SITU CISANTI SATU PUTARAN


SITU CISANTI 14 JANUARI 2014

Mungkin nama Situ Cisanti mulai populer di tahun 2013 kemarin. Saya sendiri tahu ada tempat di Kabupaten Bandung yang namanya Situ Cisanti dari seorang temen jalan saya yang kebetulan sedang sepedahan. Nah, tujuan akhir dari sepedahan dia yaitu Situ Cisanti. Tepatnya tahun 2012 atau 2013 saya lupa, yang pasti di tahun 2013 sudah mulai banyak orang yang menulis ataupun menginfokan tentang Situ Cisanti. Apa yang menarik dari Situ Cisanti? Situ Cisanti merupakan mata air dari salah satu sungai yang terkenal dan terpanjang di Jawa Barat, Sungai Citarum.

Kalau yang sudah pernah menyusur Sungai Citarum dari hulu ke hilir, pasti akan geleng-geleng kepala melihat perbedaan kualitas air ataupun guna lahan disekelilingnya. Kalau yang belum pernah ke Situ Cisanti, cukup banyangkan saja Sungai Citarum yang berwarna hitam, baunya tujuh rupa, kadang di beberapa wilayah airnya berwarna cokelat karena membawa material tanah yang longsor, berbusa dari hasil sisa pembuangan limbah berbagai jenis industri, sampai aneka sampah yang ikut menjadi hiasan aliran Sungai Citarum. Setelah itu, silahkan mencari info foto-foto Situ Cisanti yang sudah banyak diposting di dunia maya.

Situ Cisanti adalah mata air yang terletak di kaki Gunung Wayang yang secara administrasi berada di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari (bukan Kecamatan Pacet ataupun Kecamatan Majalaya seperti beberapa sumber yang saya temui), Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Secara alami, Situ Cisanti dikelilingi oleh tiga Gunung, yaitu Gunung Wayang sebagai sumber mata airnya, Gunung Rakutak, Pegunungan Malabar, Bukit Bedil, dan Gunung Kendang yang merupakan batas alam antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, serta hamparan beberapa perkebunan teh diareal PTPN VIII Pangalengan. Di kejauhan, dibalik Gunung Kendang, dapat kita temui Gunung Papandayan dan Gunung Jampang yang sudah masuk kedalam administrasi Kabupaten Garut. Diareal Situ Cisanti yang memiliki luas areal total 10 Ha ini terdapat tujuh mata air, diantaranya Mata Air Pangsiraman, Cikoleberes, Cikawedukan, Cikahuripan, Cisadane, Cihaniwung, Cisanti.

Yang paling terkenal adalah mata air Pangsiraman yang sekaligus juga lokasi dari Dipatiukur yang masih sarat akan kepercayaan turun-temurun. Konon, pada saat bulan-bulan tertentu di hari Kamis malam, apabila mandi dengan menggunakan air dari mata air Pangsiraman itu, maka keinginannya akan tercapai, baik itu untuk kesehatan, jodoh, rezeki, kekayaan dll. Ritual ini didampingi dan dilaksanakan dibawah pengawasan kuncen setempat. Bagi yang tidak ingin melakukan ritual, masih diperbolehkan untuk sekedar membasuh muka dengan air yang keluar langsung dari dalam tanah ini.

Areal Situ Cisanti merupakan areal yang berada dibawah wewenang kehutanan, jauh sebelum seramai saat ini, areal disekitar Situ Cisanti merupakan hutan lebat. Tetapi semakin kesini, para penduduk mulai membuka lahan untuk bertani hingga ke atas gunung, salah satunya adalah Gunung Rakutak yang dilerengnya bahkan di jalur pendakiannya pun masih merupakan areal pertanian warga. Areal hutan pinus disekitar Situ Cisanti pun merupakan hasil pemulihan kembali lahan tersebut yang sebelumnya sudah cukup mengkhawatirkan.

