SEKILAS SITU AUL


 

Jadi, beberapa hari setelah Lebaran, ada percakapan kecil tentang ngabur sehabis Lebaran, sayangnya saya ga bisa ikut & teman-teman saya sedikit bingung mau pergi ke mana. Mau nanjak, waktunya sedikit & ga tau mau ke gunung mana, mau ke pantai, jauh dan kayanya pantai bukan masuk di list utama mereka. Akhirnya saya iseng nyaranin untuk ke Situ Aul, danau yang baru-baru ini saya cari dan berhasil didatangi berkat informasi dari teman-teman di grup JGB (Jelajah Gunung Bandung). Situ Aul sendiri sudah beberapa kali didatangi oleh teman-teman saya di JGB, malahan mereka sempat beberapa kali camp atau sekedar treking atau sepedahan ke Datar Anjing yang jalan masuknya berada di sekitar Situ Aul.

Singkat cerita, akhirnya saya menyarankan teman-teman saya itu ke Situ Aul sekalian coba nanjak ke Datar Anjing, di lereng Gunung Gambungsedaningsih. Kalau dari foto-foto teman saya yang pernah ke Situ Aul sih, Datar Anjing cukup bikin ngiler landscapenya. Teman saya pun setuju dan minta info tentang Situ Aul. Beberapa hari setelah percakapan ga penting tadi, teman saya upload foto dan saya pun menanyakan, mereka camp di Situ Aul?? Kalau memang benar mereka camp, yang saya ga habis pikir adalah “ngapain ajah selama itu?” berhubung Situ Aul itu dapat dijangkau hanya dalam waktu beberapa jam saja dari Bandung dan ga banyak yang bisa dilakuin kecuali naik dan camp di Datar Anjing (teman-teman saya ga nyampe Datar Anjing). Ah, sudahlah ga penting juga teman-teman saya itu ngapain di Situ Aul.

Yang mau saya ceritain sebenernya tentang Situ Aulnya sendiri. Jadi, ketika teman saya nanya lokasi Situ Aul ke warga di sana, ada warga yang malah balik bertanya, ‘mau apa ke Situ Aul’ dan berujung dengan ‘hati-hati, soalnya di sana angker!’

Nah, muncul lagi deh kata ‘angker’ seperti yang sudah pernah saya singgung di tulisan Situ Aul. Sampai teman-teman saya pergi ke Situ Aul dan balik lagi, kita semua bener-bener ga tau angkernya kenapa. Yah, akhirnya kami punya kesimpulan sendiri, oh, mungkin suka banyak ‘penampakan’ berhubung memang ada beberapa spot yang sepertinya kurang banyak terpapar sinar matahari, pohonnya punya lumayan banyak lumut, tempatnya sepi, jauh dari permukiman penduduk, ada di kaki gunung yang namanya masih kurang familiar dan ternyata rawan longsor, adanya sumur produksi salah satu perusahaan geothermal yang mungkin suka mengeluarkan bunyi-bunyian aneh ketika sumur itu berproduksi, dan lain sebagainya.

Tapiii, ternyata, penduduk di sana punya cerita yang menurut saya jauh lebih masuk akal dan berhubungan sama semua nama di sekitar Situ Aul. Jadi, adik teman saya yang ke Situ Aul ini, ternyata nyari juga, apa sih yang bikin Situ Aul ini angker. Ternyata di Situ itu tempat ‘pamiceunan anu munjung ka aul’ (tempat pembuangan yang munjung/nyembah ke Aul). Nah, Aul itu sendiri katanya artinya makhluk setengah anjing (aul) setengah manusia yang dulu (entah kapan) ada di daerah itu

KATANYA LOOOH YAAAA, KATANYAAA….

Tapi cukup berhubungan juga kalau ‘Aul’ itu ‘Anjing’, ga heran ada tempat yang namanya ‘Datar Anjing’ yang kami kira sebutan ‘Datar Anjing’ itu karena banyak anjingnya atau apa pun yang berhubungan dengan anjing dalam konteks non mistis, non legenda, non mitos dll. Tapi ternyataa mungkin aja nama ‘Datar Anjing’ ada hubungannya sama Aul. Yah, namanya juga legenda. Sebenarnya entah mitos, entah legenda, karena sejauh ini baru satu sumber yang saya dapat, itu pun tidak saya dapat secara langsung. Yaahh, apa pun cerita di balik nama Situ Aul Datar Anjing, Gunung Gambungsedaningsih (yg entah kenapa ini gunung namanya panjang banget), saya tetep liat Situ Aul sebagai salah satu aset positif untuk pariwisata dan juga keseimbangan ekosistem yang harus kita jaga.


About Dya Iganov

Penyuka traveling, tidak hanya mendaki gunung, tapi juga touring, rafting, explore, city tour, kemping ceria, susur pantai, dll

Leave a comment