Secara administratif, Curug Malela berada di Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dan terletak pada koordinat -7.011229, 107.205919. Aliran Curug Malela berasal dari lereng Utara Gunung Kendeng yang nantinya mengalir membentuk jaringan sungai Cidadap dan bermuara ke Cisokan yang menjadi batas geografis Kabupaten Bandung Barat dengan Kabupaten Cianjur. Curug Malela terbentuk sejak jutaan tahun yang lalu. Curug malela berada pada aliran sungai yang mengalir dari Ciwidey melalui sungai Cidadap yang selanjutnya bermuara di Cisokan. Airnya sangat deras dan bila sedang beruntung kita dapat menyaksikan ratusan ekor monyet ekor panjang (macaca pasciscularis) sedang minum air di bawah Curug Malela. Curug Malela merupakan air terjun paling atas dari rangkaian tujuh air terjun sepanjang 1 km. Urutannya adalah Curug Malela, Curug Katumiri, Curug Manglid, Curug Ngebul, Curug Sumpel, Curug Palisir dan ditutup dengan Curug Pameungpeuk. Semua terletak di desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat. Setiap air terjun tersebut memiliki kekhasan tersendiri. Curug Malela memiliki air terjun yang terpisah saat jatuh dengan 5 jalur yang ada. Curug Katumiri pada pukul 8-9 bisa memperlihatkan pelangi di badan air terjun. Curug Ngebul adalah kebalikan dari Curug Malela, yaitu air yang jatuh justru berkumpul sehingga menimbulkan efek kabut dan suara yang menggelegar. Curug Manglid memiliki goa di belakang air terjunnya. Curug Sumpel memiliki daerah di bawah air terjun yang lebar meski terlihat sempit dari kejauhan. Curug Palisir mirip Curug Malela meski dengan ketinggian yang lebih rendah. Terakhir, Curug Pameungpeuk adalah air terjun dengan muara antara Sungai Cidadap dan Cisoka yang terletak tidak jauh dari air terjunnya. Sebenarnya di kawasan ini (Kecamatan Rongga masih ada beberapa curug yang indah dan layak dikunjungi. Seperti Curug Buana, Curug Cilinggapayung dan Curug Nyandung. Sayangnya untuk mencapai kedua tempat itu harus melalui medan yang berat dan rusak.
Akses menuju Curug Malela sebagai aliran pertama dari rangkaian tujuh air terjun di Sungai Cidadap cukup sulit. Medan berupa perbukitan dengan jurang yang dalam sebagai akibat dari lokasi Curug Malela yang berada pada relief terjal plateau Rongga. Relief tersebut membentuk lembah-lembah terjal dengan kemiringan lebih dari 100% atau dengan sudut kemiringan lebih dari 450. Keberadaan relief terjal plateau inilah yang membuat medan tempuh untuk sampai di Curug malela cukup melelahkan. Karena medannya berupa lereng lereng bukit dengan akses jalan yang belum di benahi secara maksimal. Kondisi jalannya pun tidak dibenahi dengan baik. Kondisi jalan yang cukup bagus hanya terdapat sepanjang Batujajar hingga Kecamata Sindangkerta, meskipun banyak yang berlubang dan aspalnya sudah banyak yang mengelupas. Selepas Kecamatan Sindangkerta, terutama ketika memasuki Kecamatan Gununghalu, kondisi jalan akan semakin rusak, Pada musim hujan bahkan ditemui beberapa tebing di sisi jalan yang longsor, sehingga material tanahnya menumpuk di jalan dan menjadikan jalan cukup licin karena lumpur. Kondisi ini juga diperparah dengan luas jalan yang sempit, medan berupa perbukitan dengan tanjakan cukup terjal dan tikungan tajam, serta tidak adanya penerangan jalan.