Situ Cisanti merupakan objek wisata yang cocok dikunjungi bersama keluarga, arealnya luas, cuacanya sejuk, secara jarak, tidak terlalu jauh dari Kota Bandung, pemandangannya pun bagus hanya saja kebersihan tempat ini masih kurang diperhatikan. Jarang bahkan hampir tidak saya temui tempat sampah selama mengelilingi Situ Cisanti sampai habis satu putaran. Hanya ada tempat sampah yang kondisinya juga sudah rusak di dekat areal menuju petilasan Dipatiukur. Untuk saran lainnya seperti permainan, kursi, toilet, area untuk berjualan masih minim.

Bahkan untuk bangku tidak ada sama sekali, hanya ada dermaga yang kondisinya masih baik tetapi untuk sarana permainan seperti perahu, dari dua yang saya lihat sudah tidak bisa digunakan lagi. Situ Cisanti sendiri oleh warga, selain airnya dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari, juga sebagai tempat untuk memancing. Selain ikan, di danau ini juga bisa ditemukan remis. Sekedar saran untuk berkunjung ke Situ Cisanti, sebaiknya berkunjung pada saat musim hujan tidak terlalu parah, karena selain faktor kondisi jalan dan kabut, disekitar Situ Cisanti tidak ada tempat untuk berteduh jika hujan turun. Selain itu di beberapa areal di pinggir danau, kondisi tanahnya tidak rata, retak-retak sehingga jika turun hujan akan terisi lumpur dan sulit untuk berjalan.

Berbicara mengenai akses menuju Situ Cisanti, ada dua alternatif utama, yang pertama adalah melalui alun-alun Ciparay (bisa masuk ke Ciparay melalui Sapan ataupun masuk melalui Baleendah-Jelekong) yang kedua adalah masuk melalui Pangalengan, tepatnya masuk areal perkebunan PTPN VIII Pangalengan menuju Perkebunan Talun Santosa. Apabila datang melalui Ciparay, di Terminal Ciparay ambil jalan menuju Kecamatan Pacet atau langsung saja bertanya arah menuju Kecamatan Kertasari. Berdasarkan pengamatan waktu mengunjungi Situ Cisanti ada angkutan umum yang sampai ke Kecamatan Kertasari. Selanjutnya dari Kecamatan Kertasari dapat menggunakan ojek yang memang cukup banyak ditemui. Dari Kecamatan Pacet, sebaiknya mengambil jalan menuju ke Desa Sukarame-Desa Cibeureum karena kondisi jalannya jauh lebih baik dibandingkan dengan jalur Desa Cikitu-Desa Sukapura-Desa Cibeureum.

Kondisi jalan dari Terminal Ciparay menanjak terus sampai ke Pasar Pacet tetapi tidak terlalu berat dan kondisi jalan ramai oleh angkutan umum serta sepeda motor, sehingga bila ingin melalui jalur ini sebaiknya pagi-pagi sekali agar tidak terlalu ramai. Setelah Pasar Pacet, jalan akan menyempit sedikit dan tanjakan sudah mulai terasa aga berat, kondisi jalan pun beragam, ada yangmasih beraspal mulus, ada yang aspalnya sudah mengelupas, bahkan ada yang sangat licin karena seluruh permukaan jalannya ditutup oleh tanah yang terbawa air dari tebing tepat di pinggir jalan.

Bila sudah masuk Desa Cibeureum, kondisi jalan utama menuju Kecamatan Kertasari sudah baik, sudah dibeton, tetapi setelah Desa Cibeureum, kondisi jalan menuju Desa Tarumajaya kembali sedikit jelek, dengan aspal yang terkelupas dan ada genangan air dibeberapa lokasi. Pemandangan selepas Kecamatan Pacet akan berubah drastis, dari perumahan penduduk yang padat menjadi suasanya pedesaan yang dilatarbelakangi oleh Gunung Rakutak dan Gunung Malabar. Rumah-rumah penduduk yang padat berganti menjadi sungai, lahan pertanian penduduk hingga dilereng Gunung Rakutak, kebun-kebun dan juga beberapa areal persawahan. Memasuki Desa Tarumajaya, tepatnya setelah Puskesmas Tarumajaya kondisi jalan kembali mulus dan di kanan-kiri jalan sudah berganti menjadi hutan pinus.

