Secara administratif, Curug Ciastana berada di Kampung Sinarmuda, Desa Bojongkasih, Kecamatan Kadupandak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dan berada pada koordinat (-7.538181, 107.462400). Di dekat lokasi Curug Ciastana masih ada beberapa air terjun lainnya, salah satunya adalah Curug Cipeuteuy yang berada pada koordinat (-7.215507, 107.032849).
Lokasi Curug Ciastana dan Curug Cipeuteuy cukup jauh dari Kota Cianjur, meskipun termasuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Cianjur. Pencapaian menuju Curug Ciastana, dapat melalui Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, maupun dari Kota Cianjur. Berikut uraian pencapaian dari masing-masing akses menuju Curug Ciastana.
CIWIDEY – GUNUNGHALU – CURUG CIASTANA
Arahkan kendaraan dari Kota Bandung menuju Ciwidey. Patokan pertama adalah alun-alun Kecamatan Ciwidey. Setelah tidak terlalu jauh melewati alun-alun Kecamatan Ciwidey, akan ditemui persimpangan menuju Lebakmuncang pada koordinat -7.104933, 107.457782. Pada persimpangan ini, ambil arah kanan menuju Desa Lebakmuncang. Setelah belok menuju arah Desa Lebakmuncang, ikuti jalan utama hingga bertemu persimpangan berikutnya tepat di depan kantor Kecamatan Ciwidey, pada koordinat -7.099583, 107.433596. Ikuti jalan utama (lurus) menuju hutan pinus.
Hutan pinus ini sekaligus merupakan pembatas geografis antara Kecamatan Ciwidey di Kabupaten Bandung dengan Kecamatan Gununghalu di Kabupaten Bandung Barat. Memasuki hutan pinus, jalan akan terus menanjak. Meskipun tidak terlalu terjal, tetapi tanjakannya kebanyakan merupakan tanjakan panjang. Kondisi jalan hingga keluar hutan pinus masih sangat baik. Jika melintas di jalur ini pada pagi hari, sempatkan untuk mengabadikan pemandangan ke arah jejeran gunung-gunung di Kabupaten Bandung hingga di Kabupaten Bandung Barat, termasuk Gunung Tangkubanparahu dan Gunung Burangrang yang akan terlihat jelas jika cuaca cerah.
Setelah keluar dari hutan pinus, jalan akan melewati area kebun teh. Setelah keluar dari area kebun teh, jalan akan berubah menjadi jalan makadam dan akan semakin menyempit. Ikuti terus jalan utama yang akan didominasi oleh makadam yang cukup parah hingga bertemu persimpangan pada koordinat -7.061131, 107.386334. Ambil arah ke kiri menuju Jalan Cisedet. Kondisi jalan akan bertambah parah, banyak terdapat batuan lepas dan jika hujan akan menajdi sangat licin oleh tanah merah basah. Selain itu pada beberapa titik medan berupa turunan yang cukup panjang.
Patokan berikutnya adalah ujung jalan Lebakmuncnag, yaitu Desa Bunijaya. Untuk mengetahui apakah sudah berada di jalur yang benar, adalah dengan melihat aliran sungai. Selama jalan masih berdampingan dengan aliran sungai, maka sudah berada di jalur yang benar. Aliran sungai yang terus berdampingan dengan jalan utama merupakan hulu dari Sungai Cisokan, yang pada lokasi ini masih bernama Sungai Cibedug. Sungai Cisokan merupakan pembatas geografis Kabupaten Bandung Barat dengan Kabupaten Cianjur yang merupakan salah satu anak sungai dari Ci Tarum.
Kondisi jalan akan semakin parah ketika memasuki hutan. Hutan disini merupakan hutan yang masih benar-benar alami, terkdang beberapa hewan liar kecil melintas meskipun siang hari. Jika hujan, sebagian besar jalur di dalam hutan ini terendam air dan lumpur, sehingga harus sangat berhati-hati. Tidak akan ada permukiman, warung, maupun shelter perkebunan di sepanjang jalur hutan ini. Bahkan, warga yang mencari kayu atau berkebun pun sangat jarang yang melakukan kegiatannya di hutan ini. Menjelang sore hari, sinar matahari akan cukup sulit menembus rimbunnya pepohonan di sepanjang jalur hutan ini.
Setelah keluar dari hutan, area di sekitar jalan utama akan kembali terbuka. Sawah dan kebun serta aliran Sungai Cibedug menjadi pemandangan di kanan dan kiri jalan. Kondisi jalan masih tetap sama, makadam dan cukup sempit. Memasuki Desa Tangsijaya, akan ditemui bumi perkemahan tepat di sebelah sekolah dan SD. Mendekati Desa Bunijaya, di kanan di kiri jalan akan mulai banyak ditemui permukiman. Ujung dari jalan tembus dari Ciwidey ini akan berakhir di pabrik teh Montaya di Desa Bunijaya, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat. Setelah meleati kebun teh, akan ditemui kembali persimpangan pada koordinat -7.022891, 107.312908. Persimpangan ini merupakan pertemuan dengan jalur yang berasal dari Cililin. Ambil arah kiri pada koordinat ini menuju Kecamatan Rongga. Jalur ini merupakan jalur yang sama dengan yang menuju Curug Malela.