Kondisi jalan akan semakin parah ketika memasuki Kecamatan Rongga. Lubang cukup dalam dengan bebatuan lepas di dalamnya akan menjadi kondisi utama di jalur menuju Perkebunan teh Montaya. Kondisi jalan terparah akan ditemui semenjak memasuki areal Perkebunan Teh Montaya hingga area parkir objek wisata Curug Malela yang berjarak kurang lebih 8-10 Km. Kondisi jalan merupakan batu yang cukup besar, bahkan sudah menghilang dan digantikan tanah merah, medan berupa tanjakan panjang dan turunan curam. Kondisi akan menjadi sangat parah ketika musim hujan. Tanah merah akan berganti menjadi lumpur dan kedalamnnya cukup untuk membuat ban motor slip bila tidak berhati-hati. Jalur di dalam area perkebunan teh Montaya memang pada awalnya diperuntukan bagi kendaraan berat, yaitu truk pengangkut kayu hasil hutan, hasil kebun, dan akses warga di sekitar Desa Cicadas yang kebanyakan menggunakan sepeda motor. Curug Malela yang sudah menjadi salah satu objek wisata andalan di daerah metropolitan Bandung, Kabupaten Bandung Barat khususnya belum cukup untuk menjadikan akses masuk utama melalui Perkebunan teh Montaya di Kecamatan Rongga sebagai jalur wisata yang memiliki aksesibilitas dan tingkat pelayanan yang baik.
Perjalanan akan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 2 Km dari area parkir Curug Malela. Jalur trekking merupakan jalan setapak yang dari area parkir hingga shelter sudah di beri paving block di tengah hutan pinus. Setelah shelter 1, jalur trekking akan mulai menuruni bukit dan menyeberangi pematang sawah. Pada jalur ini, jalan merupakan tanah merah dan sudah disediakan undakan-undankan tanah membentuk anak tangga seadanya dan jembatan kayu seadanya untuk menyeberangi saluran irigasi di pematang sawah. Setelah meleati pematang sawah, jalan setapak akan berada di samping lereng tebing dengan kondisi jalan berupa tanah. Medannya sedikit menanjak dan menurun tetapi tidak terlalu curam seperti dari shleter 1 menuju pematang sawah. Setalah melewati jalan setapak di pinggir tebing, maka perjalanan diteruskan dengan melewati beabtuan di Sungai Cidadap, tepat di hadapan Curug Malela. Sebenarnya ada jalan setapak menuju bagian atas Curug Malela, tetapi karena memang jarang yang lewat, jalurnya tertutup semak belukar dan cukup banyak serangga dan ular yang berada di sekitar semak belukar tersebut. Pada musim hujan, jalan setapak menuju bagian atas Curug Malela akan menjadi lebih sulit, dan sebaiknya didampingi pemandu atau penjaga resmi yang memang ada di sekitar Curug Malela. Akses menuju Curug Malela dapat dimulai dari Kota Cimahi, Soreang, Ciwidey, ataupun dari Kota Cianjur. Kondisi jalan di kedua jalur tidak jauh berbeda, masing-masing memiliki titik yang kondisi jalannya cukup rusak. Jika dilihat dari segi waktu tempuh, dengan kondisi jalan yang tidak terlalu bagus, maka jalur dari Ciwidey via Tangsijaya merupakan yang tercepat. Berikut uraian beberapa akses menuju Curug Malela.
