau, air kolam tersebut akan berwarna tosca. Curug Jaga Pati memiliki kolam yang cukup dalam dengan air yang jernih. Banyak pengunjung yang berenang jika aliran Curug Jaga Pati sedang kecil.
Curug Jaga Pati secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam tipe Multi Step. Hal ini didasarkan karena adanya empat tingkatan air terjun dari titip jatuhan tertinggi hingga titik jatuhan terndah. Tiga aliran jatuhan memiliki bentuk yang cukup lebar dan cukup tinggi, sedangkan satu aliran jatuhan memiliki bentuk yang kecil dan pendek. Klasifikasi dominan berikutnya adalah Horsetail dan Slide. Klasifikasi Horsetail muncul karena setiap tingkatan aliran jatuhan Curug Jaga Pati terus menempel pada dinding air terjun. Klasifikasi Slide muncul karena tiga dari empat tingkatan Curug Jaga Pati (tingkatan kedua, ketiga, dan keempat) memiliki dinding air terjun yang tidak tegak vertikal. Dinding air terjun membentuk sudur, meskipun tidak terlalu besar. Namun, hal ini juga menunjukan bahwa dinding air terjun pada tingkatan tersebut tidak tegak vertikal.
Warga di sekitar Kampung Pada Rame memiliki kepercayaan untuk tidak mengunjungi Curug Jaga Pati pada hari Selasa dan Jumat. Berdasarkan informasi dari mulut ke mulut, jika tetap nekat berkunjung di hari tersebut, pasti akan ada kecelakaan atau hambatan yang cukup sulit. Dibandingkan dengan Curug Ngaleng yang masih sangat sarat nuansa dan kepercayaan mistisnya, Curug Jaga Pati sudah sedikit memudar. Hal ini karena tingkat kunjungan ke Curug Jaga Pati yang semakin banyak. Suasana di sekitar Curug Jaga Pati pun semakin ramai. Sebelumnya hanya hutan belantara yang jauh dari permukiman penduduk, kini jadi suatu potensi destinasi wisata yang ramai didatangi dari berbagai daerah. Hingga tulisan ini dibuat, kondisi jalan setapak menuju Curug Jaga Pati masih belum ada pembenahan.