Nama Rawa Galuga mungkin masih terdengar asing, bukan hanya jarangnya nama ini disebut, tapi dari segi bahasa pun mungkin akan terdengar asing. Rawa Galuga merupakan nama sebuah danau yang secara administrasi berada di Desa Bunijaya, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Rawa Galuga berada pada koordinat 7°08’52.7″S 107°11’45.5″E. Rawa Galuga merupakan sebuah danau alami yang berada di lereng Gunung Gedogan. Gunung Gedogan merupakan pembatas alami wilayah administrasi Kabupaten Bandung Barat dengan Kabupaten Cianjur dan dengan Kabupaten Bandung. Pada kaki dan lereng Gunung Gedogan bagian Kabupaten Cianjur, tepatnya di Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Pasir Kuda banyak ditemukan danau atau sekedar rawa berukuran kecil, baik yang sudah diberi nama dan dimanfaatkan, maupun yang belum bernama dan tidak dimanfaatkan oleh warga. Salah satu dari danau-danau tersebut diantaranya Rawa Galuga. Kata ‘rawa’ di depan penamaan bisa saja menunjukan kenampakan rawa alami yang cukup luas dan diberi nama ‘Galuga’ oleh masyarakat setempat.
Untuk mencapai Rawa Galuga, terdapat lima jalur. Yang pertama melalui Kabupaten Bandung, kedua melalui Kabupaten Bandung Barat, jalur ketiga, keempat, dan kelima melalui Kabupaten Cianjur. Berikut uraian singkat akses jalur menuju Rawa Galuga:
- Kota Cianjur – Terminal Pasir Hayam – Kecamatan Cibeber – Kecamatan Campaka – Kecamatan Sukanagara – Pertigaan Desa Cipari – Desa Bunijaya – Rawa Galuga
- Kecamatan Cililin – Kecamatan Cipongkor – Kecamatan Sindangkerta – Kecamatan Gununghalu – Kecamatan Rongga – Desa Bunijaya – Desa Cilangari – Desa Campakawarna – Kecamatan Sukanagara – pertigaan Desa Cipari – Desa Bunijaya – Rawa Galuga
- Kecamatan Sindangbarang – Kecamatan Cibinong – Kecamatan Tanggeung – Kecamatan Pagelaran – pertigaan Desa Cipari – Desa Bunijaya – Rawa Galuga
- Soreang – Kecamatan Ciwidey – Kecamatan Rancabali – Perkebunan teh Rancabali – Perkebunan teh Sinumbra – Desa Sukaati – Desa Sukaresmi – Desa Cipelah – Desa Cisabuk – Kecamatan Pasir Kuda – Kecamatan Tanggeung – Kecamatan Pagelaran – pertigaan Desa Cipari – Desa Bunijaya – Rawa Galuga.
- Soreang – Kecamatan Ciwidey – Kecamatan Rancabali – Perkebunan teh Rancabali – Perkebunan teh Sinumbra – Desa Sukaati – Desa Sukaresmi – Desa Cipelah – Desa Cisabuk – Kecamatan Pasir Kuda – Desa Simpang – Kecamatan Pagelaran – Desa Bunijaya – Rawa Galuga
Kota Cianjur dan Kecamatan Sindangbarang
Dari kelima jalur menuju Rawa Galuga, jalur dari Kota Cianjur merupakan jalur termudah. Perjalanan dimulai dari Terminal Pasir Hayam menuju arah Selatan. Ikuti papan penunjuk jalan menuju Kecamatan Sindangbarang. Jalur menuju Rawa Galuga dari arah Kota Cainjur memang melewati ruas jalan utama Cianjur menuju Kecamatan Sindangbarang di pesisir Selatan Kabupaten Cianjur. Ruas jalan ini merupakan ruas jalan Provinsi yang kondisinya sudah relatif baik. Medan jalan akan