Situ Cimeuhmal secara administratif berada di Desa Banjaran Wetan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan berada pada koordinat -7.091988, 107.617836. Jarak dari Kota Bandung ke Situ Cimeuhmal hanya sekitar 23,3 Km sesuai pembacaan di peta. Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Kota Bandung, bukan berarti tempat ini sudah ramai dan dikenal luas. Banyak yang masih belum mengetahui Situ Cimeuhmal, terlebih lagi lokasinya yang berada di kawasan Bumi Perkemahan Kiarapayung, Kecamatan Banjaran yang masih asing jika dibandingkan dengan Bumi Perkemahan Kiarapayung di Jatinangor, Kab. Sumedang. Keberadaan Situ Cimeuhmal hingga saat ini hanya diketahui oleh warga sekitar dan penggiat kegiatan alam bebas seperti motor trail dan mountain bike. Situ Cimeuhmal pun sedikit dikenal dalam kalangan instansi, terutama yang berhubungan dengan air bersih. Telah ada beberapa penelitian, meskipun hanya sedikit mengenai Situ Cimeuhmal sebagai potensi sumber air bersih bagi wilayah Kecamatan Banjaran dan Kecamatan Arjasari.
Untuk menuju ke Situ Cimeuhmal, aksesnya cukup mudah. Dari Kota Bandung ambil jalan utama menuju Kecamatan Banjaran hingga tiba di pertigaan tepat sebelum jalannya sedikit menikung menuju alun-alun Kecamatan Banjaran, tepatnya pada koordinat -7.046208, 107.592657. Patokan termudah yaitu adanya mini market tepat di sebelah kanan di pertigaan tersebut. Di pertigaan ini, ambil arah ke kiri, yaitu jalan menuju Kecamatan Arjasari. Kondisi jalan cukup baik dengan perkerasan beton dan medan yang datar. Lalu lintas di jalur ini pagi hingga siang akan sangat ramai. Umumnya lalu lintas ramai oleh angkutan umum, delman, dan sepeda motor. Setelah berbelok ke kiri, ikuti jalan hingga ke pertigaan di koordinat -7.046315, 107.601754 dengan patokan Kantor Desa Batukarut. Di pertigaan ini ambil kanan. Setelah melintas jembatan, terdapat percabangan jalan lagi pada koordinat -7.046919, 107.601743 dan ambil arah ke kiri. Ikuti jalur ini. Kondi jalan di sepanjang jalur ini sudah bukan perkerasan beton lagi, hanya aspal yang masih mulus, tetapi pada beberapa titik sudah mulai berlubang. Dari titik ini, medan mulai menanjak. Tanjakannya cukup panjang dan lalu lintasnya masih lumayan ramai. Ketika sore cukup banyak warga yang beraktivitas di pinggir jalan, terutama anak-anak, jadi harus sedikit berhati-hati. Lebar jalan pun hanya cukup untuk dua mobil jenis jeep dan minibus papasan. Ikuti jalan hingga tiba di pertigaan pada koordinat -7.050164, 107.605902 ikuti terus jalan utama. Jalan ke arah kiri merupakan jalur yang menuju Talun. Mulai dari titik ini akan banyak ditemui persimpangan, tapi kebanyakan hanya percabangan dengan jalan-jalan ke arah permukiman. Persimpangan berikutnya ada pada koordinat -7.068138, 107.614867, dan ambil ke arah kanan menuju Batukarut. Jalan yang ke arah kiri yaitu yang mengarah ke Waringu. Ikuti jalan dengan medan yang akan terus menanjak dengan perkerasan aspal yang masih cukup baik hingga pertigaan pada korodinat -7.080072, 107.611140. Pada koordinat ini ambil arah kiri. Patokan pada pertigaan ini merupakan pos penjagaan dari kayu serta portal dan jalan berbatu. Mulai dari titik ini, kondisi jalan akan menjadi cukup buruk sepanjang 3 Km.