Kota Cimahi – Curug Malela
Jalur ini merupakan jalur yang banyak dilalui terutama bagi yang berasal dari sekitar Bandung ataupun dari daerah di bagian Timur. Lalu lintas akan sangat ramai ketika memasuki Kota Cimahi, terlebih ketika akhir pekan, sehingga disarankan untuk amsuk Kota Cimahi sepagi mungkin, di bawah pukul 08.00. Lalu lintas masih akan cukup ramai hingga memasuki Kecamatan Cililin. Banyak kendaraan umum dan kendaraan pribadi yang melintas, ditambah dengan jalur utama yang hanya satu akses serta beberapa titik terdapat pasar dan terminal pengumpan. Lebar jalan yang cukup sempit juga menjadi penghambat perjalanan selain volume kendaraan yang tinggi dan banyaknya hambatan samping berupa pasar dan terminal pengumpan. Selepas Kecamatan Cililin, lalu lintas akan sedikit sepi, meskipun masih akan dijumpai beberapa ELF dan sepeda motor. Sepanjang jalan sudah akan jarang ditemui pertokoan dan permukiman seperti sepanjang Kecamatan Batujajar hingga Kecamatan Cililin. Kanan dan kiri jalan akan lebih didominasi oleh area sawah dan kebun, dan beberapa permukiman dan sekolah. Kondisi jalan memasuki Kecamatan Sindangkerta akan menjadi sedikit lebih rusak. Ada beberapa jalan berlubang dan kondisi aspal yang sudah mengelupas. Pada musim hujan, jalan akan sedikit licin oleh tanah merah yang terjatuh dari truk maupun dari tebing yang berada di sisi jalan. Memasuki Kecamatan Gununghalu, lalu lintas akan semakin sepi, di kanan dan kiri jalan sudah akan jarang ditemui permukiman. Area perkebunan teh Montaya, area sawah, dan kebun, bahkan perbukitan akan menjadi pemandangan utama di sepanjang jalur ini. Lalu lintas hanya ramai di pusat kota Kecamatan Gununghalu. Ambil arah Kecamatan Rongga dan Curug Malela (sudah ada di papan penunjuk jalan). Sepanjang Kecamatan Gununghalu, kondisi jalan akan semakin rusak. Lubang cukup dalam dan besar akan banyak ditemui. Longsoran tanah merah dari tebing di sisi kiri dan kanan jalan pada musim hujan terkadang menutupi permukaan jalan dan menjadikan jalan licin. Penerangan jalan akan sulit ditemui, terutama ketika sudah memasuki area perkebunan teh dan area sawah.
Kondisi jalan akan semakin buruk ketika memasuki Kecamatan Rongga, bahkanjika musim hujan, ada beberapa jalan dan jembatan yang amblas dan hanya ditutupi oleh balok kayu seadanya. Air pun akan menggenang di beberapa titik, terutama pada jalan yang berada di sepanjang area sawah. Memasuki area perkebunan teh Montaya, kondisi jalan akan berubah menajdi batu dan tanah merah dan akan menjadi lumpur pada musim hujan. Tanajakan dan turunan menajdi medan di sepanjang area perkebunan teh yang ada di perbukitan ini. Perjalanan dari awal area Perkebunan teh Montaya hingga area parkir Curug Malela paling cepat ditempuh dalam waktu 2 jam, dan paling lama 3 jam. Berdasarkan pembacaan di peta, jarak dari Cimahi hingga area parkir Curug malela adalah sekitar 59,4 Km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam 13 menit, dengan catatan kondisi jalan sangat baik. Sedangkan waktu tempuh normal dalam kondisi jalan yang ada saat ini adalah sekitar 4-6 jam hingga area parkir Curug Malela.
Cimahi – Batujajar – Cihampelas – Cililin – Cipongkor – Sindangkerta – Gununghalu – Rongga – Perkebunan teh Montaya – Desa Cicadas – Kp. Manglid – Curug Malela
Cianjur – Curug Malela via Cipatat
Perjalanan dari Kota Cianjur menuju Curug Malela via Cipatat yaitu mengikuti jalur provinsi sekaligus jalur utama Bandung – Puncak. Arus lalu lintas akan ramai sepanjang perjalanan, terutama di Ciranjang dan Rajamandala. Ambil arah Cipongkor di Cipatat. Kondisi jalan akan sedikit tidak terlalu bagus dan tidak seramai jalur Cianjur – Cipatat dan hanya akan ramai pada pagi hingga sore hari dan akan sedikit rawan pada malam hari. Jalur ini akan melewati area Waduk Saguling di sisi Cipongkor. Setelah Kecamatan Cipongkor, jalur yang dilalui akan sama dengan jalur yang dilalui dari arah Cimahi. Waktu tempuh yang diperlukan untuk melewati jalur sepanjang 73,6 Km adalah sekitar 2 jam 13 menit dengan catatan kondisi jalan baik dan tidak ada kemacetan.