mulai menanjak dan berkelok-kelok dimulai dari Kecamatan Cibeber hingga Kecamatan Pagelaran, tepatnya di pertigaan Desa Cipari yang merupakan gerbang masuk menuju Desa Bunijaya. Pemandangan di sepanjang jalan akan didominasi oleh jurang yang cukup dalam, deretan perbukitan, serta hamparan kebun teh yang juga berbukit-bukit. Jalur ini akan melewati dua perkebunan teh, yaitu milik PTPN VIII Perkebunan Panyairan dan Perkebunan Pagelaran. Pada pagi hari, kondisi arus lalu lintas masih relatif sepi, hanya beberapa ELF yang melintas dari berbagai jurusan di Selatan, serta sepeda motor. Menjelang siang hingga menjelang malam, lalu lintas mulai ramai oleh ELF dari arah Cianjur, kendaraan pribadi, truk pengangkut kayu, beberapa pick up pengangkut hasil kebun teh, serta sepeda motor. Menjelang malam, kabut akan mulai turun dan akan sangat tebal tepat di Perkebunan teh yang merupakan perbatasan Kecamatan Sukanagara dengan Kecaamtan Pagelaran. Medan jalan yang berada di puncak perbukitan serta kondisinya yang berkelok-kelok dan cukup sempit merupakan hal yang harus diwaspadai bila berkendara di jalur ini jika sudah menjelang malam. Waktu tempuh dari Kota Cianjur hingga pertigaan Desa Cipari membutuhkan waktu sekitar dua hingga dua setengah jam tanpa berhenti.
Jalur melalui Kecamatan Sindangbarang pun merupakan jalur termudah untuk mencapai pertigaan Desa Cipari. Ruas jalan dari Kecamatan Sindangbarang hingga Kecamatan Pagelaran merupakan ruas jalan yang sama dari Kota Cianjur hingga Kecamatan Pagelaran. Medan jalan akan didominasi oleh tanjakan dimulai dari Kecamatan Cibinong hingga Kecamatan Pagelaran, tepatnya hingga di pertigaan Desa Cipari yang merupakan gerbang masuk menuju Desa Bunijaya. Kondisi sarana kelengkapan jalan di jalur ini pun tidak jauh berbeda dengan kondisi jalur dari Kota Cainjur, sangat minim lampu penerangan jalan, marka jalan hanya ada di beberapa titik saja, dan hambatan yang ada pun tidak jauh berbeda yaitu sering turunnya kabut yang cukup tebal terutama di perbatasan Kecamatan Cibinong hingga Kecamatan Tanggeung. Kendaraan yang banyak melintas di jalur ini akan lebih banyak didminasi oleh truk pengangkut kayu, baik dari arah Utara maupun dari arah Selatan mulai dari sore hingga tengah malam. ELF dan kendaraan pribadi akan banyak melintas dari pagi hingga menjelang malam hari. Waktu tempuh yang dibutuhkan dari Kecamatan Sindangbarang hingga pertigaan Desa Cipari kurang lebih dua hingga tiga jam tanpa berhenti. Kedua jalur ini sama-sama dapat dilewati dengan mudah oleh mobil.
Jarak berdasarkan pembacaan peta dari Bandung menuju Rawa Galuga melalui Kota Cianjur adalah 140 Km dan dapat ditempuh dalam waktu 3 jam 39 menit. Jarak berdasarkan pembacaan peta dari Kecamatan Sindangbarang menuju Rawa Galuga adalah 58,8 Km dan dapat ditempuh dalam waktu 1 jam 25 menit. Kondisi ini hanya dapat terjadi dengan kondisi jalan yang mulus dan tidak ada hambatan.
