Secara administratif, Talaga Nila berada pada Desa Padaherang, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat dan berada pada koordinat 06°47′48.4″S 108°23′16″E Selain Talaga Nila, terdapat juga Talaga Loa 06°47′40.1″S 108°23′03.3″E dan Talaga Beunteur 06°47′51.3″S 108°23′10.4″E yang lokasinya saling berdekatan namun sudah beda wilayah administrasi. Talaga Loa berada di Desa Jerukleueut. Ketiga danau ini merupakan bagian dari objek tujuan wisata utama di Kawasan Wisata Sindangwangi, atau yang disingkat Kawit Wangi bersama dengan Telaga Herang, Telaga Cikuda, Curug Cipeuteuy, Situ Bulakan, Bumi Perkemahan, Agropolitan, Kolam Renang/Water Boom, Kerajinan Anyaman dan Ukiran. Tujuannya adalah untuk mengembangkan objek wisata yang berada di Kecamatan Sindangwangi menjadi objek wisata unggulan selain yang berada di wilayah Kecamatan Maja, Argapura, dan Argalingga. Akses menuju Talaga Nila terbilang cukup mudah dengan kondisi jalan yang baik. Akses menuju Talaga Nila cukup mudah dan cukup banyak pilihan.
JALUR UTARA/JALUR PANTURA
Jalur Utara, biasanya digunakan oleh yang berasal dari Jakarta, Subang, dan lainnya, yaitu melalui jalur Pantura (Jalan Raya Cijelag – Jalan Raya Ujungjaya Cikamurang) dan turun di Kecamatan Tomo. Ikuti jalan utama Tomo – Jatiwangi hingga masuk ke Jalan Raya Cirebon – Palimanan. Setiabnya di daerah Palasah, Kabupaten Majalengka, tepatnya setelah Masjid Palasah, ambil arah kanan di persimpangan setelah Masjid Palasah (-6.721146, 108.297518). Ikuti terus jalan utama hingga tiba di persimpangan -6.733036, 108.315297, ambil arah kanan kemudian ambil kiri di persimpangan -6.754137, 108.318390 dan langsung belok kanan di persimpangan Desa Heluleutweragati, Kecamatan Leuwimundung (-6.751996, 108.325546). Ikuti terus jalan utama hingga tiba di persimpangan -6.757296, 108.327017 ambil arah kiri kemudian belok kanan tepat di persimpangan Jalan Raya Rajagaluh – Leuwimunding. Ikuti terus hingga melewati SMAN 1 Rajagaluh. Tepat setelah SMAN 1 Rajagaluh, ambil kiri di persimpangan Rajagaluh – Luwimunding, Kecamatan Rajagaluh, kemudian belok kanan di persimpangan dengan koordinat -6.780323, 108.374507. Ikuti terus jalan utama hingga tiba di persimpangan pertama (-6.791318, 108.378040) belok kiri kemudiang langsung belok ke arah kanan, ikuti kembali jalan utama hingga di persimpangan kedua (-6.795816, 108.381414) ambil arah ke kiri. Tidak jauh dari persimpangan kedua, jalan akan langsung tiba tepat di depan Talaga Loa. Waktu tempuh dengan kondisi normal bila melalui jalur ini adalah sekitar 2 jam 33 menit dan bila terdapat banyak hambatan akan menjadi sekitar 2 jam 42 menit untuk 104 Km dari Kota Subang.
JALUR TENGAH/JALUR PROVINSI
Jalur ini merupakan jalur utama Sumedang – Jatiwangi dengan kondisi jalan yang cukup baik, meskipun ada beberapa ruas jalan yang rusak berat, seperti Cimalaka – Tomo. Arus lalu lintas cukup ramai, dan truk pengangkut hasil tambang serta hasil hutan akan melintas 24 jam di jalur ini. Pagi hingga menjelang malam, kendaraan yang melintas ditambah dengan kendaraan pribadi, sepeda motor, dan ELF berbagai jurusan. Ambil arah Majalengka di persimpangan Jatiwangi. Setelah masuk jalur utama Majalengka, ikuti jalan utama sampai tiba di bunderan Cisayong. Ambil arah Rajagaluh (dari bunderan ambil jalan yang lurus). Tidak ada patokan menuju Talaga Nila. Sebaiknya menggunakan GPS dan pada koordinat -6.780323, 108.374507 (terdapat di Jalan Raya Ujungberung/Jalan Raya Rajagaluh) belok kanan dan ikuti terus jalan utama hingga tiba di persimpangan pertama (-6.791318, 108.378040) belok kiri kemudiang langsung belok ke arah kanan, ikuti kembali jalan utama hingga di persimpangan kedua (-6.795816, 108.381414) ambil arah ke kiri. Tidak jauh dari persimpangan kedua, jalan akan langsung tiba tepat di depan Talaga Loa. Waktu tempuh normal untuk melalui jalur ini adalah sekitar 3 jam 25 menit dan bila terdapat banyak hambatan akan menjadi 4 jam 38 menit untuk 128 Km dimulai dari Kota Bandung.
