Ada satu pertanyaan yang saya baca di komen kemaren pas lagi motoran yang bikin saya total flashback sama semua petualangan saya 4 tahun ini. Sebenernya pertanyaannya simpel sih “ga ikut kemcer ke nnnn ama nnnnn?”
Yang bikin saya mikir itu pertama, orang yang nanya itu salah satu sahabat baik saya yang kenal berkat travelling, kedua orang yang ngadain trip plus grup yang mewadahinya satu-satunya grup travelling yang saya ikutin, mungkin sama lamanya sama wara-wiri saya di dunia travelling.
Status saya mahasiswi tingkat akhir sebuah universitas swasta di Bandung yang punya cita-cita untuk keliling Provinsi NTT, Kep. Natuna, Kep. Anambas & Batam (yang sampe sekarang belom kesampean). Awal April, secara resmi saya mulai cerita travelling saya setelah belasan tahun lamanya hanya bisa mimpi pengen ke Semeru, Krakatau atau hanya jalan-jalan ke tempat-tempat di luar Bandung. Perjalanan pertama saya ke TN Kawah Ijen, TN Baluran, dan Pantai Papuma di Jawa Timur. Bisa dibilang tahun 2010 ini tahun saya berkenalan dengan segala hal berbau travelling. Dimulai dengan nyari tahu apa itu grup travelling, apa saja grup travelling, gimana cara mereka travelling, apa itu itenerary apa itu TL, kenapa biayanya bisa murah, apa itu sharing cost, profit trip, trip organizer sampai saya pernah nanya langsung secara personal ke beberapa orang yang sering-sering disebut sebagai TL.
Sedikit demi sedikit saya mulai nyari beberapa tempat yang ternyata bagus dan pengen dikunjungi, selain Semeru, Krakatau, NTT, Batam, Kep, Natuna dan Kep. Anambas. Dimulai dari Pulau Jawa terlebih dahulu. Perlahan tapi pasti, saya mulai ikut beberapa trip yang ada di salah satu grup yang saya ikutin, mulai belajar juga gimana caranya berteman dan bergaul dengan orang yang hanya kita tahu infonya sebatas sesama penyuka travelling, modal mutual friend yang sama dan kebutuhan kita untuk travelling. Tahun ini masih bisa dibilang belum terlalu banyak yang saya peroleh tentang travelling karena saya masih harus konsentrasi dengan Tugas Akhir , beberapa kuliah yang belum selesai, dan kerja sampingan di tempat saya Tugas Akhir.
Selepas kelulusan, saya benar-benar manfaatin waktu yang ada buat travelling sambil menunggu wisuda. Tidak berapa lama dari kelulusan, saya ikut jadi tim survey kerjaan proyek teman saya ke Banjarmasin, Gresik, dan Denpasar. Pengalaman pertama kerja dan survey ke luar Pulau Jawa. Saya memang berniat untuk sedikit menikmati hidup dulu minimal sampai wisuda, maksimal sampai awal tahun 2012, artinya memang belum fokus cari kerja dan hanya main, main, dan main. Tahun ini adalah tahun saya belajar lagi mengenai dunia travelling dan mulai dapet beberapa teman sesama traveller dari Bandung, bahkan dari kampus sendiri. Di tahun ini juga saya coba-coba untuk pergi sendiri, tanpa ikut trip dari TL-TL di grup, malah belajar jadi TL, meskipun hanya TL sebates sekitaran Bandung dan khusus nanjak.
Di tahun ini juga, saya mulai belajar pergi sendiri tanpa ikut open trip dan hanya sebatas dengan teman-teman yang sesama pengangguran. Beberapa tempat di sekitaran Jawa Barat kami kunjungi dan kebanyakan pergi di hari kerja, sementara di akhir minggu, biasanya kami ikut open trip. Tahun ini juga bisa dibilang tahun peralihan dari yang hanya menghabiskan hidup di kampus dan di rumah menjadi banyak berkegiatan di alam bebas, bahkan di tahun ini saya berhasil mengunjungi dua dari beberapa tempat yang masuk “top list” tempat yang pengen dikunjungi, yaitu Krakatau di akhir Maret tepat dua hari sebelum Sidang Pembahasan dan Semeru di akhir tahun 2011-2012 dengan orang-orang yang sangat menyenangkan.