Kabupaten Bandung Barat
Perjalanan dari Bandung Barat dimulai dari Kecamatan Cililin. Dari Kecamatan Cililin teruskan perjalanan menuju Kecamatan Rongga. Jalur yang ditempuh dari Kecamatan Cililin hingga Kecamatan Rongga ini merupakan jalur yang sama dengan yang menuju objek wisata Curug Malela. Arus lalu lintas akan sangat ramai sepanjang Kecamatan Cililin, Cipongkor, Sindangkerta hingga memasuki Kecamatan Gununghalu. Memasuki Kecamatan Gununghalu, arus lalu lintas akan mulai relatif sepi. Kebanyakan yang melintas di sini adalah ELF dan sepeda motor. Kondisi jalan akan mulai sedikit rusak, bahkan ada beberapa yang cukup licin karena adanya longsoran tanah merah dari sisi jalan. Kondisi jalan akan semakin rusak mendekati perkebunan teh Montaya. Memasuki Kecamatan Gununghalu, jalan akan sedikit menyempit, ditambah dengan tikungan serta jalan yang menanjak. Pemandangan di sepanjang jalan akan didominasi oleh permukiman, lahan sawah serta kebn penduduk hingga batas perkebunan teh Montaya. Ketika tiba di Kecamatan Rongga, ambil jalan menuju arah Cilangari.
Selepas Desa Bunijaya, jalan akan didominasi oleh tanjakan hingga tiba di Desa Cilangari. Jalan dengan lapisan aspal yang sudah hilang akan menjadi kondisi utama sepanjang perjalanan menuju Kecamatan Campaka. Pemandangan berupa jurang yang cukup dalam dan hutan pinus akan menjadi pemandangan dari Desa Bunijaya hingga Desa Cilangari. Selepas Desa Cilangari jalan medan jalan akan didominasi oleh turunan yang cukup panjang masih dengan kondisi jalan dengan lapisan aspal yang sudah menghilang. Pemandangan jurang yang cukup dalam dengan aliran sungai dan tebing-tebing terjal sekaligus penanda alami batas wilayah administrasi Kabupaten Bandung Barat dengan Kabupaten Cianjur menjadi objek utama sepanjang Desa Cilangari hingga masuk ke Desa Campakawarna. Memasuki Desa Campakawarna, kondisi jalan akan berubah menjadi mulus. Untuk melintas di jalur ini sebaiknya menggunakan sepeda motor. Waktu tempuh yang diperlukan dari Kecamatan Cililin hingga ke pertigaan Desa Cipari sekitar tiga hingga tiga setengah jam dengan menggunakan sepeda motor. Jarak berdasarkan pembacaan peta dari Bandung menuju Rawa Galuga melalui Kecamatan Cililin adalah 109 Km dan dapat ditempuh dalam waktu 3 jam 21 menit. Dengan kondisi jalan yang mulus dan tidak ada hambatan selama perjalanan.
Kabupaten Bandung dan Kecamatan Pasir Kuda
Perjalanan dimulai dari Kota Soreang, ambil jalan menuju Perkebunan teh Rancabali. Tempat ini sudah banyak dikenal orang banyak sehingga kondisi jalannya cukup baik dan arus lalu lintasnya cukup ramai, terutama pada Sabtu dan Minggu. Jalur ini akan melewati beberapa objek tujuan wisata andalan yang sudah cukup dikneal, seperti misalnya Kawah Putih, Bumi Perkemahan Rancaupas, Pemandian Air Panas Cimanggu, Ciwalini, Kampung Cai, Situ Patenggang dan lain-lain. Patokan jalur untuk menuju Kabupaten Cianjur berada tepat setelah gapura Kecamatan Rancabali, tidak jauh dari gapura ada pertigaan dengan papan penunjuk menuju Perkebunan Sinumbra. Ikuti jalan menuju perkebunan Sinumbra hingga patokan terakhir, Desa Cipelah. Kondisi jalan di sekitar perkebunan Sinumbra bervariasi. Medan jalan yang berupa turunan panjang dan jalan yang berkelok-kelok dengan kondisi yang cukup mulus akan menjadi pembuka perjalanan. Memasuki kawasan permukiman dan pabrik teh Sinumbra jalan akan banyak dihiasi dengan lubang-lubang kecil tetapi cukup dalam. Selepas permukiman perkebunan teh Sinumbra, mendekati Desa Cipelah jalan akan kembali mulus tetapi masih tetap berkelok-kelok. Setelah menyeberangi sungai, jalan akan kembali menanjak hingga ke pertigaan pasar Desa Cipelah.
