Secara administratif, Curug Luhur berada perbatasan antara Desa Sukajadi dan Desa Batulawang, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dan berada pada koordinat -7.360207, 107.143234. Sumber aliran Curug Luhur berasal dari aliran Sungai Cisawer. Sungai Cisawer merupakan pembatas geografis antara dua desa di Kecamatan Cibinong. Aliran Sungai Cisawer juga dimanfaatkan sebagai sumber mikrohidro . Aliran Sungai Cisawer kemudian akan menyatu dengan aliran sungai utama yang bermuara di Pantai Sindangbarang, yaitu Sungai Cikadu.
Akses menuju Curug Luhur terbilang sangat mudah. Terdapat dua jalur utama yang dapat dilalui menuju Curug Luhur. Pertama dari Kota Bandung melalui Ciwidey dan Tanggeung. Kedua dari Kota Cianjur dan Kota Sukabumi melalui Sukanagara. Kedua jalur ini melewati jalan raya dan tidak terlalu susah untuk mencari patokannya.
CIWIDEY – TANGGEUNG – CIBONONG
Arahkan kendaraan menuju Rancabali, jika datang dari arah Kota Bandung. Patokan pertama yaitu pertigaan menuju Perkebunan Sinumbra. Pertigaan ini berada pada koordinat -7.153866, 107.371943. Ambil arah kanan (jika dari arah Bandung/Ciwidey) pada persimpangan ini menuju Perkebunan Sinumbra. Ikuti terus jalan utama menuju patokan berikutnya, Desa Cipelah. Kondisi jalan akan cukup rusak hingga memasuki Desa Cipelah.
Setelah tiba di Desa Cipelah, patokan berikutnya yaitu pasar Cipelah. Ambil arah kiri di Pasar Cipelah menuju kantor PLN Cipelah. Ikuti jalan yang akan terus menurun. Kondisi jalan sudah sangat baik. Turunan panjang dan curam sudah dilapisi aspal dan beton hingga memasuki perbatasan Desa Cisabuk. Memasuki Desa Cisabuk, medan jalan akan didominasi oleh turunan. Kondisi jalan sudah baik. Jalan dengan perkerasan beton akan terus dilalui hingga perbatasan Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Cianjur.
Meskipun sudah dibeton semua, tetapi masih ada satu turunan panjang yang masih dalam kondisi sangat rusak. Turunan setelah SD Cisabuk ini memang cukup terkenal karena selalu dalam kondisi rusak. Patokan berikutnya yaitu gerbang masuk menuju Curug Citambur. Setelah melewati Curug Citambur, ikuti terus jalan raya utama hingga betemu persimpangan dengan Jalan Raya Cianjur – Sindangbarang pada koordinat -7.217618, 107.136419. Persimpangan ini dikenal juga dengan nama Simpang Sinagar.
Ambil arah kiri (jika dari arah Curug Citambur) menuju Sindangbarang. Jalan berikutnya merupakan jalan raya utama menuju pesisir Cianjur Selatan. Ikuti terus jalan raya utama hingga memasuki Kecamatan Cibinong. Patokan berikutnya setelah memasuki Kecamatan Cibinong yaitu Curug Sawer yang berada tepat di pinggir jalan raya. Tidak jauh dari Curug Sawer sudah ada beberapa penunjuk jalan menuju Curug Luhur. Patokan berikutnya yaitu Kios Rest Area Curug Luhur yang berada pada koordinat -7.367320, 107.142416.
Lokasi kios berada tepat di pinggir jalan raya utama dan tepat sebelum jembatan. Parkirkan kendaraan disini. Sebelum kois rest area Curug Luhur akan ada beberapa tempat yang disediakan untuk memarkirkan kendaraan agar parkirnya tidak memenuhi jalan raya. Setelah memarkirkan kendaraan, perjalanan berikutnya hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
CIANJUR/SUKABUMI – SUKANAGARA – CIBINONG
Arahkan kendaraan menuju Terminal Pasir Hayam, baik dari arah Kota Canjur, maupun dari arah Kota Sukabumi. Ambil jalur menuju Sindangbarang. Kondisi lalu lintas masih akan cukup ramai hingga Kecamatan Cibeber. Kondisi jalan akan semakin rusak sepanjang Kecamatan Cibeber hingga memasuki Kecamatan Campaka. Beberapa titik sudah dibeton, tetapi masih banyak bagian jalan yang kondisinya masih berlubang. Medan jalan pun akan terus menanjak dimulai dari Kecamatan Cibeber hingga Kecamatan Campaka.
Sepanjang Terminal Pasir Hayam hingga Kecamatan Cibinong masih kurang penerangan jalan, sehingga jika menempuh perjalanan malam hari akan cukup sulit bagi yang belum terbiasa. Ditambah lagi kabut tebal yang sering turun memasuki area Kebun Teh Sukanagara. Patokan berikutnya yaitu perkebunan teh Sukanagara. Medan jalan sudah tidak akan didominasi oleh tanjakan, hanya masih tetap berkelok-kelok.