Cianjur – Ciranjang – Rajamandala – Cipatat – Cipongkor – Sindangkerta – Gununghalu – Rongga – Perkebunan teh Montaya – Desa Cicadas – Kampung Manglid – Curug Malela
Cianjur – Curug Malela via Campakamulya
Perajalanan dari Cianjur via Campakamulya akan melewati jalur utama Cianjur – Sindangbarang. Patokan pertama yaitu Terminal Pasirhayam, kemudian dari Terminal Pasirhayam ambil arah menuju Sindangbarang. Kondisi jalan selepas Terminal Pasirhayam akan cukup baik dan cukup lebar hingga Kecamatan Cibeber. Selepas Kecamatan Cibeber, kondisi jalan mulai sedikit rusak dan akan kembali menyempit. Meda jalan akan berupa perbukitan dan didominasi oleh tanjakan hingga memasuki Kecamatan Campaka. Jalan berlubang dan aspal yang sedikit bergelombang akan menjadi kondisi jalan utama. Tidak ada penerangan jalan dan lalu lintas akan lebih sepi dibandingkan di Kecamatan Cibeber. Memasuki Kecamatan Campaka akan mulai ditemui area perkebunan teh dan kebun warga hingga memasuki Kecamatan Sukanagara. Lahan di sekitar Kecamatan Sukanagara masih akan berupa area kebun teh Panyairan dan area hutan produksi serta tempat pengumpulan hasil hutan. Lalu lintas di jalur ini akan banyak didominasi oleh ELF dan truk pengangkut kayu dan teh. Truk pengangkut kayu dan ELF akan banyak dijumpai menjelang malam hari.
Dari Kecamatan Sukanagara, tepat di depan Terminal Sukanagara, ambil jalan menuju Kecamatan Campakamulya. Jalur ini akan kembali melintas di perbukitan dan akan didominasi tanjakan sampai Desa Cilangari. Kondisi jalan dari Kecamatan Sukanagara hingga Kecamatan Campaka akan cukup bagus. Aspal mulus dan tanjakan yang tidak terlalu berat akan menjadi kondisi utama jalan. Memasuki Desa Cilangari, yang juga merupakan perbatasan Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Bandung Barat, jalan akan berubah menjadi lebih buruk. Aspal yang sudah menghilang dan batuan yang lepas akan menjadi medan yang harus dilalui hingga Desa Bunijaya dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam dan medan yang berupa tanjakan panjang. Perbatasan Desa Cilangari dengan Desa Bunijaya ditandai dengan area hutan pinus. Setelah hutan pinus, jalan kaan menurun terus hingga masuk ke Desa Bunijaya, Kecamatan Gununghalu. Di Desa Bunijaya, ambil jalur menuju Kecamatan Rongga, dan merupakan jalur utama yang sama bila perjalanan dimulai dari Kota Cimahi. Waktu tempuh yang tercatat untuk menempuh jarak 68,7 Km adalah sekitar 2 jam 14 menit, dengan catatan kondisi jalan baik dan tidak tedapat kemacetan. Pada kenyataannya, waktu tempuh yang diperlukan dari Terminal Pasirhayam hingga Desa Bunijaya adalah sekitar 2 hingga 2 jam 30 menit.
Cianjur – Terminal Pasirhayam – Cilaku – Cibeber – Campaka – Sukanagara – Campakamulya – Cilangari – Bunijaya – Gununghalu – Rongga – Perkebunan teh Montaya – Desa Cicadas – Kp. Manglid – Curug Malela.