Ambil jalan yang mengarah ke PLN Cipelah, dari sini jalur hanya tinggal satu hingga ke Kabupaten Cianjur. Kondisi jalan akan semakin rusak. Medan jalan berupa turunan sangat panjang dengan kondisi yang sebagian sudah dibeton dan sebagian lagi masih berupa jalan yang sangat buruk. Lubang besar dan batuan yang terlepas menjadi kondisi di setengah turunan panjang. Setelah turunan ini, kondisi jalan akan berubah menjadi batu yang cukup besar, medan berupa tanjakan yang cukup berat akan terus ditemui hingga Desa Cisabuk. Memasuki Desa Cisabuk, medan jalan akan didominasi turunan panjang dan curam dengan permukaan jalan berupa batuan berukuran cukup besar dan lepas, hingga tanah. Setidaknya ada tiga turunan yang harus diwaspadai di sini.
Kondisi jalan dan medan yang cukup berat cukup terbayar dengan pemandangan hamparan sawah dan ujung bukit yang merupakan bagian dari perkebunan teh Sinumbra, serta dua buah air terjun di tebing sisi kanan jalan. Curug Cipelah dan Curug Cisabuk, demikian warga menamainya. Kedua air terjun ini memang belum memiliki nama resmi yang paten, sehingga bisa saja nama yang diberikan bahkan oleh warga sekalipun berbeda-beda. Kondisi jalan akan langsung berubah drastis ketika memasuki Kabupaten Cianjur. Tidak ada lagi batuan lepas dan tanah, yang ada jalan berukuran cukup kecil berkelok-kelok dengan aspal yang masih cukup mulus. Di jalur ini juga terdapat salah satu objek tujuan wisata andalan di Kabupaten Cianjur bagia Selatan, Wana Wisata Curug Citambur. Sebenarnya jalur dari Kecamatan Rancabali (termasuk Desa Cipelah dan Desa Cisabuk) hingga ke Kecamatan Tanggeung yang terhubung dengan jalur utama Cianjur-Sindangbarang merupakan ruas jalan Provinsi, tetapi pada kenyataannya kondisinya sama sekali tidak memenuhi persyaratan jalan Provinsi.
Kondisi dan medan jalan yang cukup buruk menjadikan jalur ini cukup sepi, terutama menjelang malam. Ruas jalan ini hanya ramai ketika siang hingga sore hari. Kendaraan yang melintas hingga Desa Cipelah didominasi oleh sepeda motor, ELF jurusan Kecamatan Pagelaran sesekali melintas, serta kendaraan pribadi. Tidak ada satupun sarana kelengkapan jalan seperti lampu penerangan jalan di sepanjang ruas jalur Rancabali-Pasir Kuda ini, padahal sebagian besar jalurnya berada di tengah perkebunan teh dan lahan persawahan yang cukup jauh dari permukiman penduduk. Jalur ini akan melewati Kecamatan Pasir Kuda kemudian Kecamatan Tanggeung. Ujung jalur ini merupakan pertemuan dengan jalur utama Cianjur-Sindangbarang. Di pertigaan ini ambil yang kearah Cianjur (sudah terdapat papan penunjuk jalan) Arus lalu lintas mulai kembali ramai ketika memasuki Kecamatan Tanggeung. Akan ditemui beberapa pasar serta terminal kecil di perbatasan Kecamatan Pasir Kuda dengan Kecamatan Tanggeung. Pada malam hari arus lalu lintas didominasi oleh truk pengangkut kayu hingga Kecamatan Pasir Kuda. Kabut cukup tebal juga sering turun di sekitar Pasir Kuda dan Tanggeung, bahkan daerah di sekitar Kecamatan Pasir Kuda memiliki curah hujan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. Jarak berdasarkan pembacaan peta dari Bandung menuju Rawa Galuga melalui Kecamatan Pasir Kuda dan Kecamatan Tanggeung adalah 97,8 Km dan dapat ditempuh dalam waktu 3 jam 17 menit. Dengan kondisi jalan yang mulus dan tidak ada hambatan selama perjalanan.
