CURUG LIMBUNG/CURUG TUJUH NEGLASARI


Secara administratif, Curug Tujuh Neglasari berada di Desa Neglasari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Lokasinya berada di kebun teh Neglasari yang sekaligus merupakan perbatasan antara Kecamatan Cikajang dengan Kecamatan Cisompet. Curug Tujuh Neglasari memiliki nama lain, yaitu Curug Limbung. Sumber aliran Curug Limbung berasal dari Sungai Cilimbung.

Penamaan Curug Tujuh Neglasari diberikan karena bentuk alirannya yang berundak dan memiliki jumlah undakan sebanyak tujuh tingkatan (meskipun ada sumber lain yang menyebutkan lebih dari tujuh tingkatan). Penamaan Curug Limbung didasarkan karena lokasinya yang berada di Gunung Limbung. Curug Tujuh Neglasari memiliki aliran air yang sangat jernih, bahkan di musim hujan. Keadaan lingkungan di sekitar Curug Tujuh Neglasari masih berupa hutan yang sangat alami.

 Jarak Curug Tujuh Neglasari dari Kota Garut kurang lebih sekitar 59 Km dengan kondisi jalan yang baik. Curug Tujuh Neglasari dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi (sepeda motor dan mobil) maupun dengan menggunakan kendaraan umum (ELF arah Pameungpeuk) dengan waktu tempuh sekitar dua jam perjalanan. Bila menggunakan kendaraan pribadi, kita dapat menitipkan di tempat tambal ban, tepat di seberang papan penanda perkebunan teh Neglasari.

Perjalanan kemudian diteruskan dengan berjalan kaki di dalam kebun teh hingga batas hutan Gunung Limbung sejauh satu kilometer. Belum ada akses jalan menuju bagian atas aliran Curug Tujuh Neglasari maupun ke bagian bawahnya, sehingga sangat disarankan untuk meminta bantuan warga yang mengenal lokasi, karena tidak semua warga tahu jalur menuju aliran Cuurg Tujuh Neglasari.

 Berdasarkan informasi dari warga yang sering ke bagian atas Curug Tujuh Neglasari, di puncak Gunung Limbung terdapat sungai yang merupakan aliran Curug Tujuh Neglasari dan tanah datar yang cukup luas. Lokasi ini berbatasan langsung dengan hutan yang masih termasuk ke dalam wilayah Gunung Gelap, sehingga benar-benar tidak ada akses jalan dan masih merupakan habitat berbagai binatang.

Jika ingin melakukan perjalanan menuju Curug Tujuh Neglasari disarankan pada musim kemarau dan tidak terlalu siang. Kabut lebih cepat turun di daerah ini. Kadang, pukul 10.00 WIB pun sudah mulai turun kabut di Puncak Gunung Limbung. Jika kemarau, perjalanan akan sedikit lebih mudah karena medannya tidak akan terlalu licin oleh lumpur. Jalur trekking menuju puncak Gunung Limbung merupakan jalan setapa yang penuh dengan daun dan ranting pohon. Di sisi kiri jurang dalam dan pipa besar menjadi pemandangan utama, sedangkan di sisi kanan merupakan dinding yang dipenuhi rumput liar.

Secara keseluruhan, Curug Tujug Neglasari memiliki klasifikasi Multi Step. Klasifikasi lainnya yang muncul yaitu Horsetail. Klasifikasi Horsetail muncul hampir di semua tingkatan yang dapat terlihat dari kejauhan. Klasifikasi lainnya yang juga muncul yaitu tipe Segmented. Tipe Segmented muncul hanya pada beberapa tingkatan Curug Tujuh Neglasari.

Pada musim kemarau, sebagian besar aliran jatuhan akan kering, namun tidak kering total. Curug Tujuh Neglasari termasuk ke dalam air terjun semi permanen, yang artinya pada musim kemarau, airnya tidak akan kering total meskipun mengalami penyusutan volume jatuhan yang cukup besar. Hingga tulisan ini dikerjakan (Maret 2017), penulis masih belum sampai hingga tepat ke area Curug Tujuh Neglasari. Hal ini karena keterbatasan waktu dan informasi mengenai jalur treking menuju Curug Tujuh Neglsari.

FOTO BY:

ENDRI KURNIA & DYA IGANOV

 

 

 

 


About Dya Iganov

Penyuka traveling, tidak hanya mendaki gunung, tapi juga touring, rafting, explore, city tour, kemping ceria, susur pantai, dll