Ini adalah tahun terbaik saya dalam travelling dengan pekerjaan di kantor konsultan yang masih mendukung untuk bepergian kemana-mana di akhir minggu, ditambah lagi travelling di tahun ini sudah 100% pakai uang hasil kerja sendiri, ga lagi disumbang sama orangtua. Dalam satu bulan saya bisa hampir setiap weekend pergi, bisa yang dekat, bahkan sampai menyeberang pulau, bisa naik gunung, atau kemping ceria di pantai. Selain ikut open trip, saya juga mulai mencari sendiri destinasi yang masih sepi di sekitaran Jawa Barat terutama dan juga mulai dapat beberapa kenalan baru sesama traveller, baik dari Bandung, sekitaran Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan Makassar, meskipun hanya sebatas obrolan di komen grup atau foto pribadi. Tahun ini juga saya pertama kali merasakan yang namanya ‘Solo Trip’ meskipun hanya di sekitaran Jawa Tengah, beberapa kali jadi TL open grup baik itu naik gunung atau touring 1 day.
2013
Pindah tempat kerja adalah salah satu pengaruh paling besar untuk kegiatan travelling saya di tahun ini. Sering sekali, bahkan ikut open trip dengan teman-teman di Jakarta dalam satu tahun ini bisa dihitung jari, begitu pun dengan naik gunung, mantai, gathering-gathering, semua di skip karena bentrok dengan kerjaan atau di waktu weekend lebih banyak dihabiskan dengan mengistirahatkan badan dan pikiran dengan benar-benar diem di rumah, males-malesan, ga ngapa-ngapain. Ketika pengen jalan, waktu yang ada hanya sedikit dan ga memungkinkan untuk ikut open trip, jangankan trip long weekend, trip weekend saja udah ga sanggup dan males saking capenya. Akhirnya, untuk ngakalinnya saya lebih banyak cari trip 1 day yang ga jauh dari Bandung, atau bisa pp dalam waktu satu hari meskipun sampai di rumah lagi lewat tengah malam, dan kebanyakan pakai motor.
Komunikasi dengan banyak teman di luar Bandung pun jadi sedikit meregang, hanya sesekali berkomunikasi lewat sosial media, tidak bisa langsung bertemu dalam satu trip. Beberapa dari teman-teman saya selama tahun 2012 yang sesama pengangguran sudah mulai pada kerja dan kebanyakan ker
janya bukan di Bandung. Sudah masalah internal dari kesibukan kerja saya, ditambah lagi hambatan eksternal dari teman-teman yang sudah mulai berpencar menjadikan tahun 2013 ini tahun yang suram dalam dunia travelling saya. Meskipun saya masih bisa juga pergi ke beberapa tempat yang cukup jauh dan ‘bayar utang’ mengunjungi tempat-tempat yang batal saya kunjungi karena pekerjaan.
2014
Tahun ini nampaknya masih menjadi tahun yang suram untuk travelling sekaligus menjadi tahun di mana saya berfikir lagi mengenai travelling. Sejak akhir tahun saya memikirkan kata-kata teman saya “sekarang sih kalau main hanya main saja, mungkin sedikit dikurangi, tapi kalau main sambil belajar atau menghasilkan sesuatu, dapat ilmu baru atau apalah, masih okelah.” Mulailah saya sedikit berfikir, oke kenapa juga hobi saya ini ga sekalian dikombinasikan dengan bisnis atau pengetahuan yang saya pernah dapat atau yang baru saya dapat. Sedikit demi sedikit saya juga mulai berfikir, apa yang bisa saya dapatkan dari perjalanan kali ini atau sesuatu yang dapat saya manfaatkan dari ilmu yang saya punya untuk perjalanan berikutnya. Meskipun begitu, memang, faktor rekreasi dan refreshing menjadi dua faktor utama yang masih dominan dalam setiap perjalanan saya tahun ke tahun.
Selain dari pola pikir dan kegemaran akan travelling yang sedikit bergeser, ada juga perubahan lainnya yang datang dari luar, seperti misalnya beberapa teman yang dulu masih minta atau ngajak untuk pergi bareng, sekarang sudah bisa pergi sendiri karena seringnya bentrok jadwal, kesibukan masing-masing, lalu ada teman-teman yang pergi kerja merantau dan hanya kembali ke Bandung sebentar dan itu pun beruntung bisa ketemu, beberapa orang yang mulai beralih ‘Solo Travelling’ karena kesibukannya, karena mulai merasa nyaman pergi sendiri, ada pula yang ‘Solo Travelling’ bersama keluarga kecil barunya (baru punya anak yang bisa diajak pergi-pergi), ada jg yang mengurangi travellingnya karena nabung untuk nikah, yang baru nikah, yang merintis usaha dengan basic travelling daaan lain sebagainya.