Setelah pertigaan, perkerasan jalan aspal akan berubah menjadi tanah dan batu. Jalur akan melewati kebun dan sawah warga. Lebar jalan pun akan lebih kecil dari sebelumnya, selain itu, permukaan jalan yag berupa tanah dan batu harus diwaspadai karena kondisinya tidak rata, terkadang harus sedikit melipir ke tepi jalan karena sebagian besar kondisi jalannya sedikit susah untuk dilalui. Medan relatif datar, meskipun pada awal-awal memasuki sawah akan sedikit menanjak. Ikuti jalan ini hingga ujung kebun dan hutan pinus. Ketika tiba di gebrang hutan pinus, ambil jalan utama. Kondisi jalan dari gerbang hutan pinus akan semakin rusak. Semua track merupakan gavel yang sudah hancur dan bercampur dengan tanah. Batuan di jalur ini kebanyakan tidak semuanya tertanam, jadi harus sedikit berhati-hati untuk memilih jalur. Jalur ini juga merupakan jalur motor trail menuju Bumi Perkemahan Gunung Puntang, jadi ada banyak jalur tanah bekas motor trail yang sedikit lebih dalam dari jalur normalnya. Medannya menanjak terus hingga ke area parkir Situ Cimeuhmal. Meskipun jaraknya tidak terlalu panjang, tapi bila hujan, kondisi jalan akan lebih sulit untuk dilalui sepeda motor biasa. Pilihan lainnya jika musim hujan yaitu menggunakan motor trail atau trekking dari batas hutan pinus. Jika memilih untuk trekking dari hutan pinus, pastikan keamanan motor. Pilihan lainnya, bisa menitipkan motor di rumah warga sebelum jalur kebun dengan jalur trekking yang lebih panjang. Area parkir Situ Cimeuhmal tidak terlalu luas dan benar-benar berada di ujung jalan, jadi tidak akan ada persimpangan jalan yang membingungkan. Terdapat satu warung kecil di area parkir yang akan tutup pada sore hari. Untuk menuju Situ Cimeuhmal, perjalanan berikutnya dilanjutkan dengan berjalan kaki beberapa ratus meter hingga tiba di depan Situ Cimeuhmal.
Situ Cimeuhmal berada pada lahan yang berbatasan dengan lahan milik PT. Perhutani dan PU. Status lahan yang berada di sekitar Situ Ciemuhmal sebenarnya berstatus lindung, namun pada kenyataannya tidak demikian. Area ini sudah cukup lama dimasuki secara bebas oleh motor trail, belum lagi penyadapan hingga perburuan hewan liar, termasuk “Meong Congkok” yang tertangkap kamera ketika kunjungan ke Situ Cimeuhmal 9 Agustus 2015 lalu Hingga saat ini masih belum ada pengelolaan yang pasti dan berkelanjutan. Luas total lahan Situ Cimeuhmal kurang lebih sekitar 1 Hektar. Meskipun belum dikelola secara berkelanjutan oleh siapapun, hanya sebatas swadaya masyarakat setempat, tapi area di sekitar Situ Ciemuhmal sudah cukup tertata dan bersih. Tidak akan ditemui sarana pendukung objek wisata, seperti kamar mandi dan wc umum yang layak, warung-warung, hingga tempat berteduh jika hujan atau terik. Hanya ada saung kecil yang sekaligus tempat warga yang menjaga Situ Cimeuhmal dan rumah pohon sederhana dari bambu. Jalan setapak untuk menuju bumi perkemahan dan untuk berkeliling area Situ Cimeuhmal berada di sebelah kiri dan sudah terdapat pagar pembatas dari kayu sederhana di sisi kiri jalan setapak sebagai pembatas dengan danau. Menurut informasi, Situ Ciemeuhmal yang besar merupakan danau buatan. Danau-danau aslinya letaknya cukup menyebar di area Situ Cimeuhmal bahkan hingga ke dalam hutan pinus. Oleh karena itu, sekitar beberapa tahun yang lalu (sekitar 2004) alirannya dikumpulkan dan dibendung di Situ Cimeuhmal saat ini untuk kemudian dialirkan kembali. Pembangunan dan penataan ini dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk kesadaran akan kebutuhan air dan potensi wisata yang bisa dikembangkan. Danau-danau asli di area Situ Cimeuhmal konon sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Terdapat gorong-gorong khas arsitektur Belanda di kiri pintu masuk (area parkir) Situ Cimeuhmal yang memang sedikit tersembunyi. Hal ini tentu membuktikan bahwa bangsa Belanda selama masa penjajahan tidak hanya mendirikan radio di Gunung Malabar, tetapi juga menyisir sampai ke sisi Timur kaki Gunung Malabar, lokasi Situ Cimeuhmal saat ini.