JALUR ALTERNATIF
Jalur lainnya yaitu melalui Wado – Bantarujeg – Talaga – Maja – Majalengka – Rajagaluh yang berjarak lebih jauh dan sedikit memutar dan merupakan jalur alternatif jika ingin melewati jalur yang lebih sepi. Arus lalu lintas di jalur ini jauh lebih sepi dibandingkan dengan jalur utama Sumedang – Jatiwangi. Kebanyakan yang melintas di jalur ini adalah ELF, sepeda motor, dan sesekali pick up. Kondisi jalannya pun sedikit lebih kurang baik dan cukup smepit. Jalur ini melalui perbukitan, sehingga medannya didominasi oleh tanjakan dan turunan panjang serta tikungan tajam. Bila yang belum terbiasa melalui jalur ini sebaiknya harus berhati-hati. Ada beberapa titik ruas jalan yang rusak parah dan banyak terdapat timbunan pasir. Pada musim hujan, bahkan ada beberapa titik yang longsor dan rawan banjir. Arus lalu lintas akan kembali sedikit ramai setelah memasuki Kecamatan Bantarujeg hingga Kecamatan Talaga. Memasuki Kecamatan Talaga, jalur yang dilewati sudah merupakan jalur Kabupaten yang menghubungkan kota-kota kecamatan di Kabupaten Majalengka dengan Kota Majalengka. Setibanya di Kecamtan Talaga, ambil jalan menuju Kecamatan Maja. Setelah tiba di Kecamatan Maja, ikuti jalan utama hingga tiba di persimpangan di pusat kota Kecamatan Maja. Ambil jalan menuju SMAN 1 Maja. Setelah melewati SMAN 1 Maja, ambil arah kanan di persimpangan Desa Cicalung, Kecamatan Maja (-6.863748, 108.299241). Patokan setelah melwati persimpangan di Desa Cicalung adalah arah menuju Curug Cipeuteuy di Kecamatan Sindangwangi. Setelah tiba di persimpangan menuju Curug Cipeuteuy, ambil jalan utama (tidak masuk ke dalam area Curug Cipeuteuy) dan ikuti terus hingga bertemu di persimpangan dengan koordinat -6.795803, 108.381418 dan ambil arah kanan. Kondisi jalan setelah melewati persimpangan Desa Cicalung akan melewati perbukitan, sehingga medannya akan banyak ditemui tanjakan, turunan, dan tikungan. Bila menempuh jalur ini, kebanyakan jalannya akan berkelok-kelok tidak seperti Jalur Pantura dan Jalur Provinsi yang pada umumnya lurus. Waktu tempuh dalam kondisi normal bila melalui jalur ini adalah sekitar 3 jam 55 menit tanpa macet dan bila terdapat banyak hambatan akan menjadi sekitar 4 jam 2 menit untuk 134 Km dari Cileunyi.
Jalur Selatan
Jalur ini merupakan jalur yang melalui Jalan Nasional III melewati Rancaekek – Nagreg – Malangbong. Ikuti jalan utama hingga tiba di pertigaan Jalan Raya Bandrek – Malangbong, Kecamatan Malangbong (-7.060947, 108.086638) belok kiri menuju Jalan Raya Sumedang – Cibeureum. Jalur ini kemudian akan bertemu dengan Jalur alternatif di Kecamatan Wado, tepatnya di perimpangan -6.945297, 108.092506 ambil arah Terminal Wado, kemudian ikuti jalur seperti pada jalur alternatif yang sudah dipaparkan sebelumnya. Waktu tempuh dalam keadaan normal adalah sekitar 3 jam 38 menit, sedangkan bila terdapat banyak hambatan menjadi sekitar 3 jam 51 menit untuk 138 Km dimulai dari Cileunyi.
Jalur Talaga Herang.
Pada umumnya, jalur ini digunakan oleh pengunjung yang berasal dari sekitar Kota dan Kabupaten Majalengka. Patokan pertama dari Kota Majalengka yaitu Talaga Herang yang berada di perbatasa tiga desa (Desa Padaherang, Desa Jerukleueut, dan Desa Lengkongkulon), Kecamatan Sindangwangi, Kabuaten Majalengka. Untuk mencapai Talaga Nila dari arah Sindangwangi ikuti jalan ke arah timur Talaga Herang setelah keluar dari gapura Talaga Herang ada pertigan pertama (-6.792554, 108.386726), belok kanan ke jalan yang menanjak, ikuti jalan tersebut lalu akan ditemukan pertigaan yang di depannya terdapat lapangan sepakbola (-6.794578, 108.387043), ambil jalan ke sebalah kanan lalu ikuti jalan tersebut hingga dapat terlihat sebuah telaga disebelah kiri jalan.
