Kabupaten Cianjur memiliki dua buah danau bernama Rawa Gede. Rawa Gede pertama terletak di Desa Simpang, Kecamatan Pasirkuda, sedangkan Rawa Gede yang kedua berada di Desa Rawagede, Kecamatan Tanggeung. Rawa Gede yang akan dibahas kali ini merupakan Rawa Gede yang secara administratif berada di Desa Simpang, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dan berada pada koordinat 7°11’30.1″S 107°11’24.2″E.
Terdapat empat akses masuk menuju Rawa Gede, pertama melalui Kecamatan Pagelaran, tepatnya melewati Rawa Galuga, kedua melalui Jalan Raya Pagelaran, yang ketiga melewati Kecamatan Pasirkuda, dan yang terakhir melalui Desa Pasirpari Kecamatan Tanggeung. Sedangkan untuk titik awal perjalanan dapat dimulai dari Kota Cianjur dan Kota Soreang. Akses melalui Kota Soreang merupakan jalur yang sama dengan yang menuju Curug Citambur. Jalur dari Kota Soreang melalui Perkebunan teh Rancabali, Perkebunan teh Sinumbra, Desa Cipelah, Desa Karangjaya (lokasi Curug Citambur) hingga pertigaan Desa Simpang menuju Rawa Gede.
Kondisi jalan melalui jalur ini akan cukup baik hingga Desa Cipelah. Setelah Desa Cipelah, kondisi jalan akan sangat buruk dengan medan dominan berupa turunan panjang. Jalan merupakan batuan besar yang sebagian sudah hancur dan sebagian lagi batuannya mudah terlepas sehingga cukup licin. Kondisi jalan ini akan ditemui hingga perbatasan Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Cianjur. Memasuki Kabupaten Cianjur, kondisi jalan akan sangat mulus hingga ke pertigaan Desa Simpang. Memasuki Desa Simpang kondisi jalan semakin lama semakin menyempit dan mulai berubah dari aspal, semen, hingga pada akhirnya menjadi jalan batu hingga ke Rawa Gede.
Akses melalui Kecamatan Pagelaran merupakan jalur tembus dari Rawa Galuga di Desa Bunijaya. Akses ini cukup sulit karena kondisi jalan yang sangat buruk sepanjang menuju Rawa Gede. Jalan berupa batuan tajam yang sudah tertanam sehingga tidak akan terlalu licin, dengan medan yang bervariasi. Terkadang jalan akan berupa tanjakan-tanjakan dengan tikungan serta turunan panjang yang cukup curam. Jalan sepanjang Rawa Galuga hingga ke Rawa Gede hanya cukup untuk dua motor atau satu mobil jenis jeep dan mini bus, tetapi ada beberapa titik yang tidak dapat dilalui oleh mobil.
Titik yang tidak dapat dilewati diantaranya berupa jembatan dan beberapa titik yang memang memiliki lebar jalan yang sangat sempit. Jalur ini melipir tebing Gunung Kendeng yang pada umumnya berupa hutan, kebun, dan areal sawah yang cukup jauh dari permukiman. Di beberapa tempat, jalan memang akan melewati dekat permukiman penduduk, tapi secara keseluruhan, jalur ini akan terus berada di pinggir tebing di dalam hutan. Hampir semua jembatan yang berada di jalur ini berada dalam kondisi yang sangat tidak layak. Lebarnya hanya cukup untuk satu buah sepeda motor dengan permukaan jembatan berupa kayu yang sudah lapuk, bahkan bolong, batang kayu yang ditanam, beton tanpa penyangga samping, dan lain sebagainya. Kondisi seperti ini tentu tidak akan memungkinkan untuk dilewati oleh mobil.
Jalur dari Rawa Galuga menuju Rawa Gede ini pada akhirnya akan bertemu dengan jalur yang berasal dari jalan utama Kecamatan Pagelaran. Jarak dari jalan raya utama hingga Rawa Gede hanya 9,9 Km tertera pada peta, tetapi medan yang harus dilalui akan membutuhkan waktu tempuh lebih dari waktu tempuh normal untuk melalui 9,9 Km. Jalur ini melewati areal hutan, kebun, dan sawah yang berada tidak jauh dari tepi jurang. Jalan masuk melalui jalur ini berada di Desa Padamaju, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur. Jalur ini akan bertemu dengan jalur yang berasal dari Rawa Galuga.