Patokan berikutnya yaitu Kecamatan Sukanagara. Ikuti terus jalan raya utama menuju Kecamatan Tanggeung sebagai patokan berikutnya. SPBU saat ini tersedia di Kecamatan Sukanagara, Kecamatan Pagelaran, dan Kecamatan Tanggeung. Selebihnya banyak tersedia bensin eceran dan Peramini. Sebaiknya perhatikan indikator bahan bakar karena menjelang malam hari akan cukup sulit menemukan penjual bahan bakar selain tiga SPBU tersebut.
Patokan berikutnya yaitu Kecamatan Tanggeung. Setiba di Pusat Kecamatan Tanggeung, ikuti terus jalan raya menuju arah Selatan (menuju Kecamatan Sindangbarang). Jalur ini sudah merupakan jalur yang sama jika datang dari arah Bandung/Ciwidey. Patokan berikutnya setelah memasuki Kecamatan Cibinong yaitu Curug Sawer yang berada tepat di pinggir jalan raya. Tidak jauh dari Curug Sawer sudah ada beberapa penunjuk jalan menuju Curug Luhur. Patokan terakhir yaitu Kios Rest Area Curug Luhur yang berada pada koordinat -7.367320, 107.142416.
Terdapat dua jalur treking menuju Curug Luhur. Pertama yaitu dari sisi Desa Sukajadi (tepat di samping kios) dan yang satu lagi dari sisi Desa Batulawang (dari seberang jembatan). Hanya saja, jalan setapak dari samping kios merupakan jalur yang sudah umum. Jalur kedua yaitu jalur yang berada di seberang jembatan. Jalur ini umumnya hanya digunakan oleh warga setempat dan pengunjung dari sekitaran Kabupaten Cianjur bagian Selatan (Sukanagara, Pagelaran, Tanggeung, Cibinong, dll).
Jalur treking merupakan jalan setapak tanah menyusuri aliran Sungai Cisawer menuju hulu. Pada musim hujan, jalur treking akan sangat becek oleh lumpur. Jalur treking hampir seluruhnya melewati pematang sawah yang cukup sempit. Medan yang dilalui sepanjang pematang sawah didominasi oleh tanjakan, meskipun tidak terlalu terlihat karena bentuknya pematang sawah.
Jalur treking melewati pematang sawah akan berakhir pada koordinat -7.36344, 107.14281. Berikutnya, jalur akan menyeberangi sungai menuju sisi Desa Batulawang. Pada musim kemarau, cukup mudah menyeberangi aliran Sungai Cisawer ini, bahkan pengunjung pun dapat mengambil beberapa foto terlebih dahulu di salah satu air terjun kecil di aliran Ci Sawer. Pada musim hujan, akan cukup sulit karena alirannya cukup deras meskipun tidak dalam.
Pengunjung dapat beristirahat sejenak di saung setelah menyeberangi aliran Ci Sawer. Saung ini juga merupakan pertemuan degan jalur treking dari sisi Desa Batulawang. Biasanya beberapa warga yang memang berjaga di Curug Luhur berada di saung ini. Perjalanan dari saung diteruskan dengan menyusuri jalan setapak kemudian menyusuri aliran sungai hingga tepat di depan Curug Luhur. Bagian treking tersulit berada di bagian ini.
Pada musim hujan, waktu yang diperlukan untuk mencapai Curug Luhur dari jembatan rata-rata 40 menit hingga satu jam.Hal ini karena jalur treking yang penuh lumpur dan aliran sungai yang harus diseberangi cukup deras. Tidak ada pegangan ketika menyusuri aliran sungai, hanya berpegang pada dinding batuan di samping sungai atau memanjat batuan besar untuk menyeberangi aliran Ci Sawer menuju sisi Desa Sukajadi.
Areal yang dijadikan sebagai lokasi terakhir treking menuju Curug Luhur memang berada di sisi Desa Sukajadi. Oleh karena itu, untuk mencapai lokasi tersebut, memang perlu kurang lebih dua kali menyeberangi aliran Ci Sawer. Jika musim hujan, aliran sungai cukup deras, sehingga diusulkan pembukaan jalur baru melalui pematang sawah di sisi Desa Sukajadi. Jika jalur ini sudah dibuka, maka pengunjung yang masuk dari jalan setapak di samping kios (sisi Desa Sukajadi) tidak perlu menyeberangi sungai.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh dan cukup sulit, pengunujung tiba di Curug Sawer, hanya saja, masih merupakan tingkatan terbawah. Untuk mencapai tingkatan pertama sekaligus yang tertinggi, pengunjung masih harus sedikit mendaki ke atas bukit. Diperlukan waktu kurang lebih 15 menit untuk tiba di tingkatan pertama.