Jalur yang melewati Pangalengan dapat dimulai dari Pasar Pangalengan menuju ke pintu gerbang PTPN VIII Pangalengan. Di areal perkebunan ini terdapat beberapa perkebunan, sebagai patokan, ambil yang menuju ke Perkebunan Talun Santosa, tepatnya di Desa Santosa, Kecamatan Kertasari atau bisa mengambil patokan pertama yaitu jalan menuju Hot Spring Cibolang di Desa Wanasuka di areal Perkebunan Teh Purbasari. Adapun beberapa perkebunan teh yang akan dilewati yaitu Perkebunan Teh Malabar dan Pabrik Teh Malabar di Desa Babakan, Perkebunan Teh Purbasari dan Pabrik Teh Kertasarie di Desa Wanasuka, dan Perkebunan Teh Talun Santosa di Desa Santosa, serta ada beberapa percabangan jalan menuju beberapa pabrik teh dan perkebunan teh diantaranya menuju perkebunan teh dan pabrik teh Pasir Junghun dan pabrik teh Taloon.

Selain itu ada juga percabangan jalan menuju Desa Cibatarua sebagai tempat awal pendakian Gunung Papandayan melalui Gunung Kendang. Kondisi jalannya dari pintu masuk PTPN VIII sampai ke pabrik teh Kertasarie cukup rusak. Jalan didominasi oleh tanjakan apabila masuk dari arah Pangalengan dengan aspal yang sudah hilang digantikan bebatuan dan genangan air yang cukup dalam disekitar Perkebunan Teh Purbasari. Didaerah ini sering juga turun kabut dan tidak ada sarana penerangan jalan. Dikejauhan terlihat Gunung Wayang dan Gunung Windu yang dibaliknya merupakan Kecamatan Ciparay dan Kecamatan Pacet. Tidak ketinggalan pemandangan pipa-pipa geothermal yang memanjang di lereng Gunung Windu. Memasuki areal Perkebuna Teh Talun Santosa, tepatnya di Desa Citawa kondisi jalan semakin membaik, yaitu aspal mulus hingga ke pintu masuk objek wisata Cisanti.

SUMBER LAINNYA:

http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/07/15/situ-cisanti-di-sini-citarum-berawal-378905.html

http://hdmessa.wordpress.com/2007/04/18/kisah-riak-air-sungai-citarum/

http://novajourney.wordpress.com/2013/10/24/citarum-exploride-part-1-situ-cisanti-0-km-citarum-river/

CATATAN PERJALANAN SELASA, 14 JANUARI 2014

Bandung-Situ Cisanti 08.00-10.00

Eksplore Situ Cisanti: 10.00-12.00

Situ Cisanti-Pangalengan: 12.00-14.00

Pangalengan: 14.30

Rute Pergi

Bandung-Sapan-Rancakesumba-Solokanjeruk-Majalaya-Ciparay-Cihaur-Cikoneng-Pacet-Cikitu-Sukapura-Cibeureum-Kertasari-

Tarumajaya-Pejaten-Situ Cisanti

Rute Pulang

Situ Cisanti-Perkebunan Teh Talun Santosa-Desa Santosa-Desa Citawa-Perkebunan Teh Purbasari-Desa Wanasuka-Cibolang Hot

Spring-Perkebunan Teh Malabar-Desa Babakan- Desa Sukamanah-Pangalengan-Cimaung-Banjaran-Bandung


About Dya Iganov

Penyuka traveling, tidak hanya mendaki gunung, tapi juga touring, rafting, explore, city tour, kemping ceria, susur pantai, dll

Leave a comment