Di jalur ini terdapat persimpangan jalur menuju Rawa Gede yang berada di Desa Simpang, Kecamatan Pasir Kuda yang juga dapat diteruskan menuju Rawa Galuga. Seluruh permukaan jalannya berupa batuan besar dan tajam dengan lebar jalan sebesar jalan setapak. Medannya relatif didominasi oleh tanjakan dan menyusuri tebing hingga tiba di Desa Bunijaya. Arus lalu lintas di jalur ini sangat sepi karena sebagian besarnya melalui hutan dan lahan sawah yang cukup jauh dari permukiman penduduk. Jalur ini merupakan jalur tersulit dari lima jalur yang ada menuju Rawa Galuga sehingga sangat tidak disarankan untuk mengambil jalur ini bagi ayang belum terbiasa dengan medan jalan berbatu dan tidak melewati jalur ini diatas pukul 16.00. Butuh waktu tempuh sekitar dua jam perjalanan menuju Rawa Galuga dari Desa Simpanh, sehingga apabila lebih dari pukul 16.00 akan tiba di Rawa Galuga menjelang gelap dan kondisi jalan cukup berbahaya bila sudah gelap.
Kecamatan Pagelaran
Pertigaan Cipari merupakan gerbang masuk menuju Desa Bunijaya dari empat jalur menuju Rawa Galuga. Memasuki jalan di Desa Cipari akan disambut dengan jalan berlubang hingga jembatan kayu. Selepas jembatan kayu jalan akan terus menanjak dengan kondisi berbatu hingga masuk ke Desa Bunijaya. Tepat di pertigaan, jalan akan berubah menjadi beton, sebagai pendukung akses menuju PLTm Cijampang 2 di Desa Situhiang. Sebenarnya jalur dari Desa Cipari hampir sama dengan jalur menuju Rawa Beber, bahkan salah satu akses menuju Rawa Galuga yang disarankan oleh warga adalah yang menuju Rawa Beber, bukan jalur yang melewati makam keramat. Selepas Rawa Beber, jalan akan semakin sempit, bahkan lebih mirip jalan setapak dan pematang sawah dengan permukaan jalan berupa batuan yang cukup besar. Medan jalan akan didominasi oleh turunan. Kondisi jalan yang sempit di pematang sawah akan sangat sulit dilewati ketika musim hujan. Selain sawah, halaman rumah warga dan bebatuan cukup besar yang ada di pinggir kanan dan kiri jalan akan menjadi kondisi umum menuju Rawa Galuga. Jarak anatara satu kelompok permukiman warga yang satu dengan yang lainnya cukup berjauhan, tetapi meskipun demikian, permukiman warga akan tetap ada di sepanjang jalur dari Rawa Beber menuju Rawa Galuga. Warga di sekitar pun sudah banyak yang mengetahui lokasi Rawa Galuga sehingga bila ragu dapat meminta petunjuk arah atau pun minta diantarkan ke Rawa Galuga.
Waktu tempuh yang diperlukan dari Rawa Beber menuju Rawa Galuga kurang lebih sekitar satu hingga satu setengah jam tanpa berhenti. Turunan dan tanjakan sepanjang Rawa Beber menuju Rawa Galuga dengan permukaan jalan berupa batuan besar dan beberapa ada yang terlepas serta jalan yang sangat sempit menjadi kendala utama. Dari segi jarak, sebenarnya antara Rawa Beber dengan Rawa Galuga tidak terlalu jauh. Jika ditarik garis lurus, jarak antara Rawa Beber dengan Rawa Galuga hanya 1,21 Km.
Rawa Galuga
Kondisi di sekitar Rawa Galuga masih sangat asri. Posisi Rawa Galuga lebih tinggi dari Rawa Beber, sehingga udara dan kondisi airnya sedikit lebih segar dan lebih jernih. Aliran Rawa Galuga menurut informasi dari warga masuk juga ke Rawa Beber dan kemudian menjadi inlet bagi PLTm Cijampang 2. Rawa Galuga terletak di ketinggian sekitar 950 – 1.000 meter atas muka laut. Di sekeliling Rawa Galuga merupakan lahan kebun dan sawah warga dan berada lebih dekat dengan tebing yang masih merupakan bagian dari Gunung Gedogan.