Talaga Nila merupakan danau yang tidak permanen, artinya pada musim kemarau volume airnya akan berkurang drastis, bahkan ada yang menyebutkan hingga menyusut dan kering total. Bentuk Talaga Nila memanjang dari Utara ke Selatan dengan panjang ± 80 M dan lebar ± 18 – 20 M. Keunikan dan yang menjadi ciri khas dari telaga ini adalah warna air di telaga ini berwarna biru terkadang berwarna biru kehijauan. Air di telaga ini sangat jernih hingga dapat melihat dasar dari telaga dan ikan yang berenang di talaga ini. Area di sekitar Talaga Nila masih sangat alami. Pepohonan yang rimbun dan beberapa lahan kebun milik warga menjadi pemandangan utama di sekitar danau. Banyak terdapat sarang semut di jalan setapak kecil di samping Talag Nila. Belum ada tempat untuk parkir khusus dan hingga kini kendaraan yang disarankan untuk digunakan ke lokasi Talaga Nila adalah sepeda motor. Kondisi jalan yang sempit dan tidak adanya lahan parkir khusus akan sedikit menyulitkan jika membawa mobil. Kendaraan umum pun masih jarang dan cukup sulit untuk mencapai Talaga Nila. Satu-satunya kendaraan umum yang memungkinkan adalah jasa ojek yang pangkalannya cukup jauh dari lokasi, yaitu di Jalan Raya Rajagaluh – Cirebon atau mencarter angkutan umum. Tidak ada penjual makanan atau minuman, sehingga disarankan untuk membawa masing-masing.
Di dekat Talaga Nila, tepatnya dengan menyusuti jalan setapak sekitar ± 500 M dari Talaga Nila akan ditemukan lagi sebuah danau yang ukurannya lebih kecil, yaitu Talaga Beunteur. Talaga Beunteur ini merupakan danau yang akan menyusut total pada musim kemarau dan akan berubah menjadi sebuah lapangan yang biasa digunakan untuk bermain sepakbola. Pada musim hujan, Talaga Beunteur ini akan kembali terisi oleh air dan sangat jernih serta akan berwarna biru kehijuan sedikit menyerupai Talaga Nila. Di sekitar area Talaga Beunteur tidak akan terlalu banyak ditemukan sarang semut dan serangga, sehingga pengunjung dapat sedikit lebih nyaman untuk berlama-lama di area ini dibandingkan di area Talaga Nila. Masih di sekitar Talaga Nila, tepatnya di sisi Utaranya, terdapat danau yang sedikit lebih luas bernama Talaga Loa.
Aliran keluar (outlet) Talaga Nila akan menuju sunga kecil hingga masuk kembali ke Talaga Loa (inlet). Posisi Talaga Loa yang sedikit berada di bawah posisi Talaga Nila dan aliran sungai kecil (Outlet Talaga Nila) menjadikan terbentuknya air terjun sangat kecil tepat di aliran masuk (Inlet) Talaga Loa. Untuk mendekati aliran air terjun kecil ini, pengunjung harus menyusuri jalan setapak yang masih cukup rimbun dan akan penuh dengan lumpur pada musim hujan. Terdapat lahan kebun di sisi kiri Talaga Loa (bila menghadap Talaga Loa) yang dapat digunakan untuk menyimpan kendaraan. Tidak seperti Talaga Nila yang sedikit terhalang pepohonan yang cukp rimbun, Talaga Loa dapat dengan jelas dilihat dari pinggir jalan. Kondisi jalan di sekitar Talaga Loa sama kecil dan tidak terlalu baik seperti di area Talaga Nila. Warna air di Talaga Loa sangat jernih dan berwarna biru, meskipun tidak seperti di Talaga Nila. Di sekeliling Talaga Loa, tepatnya di pinggir-pinggir danaunya banyak batang dan ranting pohon yang merambat dan yang sudah tumbang ke dalam danau.
Baik Talaga Nila, Talaga Loa, dan Talaga Beunteur memang belum dikelola secara resmi, baik oleh pihak pemerintah, swastam ataupun swadaya masyarakat setempat, tetapi sudah termasuk ke dalam kawasan andalan untuk pengembangan objek wisata Kecamatan Sindangwangi (Kawasan Kawit Wangi) yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Majalengka. Tidak ada larangan bagi pengunjung untuk berenang baik di Talaga Nila, Talaga Beunteur, ataupun Talaga Loa, tetapi menurut pandangan pribadi, alangkah baiknya jika kealamian air di tiga danau tersebut tidak tercemar/tersentuh oleh manusia, apalagi jika sampai digunakan untuk mandi karena bilasan dari sabun dan sampo yang digunakan akan mempengaruhi kadar ph dan kualitas air di tiga danau tersebut, dan yang terpenting akan berpengaruh terhadap kehidupan di bawah air di tiga danau tersebut.
Sumber Lainnya:
http://infomjlk.com/telaga-nila-danau-biru-nan-eksotis-detail-3320.html