Persimpangan jalur ini juga sebagai pembatas administrasi dua kecamatan dan tiga desa, yaitu perbatasan antara Desa Buniwangi Kecamatan Pagelaran dengan Desa Padamaju Kecamatan Pagelaran, dan dengan Desa Simpang Kecamatan Pasirkuda. Jalur melalui Desa Padamaju ini juga akan berada cukup jauh dari permukiman penduduk. Dasar jurang yang berada tidak jauh dari jalan berupa aliran sungai yang cukup deras dan besar yang berhulu di Gunung Gedogan. Medan jalan berupa bebatuan akan menjadi medan jalan utama hingga tiba di Rawa Gede.
Jalur termudah sekaligus tersingkat menuju Rawa Gede yaitu jalur yang melewati Desa Simpang dari Kota Soreang. Bila datang dari arah Kota Cianjur sebaiknya mengambil jalan masuk dari akses masuk keempat yaitu Desa Pasirpari, Kecamatan Tanggeung sehingga tidak perlu melewati Rawa Galuga di Kecamatan Pagelaran. Jalur ini memiliki titik awal yang sama dengan titik awal pada jalur Rawa Galuga dan Desa Padamaju.
Setelah SPBU Pagelaran, akan ditemukan papan penunjuk jalan menuju Curug Citambur, ambil jalur tersebut hingga pertigaan Desa Simpang tepat sebelum kantor kecamatan Pasirkuda. Jalur ini merupakan jalur termudah meskipun jaraknya lebih jauh bila dibandingkan dengan jalur Ciwidey-Cipelah-Pasirkuda, tetapi memiliki kondisi jalan yang cukup baik hingga pertigaan Desa Simpang. Untuk mengunjungi Rawa Gede, sebaiknya pada awal musim hujan dan awal musim kemarau mengingat kondisi jalan yang cukup buruk dan kondisi di sepanjang jalur yang rawan longsor.
Letak Rawa Gede yang berada di lereng (yang saat ini dinamai oleh warga) Gunung Simpang dengan kondisi jalan yang buruk menjadikan tempat ini hanya dikenal sebatas warga setempat saja. Pada umumnya warga di sekitar Desa Bunijaya, Padamaju, Pasirkuda, Tanggeung sudah mengetahui keberadaan dan kondisi akses menuju Rawa Gede. Pemanfaatannya pun tidak kalah sempitnya, hanya dimanfaatkan untuk pengairan lahan sawah yang memang cukup luas di sekitar Desa Simpang dan Desa Padamaju. Budidaya ikan menjadi pilihan warga di dekat Rawa Gede sebagai pemanfaatan lain Rawa Gede. Rawa Gede dapat dilihat dari jalan Desa Padamaju-Desa Bunijaya yang letaknya sedikit lebih tinggi. Pemandangan terbaik akan didapatkan pada siang menuju sore hari karena sinar matahari tidak akan terlalu terik dan pada saat siang menuju sore sinar matahari pada titik ini tidak akan terhalang oleh deretan perbukitan.
Belum ada ukuran yang pasti mengenai kedalaman dan luas Rawa Gede yang akurat, tetapi bila dibandingkan dengan Rawa Beber dan Rawa Galuga, Rawa Gede memiliki ukuran yang lebih kecil. Bagian pinggir Rawa Gede sudah diberi dinding beton seluruhnya, sehingga bila memutari Rawa Gede tidak perlu repot memutar seperti di Rawa Galuga. Pemandangan di sekitar Rawa Gede lebih luas karena jarak ke perbukitan cukup jauh dan pada sisi lainnya pemandangan langsung menghadap teras-teras sawah hingga tepi jurang dan tebing di kejauhan. Terdapat sekitar lima hingga tujuh rumah yang ada tepat di samping Rawa Gede. Untuk menikmati Rawa Gede pada siang hari atau pada musim hujan tidak terlalu disarankan karena tidak ada tempat berteduh di sekeliling Rawa Gede, arealnya sangat terbuka.
Tidak ada pungutan biaya retribusi apapun di sekitar Rawa Gede, hal ini mungkin didasari dari pemanfaatan utamanya yang bukan sebagai tujuan wisata. Sebanding dengan tidak adanya retribusi, di sekitar Rawa Gede pun tidak akan ditemukan fasilitas pendukung pariwisata seperti lahan parkir, papan penunjuk jalan, papan nama, faslitas peribadatan, fasilitas kebersihan, lampu, bahkan kursi dan tempat sampah, tetapi bila membutuhkan sesuatu, warga sekitar akan membantu. Meskipun Rawa Gede bukan tempat yang sudah atau akan dikembangkan menjadi tempat wisata dan tidak memiliki fasiltas apapun, tetapi pemandangan di sepanjang jalan dan keseluruhan medan yang harus dilewati, serta suasana di sektiar Rawa Gede menjadikan tempat ini cukup tepat untuk tujuan wisata yang sedikit berbeda.