Terdapat kurang lebih sepuluh rumah dan sebuah Mushola di dekat Rawa Galuga. Rawa Galuga terletak tepat di pinggir jalan utama (yang lebarnya hanya menyerupai jalan setapak). Terdapat jalan setapak menuju bangunan kecil di samping Rawa Galuga. Bangunan ini menyerupai rumah panggung. Bagian kolongnya dapat digunakan sebagai tempat untuk pengunjung, sedangkan bagian atasnya ditutup dan dikunci. Bagian atas bangunan ini digunakan oleh warga. Bangunan kecil ini digunakan sebagai tempat untuk mengumpulkan hasil tangkapan ikan pada ritual “Ngubek” Ikan. Ritual ini merupakan ritual yang sama yang dilakukan di Rawa Beber pada waktu-waktu tertentu. Dengan diadakannnya ritual Ngubek Ikan ini memberikan dampak yang cukup positif untuk pemanfaatan Rawa Galuga sebagai tempat untuk pembudidayaan berbagai jenis ikan. Ikan-ikan yang berada di Rawa Galuga ini memiliki ukuran yang cukup besar. Air Rawa Galuga sangat jernih sehingga sesekali ikan-ikan dapat terlihat. Semakin sore, kabut akan turun dari arah gunung. Tidak ada bangunan lain selain rumah kecil di pinggir danau sebagai tempat berteduh jika musim kemarau ataupun musim hujan.
Pengunjung dapat memutari Rawa Galuga melalui jalan setapak hingga batas sawah di Utara. Setelah sawah tidak ada jembatan penghubung untuk menuju sisi Barat, jalan untuk menuju sisi Barat adalah melewati permukiman penduduk sebelum jalan masuk menuju Rawa Galuga. Sisi Barat Rawa Galuga merupakan lahan sawah dan tanahnya sedikit menyeruapi rawa sehingga cukup sulit untuk berjalan di sekitarnya. Aliran masuk (inlet) Rawa Galuga berasal dari mata air di kaki Gunung Gedogan, bahkan ada beberapa air terjun yang salah satunya dinamakan Curug Galuga oleh warga setempat. Aliran masuk ini berada di arah Utara Rawa Galuga berupa aliran sungai berukuran sedang dengan air yang sangat jernih. Pemanfaatan Rawa Galuga selain untuk budidaya ikan juga sebagai sumber aliran irigasi lahan sawah yang cukup luas dan terdapat hampir di seluruh Desa Bunijaya. Warga biasa mengambil kayu, rumput untuk makan ternak dan ikan secukupnya dari Rawa Galuga dan sekitarnya. Dari segi pariwisata, potensi Rawa Galuga masih sangat kurang memadai untuk dikembangkan, hal ini terkait sulitnya akses dan sangat minimnya fasilitas yang ada, tetapi dari segi pemanfaatan sehari-hari keberadaan Rawa Galuga cukup bermanfaat bagi warga sekitar dan juga sebagai salah satu sumber air untuk PLTm Cijampang 2 yang melayani kebutuhan listrik tegangan menengah di Kabupaten Cianjur bagian tengah. Untuk menuju Rawa Galuga jangan terkecoh dengan lebar jalan dan areal di kedua sisi jalan yang berupa areal sawah dan halaman penduduk, jika ragu silahkan meminta bantuan warga sekitar untuk mengantar menuju Rawa Galuga.
Catatan Perjalanan
Bandung – Soreang 07.00 – 07.30
Soreang 07.30 – 08.00
Soreang – Rancabali 08.00 – 09.30
Rancabali – SPBU Pagelaran 09.30 – 11.40
SPBU Pagelaran – Rawa Galuga 11.40 – 13.30
Total Budget
Bensin 50.000