Mungkin tahun 2014 ini memang sudah bukan waktunya lagi travelling kaya pas tahun 2011 dulu. Mungkin ini tahun yang juga harus memikirkan hal lain selain travelling, mengambil sesuatu atau memberikan sesuatu pada dunia travelling, bukan berperan hanya sebagai traveller saja.
Pernyataan dan pertanyaan lainnya yang sedikit ‘menggelitik’ adalah seputar travelling dan nikah.
Mungkin banyak yang mengira, kalau sudah menikah nanti, saya akan stop travelling (mungkin karena ini jg kali ya pada nyuruh cepet nikah), eitss tapi tunggu dulu,anda salah. Sepertinya sampai kapan pun travelling itu ga bisa dipisahin dari hidup saya. Kalau sedikit melihat beberapa orang di keluarga saya yang bisa dibilang sudah berumur, ternyata beliau-beliau ini masih travelling (bahkan ke luar negeri) rutin satu tahun satu atau dua kali dan perginya dengan rombongan. Ada juga beberapa yang bepergian karena sekalian tugas kerja, dan ga nanggung-nanggung, pasti ke luar Pulau Jawa dan berbulan-bulan, dan memang sudah basicnya ada jiwa travellingnya, pasti nemuuuu aja tempat-tempat asik & bagus yang masih belum banyak dikenal orang.
Ada juga salah satu kakak sepupu saya, yang juga dulu mengenalkan saya dengan dunia travelling, sekarang tinggal di luar Indonesia dan baru punya bayi perempuan yang lucu yang masih tetap travelling. Tau apa kegiatannya sebelum menikah, setelah menikah, selama hamil, dan setelah melahirkan??? Semua kegiatan yang berhubungan dengan alam terbuka masih dijabanin. Mulai dari masa pacaran dengan suaminya sekarang yang sama-sama Geologist dan hobi nanjak, bulan madu yang tentunya ga jauh-jauh dengan kegiatan di alam bebas. Di masa kehamilannya masih sempet ko nanjak, yoga, sepedahan, trekking, jalan-jalan sore, city tour, bahkan mungkin hanya sekedar piknik di taman masih dijabanin. Setelah melahirkan, setelah ponakan sudah bisa di bawa keluar, terakhir kegiatan mereka yang saya tahu adalah trekking nanjak ke gunung yang medannya sedikit kaya Burangrang. Berhubung setelah menikah, kakak sepupu saya ini langsung pindah ke negeri seberang sana, jadi semua kegiatan outdoor nya dilakukan di sana dan tentunya dengan prasarana dan sarana yang jauuuuh lebih memadai dan mendukung daripada Indonesia.
Yang coba saya sampaikan adalah, mungkin beberapa masih beranggapan hobi travelling itu bikin lama nikah (sebenernya hanya masalah persepsi aja lama atau cepet itu, karena sudah diatur dan ada waktunya), tapi ternyata kalau memang jiwanya ‘travelling’ banget, bagaimana pun keadaannya dan statusnya selama masih bisa, memungkinkan dan ga maksa, pasti dijabanin. Travelling jalan terus tapi disesuaikan dengan masanya, masa iyah lagi hamil motoran begajulan ke antah berantah?? Masa iya bayi baru lahir beberapa bulan udah langsung di bawa nanjak ke gunung yang medan dan karakteristik cuacanya ekstrim??? Masa iyah tiap weekend ngeluyur ngetrip sementara istri/suaminya cengo di rumah??
Semua ada masa dan caranya sendiri. Jadi, jangan pernah paksa saya untuk berhenti travelling meskipun udah nikah atau punya anak, kalau saya merasa sudah waktunya untuk berhenti, ya pasti saya berhenti. Jangan heran juga kalau sampai sekarang saya masiiih aja travelling, terkesan saya ga mikir masa depan atau nikah, tapi balik lagi, apa harus saya tunjukin? Toh, itu kan urusan pribadi saya, kalau sudah waktunya pun pasti semua tahu, saya bukan orang yang pelit info ko, tenang saja. Kalau saya bilang belum, ya berarti belum, bukannya sengaja menutup-nutupi dan biar kejutan. Jadi, kalau ada yang merasa gara-gara travelling jadi susah jodoh & lama nikahnya, coba deeehh liat perspektif lainnya.