Soreang – Curug Malela
Jalur ini merupakan jalur utama dari Soreang menuju Cililin yang akan bertemu dengan jalur utama Cimahi – Curug Malela di Kecamatan Batujajar. Patokan bila melewati jalur ini adalah Stadiun Jalak Harupat. Ikuti terus jalan utama hingga ke pertigaan Batujajar. Lalu lintas di jalur ini akan cukup ramai dari pagi hingga malam. Lalu lintas didominasi oleh sepeda motor dan angkutan kota dan jalan yang cukup sempit. Sering terjadi kemacetan dan antrian kendaraan, terutama ketika ada acara pada akhir pekan. Setelah bertemu jalan utama Batujajar, maka jalur yang ditempuh akan sama dengan jalur yang ditempuh biala perjalanan dimulai dari Cimahi. Waktu tempuh yang tercatat untuk menempuh jarak 52,2 Km adalah sekitar 1 jam 43 menit. Dengan catatan kondisi jalan baik dan tidak ada kemacetan. Pada kondisi sebenarnya, waktu tempuh yang diperlukan yaitu sekitar 3-4 jam.
Soreang – Batujajar – Cihampelas – Cililin – Cipongkor – Sindangkerta – Gununghalu – Rongga – Perkebunan teh Montaya – Desa Cicadas – Kp. Manglid – Curug Malela
Ciwidey – Curug Malela
Jalur ini merupakan jalur yang paling sepi dan jalur tercepat. Dari arah Ciwidey, ambil jalur menuju Desa Wisata Lebak Muncang. Kondisi jalan hingga keluar dari Desa Lebak Muncang cukup baik dan masih banyak terdapat permukiman. Setelah Lebak Muncang, kondisi jalan akan mulai berubah dari jalan yang lapisan aspalnya baik menjadi jalan dengan kondisi aspal yang lapisan teratasnya sudah menghilang. Jalur ini akan memasuki hutan pinus yang juga sebagai batas alami Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Bandung Barat. Selepas hutan pinus, jalan akan masuk ke areal perkebunan dengan kondisi jalan berubah menjadi batu. Memasuki Desa Mekarwangi, Kecamatan Sindangkerta, akan mulai dijumpai permukiman. Lalu lintas di jalur ini akan sangat sepi dan hanya akan dijumpai keramaian ketika pasar di Desa Mekarwangi beroperasi, selebihnya hanya beberapa penduduk yang kebanyakan menggunakan sepeda motor. Medan jalan akan dominan datar tetapi jalan akan terus berupa batu dan beberapa titik akan ditemukan tanjakan dan turunan yang sedikit curam.
Setelah Desa Mekarwangi, jalur akan memasuki hutan di Desa Datarpuspa yang cukup lebat dan masih alami. Tidak ada permukiman dan lalu lintas akan sangat sepi. Di sekitar hutan ini terdapat aliran Sungai Cidadap yang sudah mulai membentuk sungai stadia awal dari mata air yang berasal dari gunung yang berada di sekitar Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Sepanjang jalur Desa Datarpuspa hingga Desa Bunijaya jalan akan terus sejajar dengan alur Sungai Cidadap. Permukiman akan kembali ditemukan ketika memasuki Desa Tangsijaya, Kecamatan Gununghalu. Jalur ini kemudian akan tembus di Desa Bunijaya dan kemduian akan bertemu dengan jalur utama Desa Bunijaya – Curug Malela. Kondisi jalan di jalur ini akan sepenuhnya berupa batu dan di sekelilingnya kebanyakan merupakan area kebun, hutan, dan sawah. Terdapat patokan berupa bumi perkemahan di Desa Tangsijaya. Waktu tempuh yang tercatat untuk menempuh jarak sekitar 40,7 Km adalah sekitar 1 jam 18, dengan catatan kondisi jalan baik dan tidak terapat hambatan di jalan. Pada kenyataannya, waktu 1 jam adalah waktu tempuh normal dari Deas Lebakmuncang hingga ke Desa Bunijaya.