Situ Cimeuhmal merupakan bendungan yang terletak di kaki Gunung Malabar, berada di antara lamping Puncak Mega dan Gunung Sanggar. Latar belakang Situ Cimeuhmal merupakan sisi Timur Gunung Malabar. Air di setiap bagian Situ Cimeuhmal sangat jernih, terutama bagian kanan atas (bila menghadap Situ Cimeuhmal dari puntu masuk). Tidak jarang pengunjung yang rata-rata anak kecil dan remaja pun berenang di danau ini. Ketinggian lokasi Situ Cimeuhmal kurang lebih ada pada ketinggian 1.200 m atas muka laut, sehingga pada waktu tertentu, terutama musim kemarau, akan cukup dingin pada tengah malam hingga menjelang subuh. Selain bagian utama dari area Situ Cimeuhmal, terdapat juga Balong Mandor yang posisinya sedikit lebih tinggi dari Situ Cimeuhmal dan harus sedikit masuk ke area hutan pinus. Menurut warga yang sudah terbiasa menuju Balong Mandor, hanya diperlukan waktu sekitar 15 menit dari area utama Situ Cimeuhmal dengan medan yang kebanyakan menanjak dan jalannya berupa jalan setapak tanah. Balong Mandor merupakan rawa (emel dalam Bahasa Sunda) yang di sekelilingnya jauh lebih rimbun dibandingkan dengan area di sekitar Situ Cimeuhmal. Jalan setapak dari Situ Cimeuhmal menuju Balong Mandor juga merupakan jalur motor trail.
Nama Cimeuhmal, menurut dua narasumber, berasal dari nama pohon/tumbuhan yang bernama “Ki Meuhmal”. Mengenai perihal kebahasaan dan wujud dari tumbuhan bernama “Ki Meuhmal” hingga saat ini masih sebatas mitos dan oleh warga setempat, nama tersebut hanya dijadikan sebagai sebutan/penamaan area di sekitar danau agar lebih mudah untuk diinformasikan. Jejak peninggalan Belanda tidak hanya sebatas pada saluran air/gorong-gorong di dekat pintu masuk area parkir dan penyebutan “Balong Mandor” yang mengacu pada jaman kolonial Belanda, tetapi juga berhubungan dengan nama asli atau nama lain dari Situ Cimeuhmal. Menurut narasumber yang juga warga lokal, nama asli danau ini adalah Situ Ermat. Ermat atau Mbah Ermat (panggilan warga sekitar) merupakan nama seorang pekerja jaman Belanda yang mengurus wilayah yang sekarang menjadi area danau. Selain sebagai pekerja, Mbah Ermat juga dikenal sebagai sosok sesepuh masyarakat di sekitar Situ Cimeuhmal.
(3 Paragraf terakhir pada tulisan ini dikutip dan diedit ulang dari halaman Komunitas Jelajah Gunung Bandung. Tulisan asli milik salah satu anggota komunitas Jelajah Gunung Bandung yang tidak mau disebutkan namanya, pada 9 Agustus 2015; 22:14 WIB)
Artikel lainnya terkait Situ Ciemeuhmal:
https://mediapublikonline.wordpress.com/2014/07/19/info-saba-2/
http://www.perak-online.com/jabar/bandung/2374-ngaruwat-kali-ngaruwat-situ-cimeuhmal
http://www.citarum.org/node/625
https://id-id.facebook.com/khidmatulummat/posts/176136445806648