Area di sekitar Curug Luhur masih terbilang sempit. Lahan yang dapat dijadikan tempat beristirahat bagi pengunjung cukup kecil dan bila musim hujan akan cukup becek. Area sekitar Curug Luhur dan jalur trekingnya memang masih dalam tahap pembenahan yang dilakukan mandiri oleh warga setempat dan karang taruna/kelompok masyarakat tertentu. Di area Curug Luhur sudah disediakan meja dan kursi sederhana oleh warga.
Curug Luhur memiliki kolam yang cukup dalam namun areanya sempit. Sebelum mengalir kembali menjadi bergabung dengan Sungai Cisawer, air dari kolam Curug Luhur mengalir melalui dasar sungai yang berupa batuan cukup datar dan dangkal. Area inilah lokasi yang cukup aman bagi pengunjung yang ingin mengabadikan Curug Luhur lewat foto/video.
Curug Luhur memiliki tiga tingkatan utama. Tiga tingkatan ini merupakan aliran jatuhan yang cukup tinggi dan jaraknya cukup berdekatan. Namun, secara keseluruhan, dari tingkatan pertama Curug Luhur hingga jembatan tempat menutipkan kendaraan, terdapat setidaknya tujuh tingkatan air terjun dengan berbagai ukuran ketinggian. Namun, bila dihitung dari bagaian hulu Ci Sawer, masih ada setidaknya dua tingkatan lagi yang belum terkeplorasi, bahkan oleh warga setempat.
Secara keseluruhan, Curug Luhur secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam tipe Multi Step. Hal ini karena secara keseluruhan, terdapat setidaknya tujuh tingkatan air terjun dalam aliran Sungai Cisawer. Namun, yang diberi nama dan termasuk ke dalam area Curug Luhur hanya tiga tingkatan pertama, terhitung dari dinding tebing lokasi jatuhan pertama Curug Luhur. Tingkatan pertama Curug Luhur memiliki klasifikasi utama Horsetail. Klasifikasi Horsetail untuk tingkatan pertama Curug Luhur dikarenakan alian jatuhan mengenai dinding air terjun, meskipun hanya sebagian, yaitu dari titik tepi tebing hingga setengah aliran jatuhan.
Klasifikasi minor tingkatan pertama Curug Luhur yaitu Cataract dan Block. Klasifikasi ini muncul hanya ketika musim hujan. Pada musim kemarau, klasifikasi minor pada tingkatan pertama Curug Luhur yang muncul yaitu tipe Curtain. Hal ini karena aliran jatuhan pada tingkatan pertama Curug Luhur memiliki volume jatuhan yang kecil dan terpengaruh oleh dinding air terjun. Dinding air terjun pada tingkatan pertama Curug Luhur tidak mulus, melainkan bersekat-sekat. Sekat-sekat pada dinding air terjun di tingkatan pertama tersebar cukup banyak, sehingga aliran jatuhan akan terbagi-bagi ke dalam beberapa bagian dengan jarak berdekatan serta volume jatuhan yang kecil, sehingga membentuk jatuhan yang menyerupai tirai.
Klasifikasi tingkatan kedua Curug Luhur dapat termasuk kedalam tipe Segmented dan Horsetail. Hal ini karena aliran dari tingkatan pertama Curug Luhur terhalang oleh batuan besar tepat sebelum jatuh kembali menjadi tingkatan kedua. Adanya batuan berukuran besar yang cukup banyak tersebar, menjadikan tingkatan kedua Curug Luhur terbagi ke dalam beberapa aliran jatuhan dan melebar hingga ke sisi kanan dinding air terjun pada tingkatan kedua bila meghadap ke Curug Luhur). Selama proses jatuhannya, aliran jatuhan pada tingkatan kedua mengenai dinding air terjun secara terus menerus.Tingkatan ketiga Curug Luhur secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam tipe Horsetail. Hal ini karena aliran jatuhannya terus menerus mengenai dinding air terjun. Klasifikasi kedua yaitu tipe Block. Hal ini karena aliran jatuhan pada tingkatan ketiga Curug Luhur jatuh melewati dinding air terjun yang cukup lebar.
Nama Curug Luhur yang berada di Cibinong ini, sama dengan nama air terjun di Desa Cikangnjareng, Kecamatan Cibinong. Hanya saja, nama Curug Luhur di Desa Cikangkareng lebih dikenal dengan sebutan lainnya, yaitu Curug Lesti. Tidak sedikit pengunjung yang terkecoh dengan penamaan kedua air terjun ini beserta lokasinya, bahkan hingga salah mengambil jalur menuju lokasi Curug Luhur. Hal ini berdasarkan konfirmasi dengan warga setempat sekaligus yang membuka area Curug Luhur, bahwa nama air terjun yang berada di perbatasan Desa Sukajadi dengan Desa Batulawang ini hanya Curug Luhur saja, tidak ada nama lainnya.