Ciwidey – Desa Lebakmuncang – Desa Mekarwangi – Desa Datarpuspa – Desa Tangsijaya – Desa Bunijaya – Kecamatan Gununghalu – Kecamatan Rongga – Perkebunan Teh Montaya – Desa Cicadas – Kp. Manglid
Curug Malela secara keseluruhan dapat diklasifikasikan ke dalam tipe Block waterfall. Ciri utama dari Curug Malela yang memiliki ketinggian 60-70 m ini dapat dilihat dari lebar air terjunnya yang mencapai 50 m. Dinding air terjun dan sungai yang lebar merupakan salah satu ciri utama dari tipe Block Waterfall. Pada musim hujan dan musim kemarau, akan muncul klasifikasi lainnya pada Curug Malela. Pada musim kemarau, kalisifkasi yang muncul di Curug Malela yaitu Block waterfall, Segmented Waterfall, Horsetail Waterfall. Tipe Segmented muncul karena debit sungai yang mengecil sehingga volume jatuhan air Curug Malela akan terhambat oleh batuan sungai yang menonjol, sehingga aliran sungai akan berpencar menjadi beberapa lintasan. Pada Curug Malela, terdapat lima lintasan utama yang mucul, terutama pada musim kemarau. Pada musim kemarau, aliran jatuhan air Curug Malela tidak akan terlalu deras, sehingga masih ada bagian yang menyentuh dinding air terjun. Area di sekitar Curug Malela akan menjadi lebih luas, karena batuan di sungai akan muncul dan kolam di sekitar Curug Malela akan berkurang sedikit kedalamannya. Pada musim hujan, klasifikasi utama yang akan mucul di Curug Malela yaitu Cataract Waterfall. Tipe ini mucul karena volume jatuhan air di Curug Malela menjadi sangat besar, bahkan airnya akan berubah menjadi kecokelatan, cipratan airnya akan lebih terasa dan batuan di sungai akan banyak yang tertutup oleh aliran air. Pada musim hujan, Curug Malela sebenarnya cukup berbahaya untuk dikunjungi, tetapi volume jatuha air yang deras ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Pada musim hujan, lintasan di dinding Curug Malela tidak lagi terbagi menjadi lima lintasan, tetapi hampir semua dinding air terjunnya tertutup oleh jatuhan air yang sangat deras.
Curug Malela merupakan air terjun permanen, sehingga bila berkunjung pada musim kemarau pun masih tetap akan ada aliran jatuhannya meskipun cukup kecil. Waktu terbaik untuk mengunjungi Curug Malela yaitu pada akhir musim hujan. Hal ini untuk mendapatkan kesan Curug Malela yang mirip dengan air terjun Niagara. Fasilitas yang ada di sekitar area Curug Malela diantaranya lahan parkir dengan beberapa warung kecil yang akan tutup menjelang sore, area camping dengan saung tanpa penerangan, dua buah toilet yang kondisinya rusak, serta jalan setapak tanah bagi pengguna motor trail ataupun ojek yang mengantar pengunjung lebih dekat menuju Curug Malela. Area camping dan lahan parkir serta warung berada 2 Km dari lokasi Curug Malela, sehingga di sekitar Curug Malela tidak akan ditemui fasilitas, pengunjung sebaiknya mempersiapkan logistik sebelum memulai trekking. Disarankan untuk mengunjungi Curug Malela sebelum pukul 16.00, karena selepas pukul 16.00 kondisi jalan di area kebun teh hingga Kecamatan Cililin akan sangat sepi. Tidak dianjurkan juga melalui jalur Desa Tangsijaya – Ciwidey setelah pukul 16.00 karena akan sangat sepi dan minim fasilitas bila terjadi hambatan di jalan, kecuali bila bertujuan untuk camping di area Curug Malela.
Sumber lainnya:
http://blog.bandung123.com/2014/02/arah-ke-lokasi-curug-malela.html
https://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-barat/curug-malela—bandung-barat
http://tempatwisatadibandung.info/curug-malela/
http://www.cool4myeyes.com/2014/03/malela-yang-melelahkan-curug-malela-2.html