Kondisi jalan di sepanjang jalur Gununghalu – Rongga sebagian sudah cukup baik. Ikuti jalan utama hingga tiba pada persimpangan di koordinat -7.009496, 107.275814. Ambil arah lurus menuju Terminal Desa Bunijaya. Persimpangan ini juga merupakan persimpangan yang menuju kearah Curug Malela jika mengambil arah ke kanan, sedangkan arah yang mengikuti jalur merupakan jalur menuju Desa Cilangari, perbatasan antara Kabupaten Bandung Barat dengan Kabupaten Cianjur. Selepas Terminal Desa Bunijaya, jalan akan melawati areal perkebunan teh Montaya. Sempatkan untuk mengabadikan pemandangan di areal kebun teh dengan view Gunung Gede – Pangrango ke arah Utara jika cuaca cerah. Kondisi jalan di sepanjang kebun teh akan kembali beraspal setelah sebelumnya merupakan aspal dengan banyak lubang kecil dan dalam di sepanjang Desa Bunijaya.
Setelah melewati area perkebunan teh Montaya, jalan akan kembali menanjak. Tanjakan yang tidak terlalu curam namun sangat panjang merupakan jalur yang berada di hutan pinus. Jalur ini akan terus menanjak hingga ke puncak bukit. Hutan pinus ini merupakan perbatasan antara Desa Bunijaya dengan Desa Cilangari, Kabupaten Bandung Barat. Setelah keluar dari hutan pinus, jalur akan memasuki Desa Cilangari. Dari titik ini, jalur akan didominasi oleh turunan dengan kondisi jalan yang cukup bagus hingga memasuki Kecamatan Campakamulya.
Perbatasan antara Kecamatan Gununghalu di Kabupaten Bandung Barat dengan Kecamatan Campakamulya di Kabupaten Cianjur akan ditandai dengan jembatan yang cukup lebar melintasi aliran Ci Sokan. Setelah melewati jembatan, maka jalur sudah memasuki wilayah administrasi Kecamatan Campakamulya, Kabupaten Cianjur. Memasuki Kecamatan Campakamulya, jalan akan kembali didominasi oleh tanjakan dan kondisi jalan akan kembali memburuk. Pada beberapa titik, lubang cukup besar akan menjadi kondisi jalan yang harus dilalui, di titik lainnya, aspal akan sedikit berubah menjadi makadam ketika menemui tanjakan dan turunan. Jika hujan, kondisi jalan akan menjadi cukup licin.
Memasuki Desa Sukamekar, jalan akan sedikit menyusuri lereng gunung yang merupakan lahan milik perhutani. Hutan ini merupakan pembatas geografis antara Kecamatan Campakamulya dengan Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur. Jalur akan bertemu pada persimpangan di koordinat -7.087770, 107.142242. Ambil arah lurus pada persimpangan ini. Persimpangan ini merupakan pertemuan dengan jalur yang berasal dari Kota Cianjur menuju Kecamatan Sukanagara melalui Kecamatan Campaka. Jalur ini juga merupakan jalur utama Kota Cianjur – Kecamatan Sindangbarang (pesisir Selatan Kabupaten Cianjur).
Ikuti jalur utama hingga tiba di Terminal Sukanagara. Di Terminal Sukanagara, ambil arah kanan menuju Kecamatan Kadupandak, pada koordinat -7.100399, 107.129243. Kondisi jalan akan sedikit menyempit dan kondisinya tidak akan sebaik jalan utama Kecamatan Sukanagara. Aspal mengelupas dan beberapa lubang dalam akan menjadi kondisi utama yang harus dilalui. Ikuti jalan utama menuju Kebun Teh Pasir Nangka di Kecamatan Kadupandak. Kondisi jalan akan kembali membaik ketika memasuki areal perkebunan teh. Jalan akan bertemu pada persimpangan pada koordinat -7.121450, 107.085869. Pada persimpangan ini ambil arah ke kiri, menuju Perkebunan Teh Pasir Nangka di Kecamatan Kadupandak. Jalur ke arah kanan merupakan jalur menuju Kecamatan Nyalindung di Kabupaten Sukabumi melalui Kecamatan Takokak, Kabupaten Cianjur.
Kondisi jalan sepanjang kebun teh hingga keluar area perkebunan teh Pasir Nangka sangat baik. Medan yang dilalui hanya sedikit yang berupa tanjakan dan turunan. Setelah keluar dari area permukiman dan pabrik kebun teh Pasir Nangka, kondisi jalan akan kembali memburuk. Aspal mengelupas dan lubang yang cukup besar akan menjadi kondisi dominan yang harus dilalui hingga memasuki Desa Bojongkasih. Jalur ini akan melewati PLTMh Cijampang 2 dan Situ Ciasmay. Ikuti jalur hingga tiba di persimpangan pada koordinat -7.192076, 107.052102. Ikuti jalan utama menuju Kecamatan Cijati. Kondisi jalan sepanjang jalur ini tidak terlalu baik dan medan jalan didominasi oleh turunan. Lubang besar dan aspal yang sudah menghilang akan menjadi medan utama yang harus dilalui.
Ikuti jalan utama yang akan melalui area penebangan hutan dan pengumpulan kayu Kecamatan Kadupandak hingga tiba di turunan panjang dan persimpangan pada koordinat -7.236229, 107.051978. Pada pesimpangan ini ambil jalan ke arah kanan/ke arah bawah menuju Desa Bojongkasih, sedangkan jika terus mengikuti jalan akan menuju ke Kecamatan Cijati. Kondisi jalan setelah memasuki Desa Bojongkasih akan kembali didominasi oleh makadam, meskipun ada sebagian jalan yang kondisinya aspal dan beton seadanya. Jalur ini sebenarnya merupakan salah satu jalan alternatif menuju Kabupaten Sukabumi bagian Selatan selain melalui Kota Sukabumi terlebih dahulu. Di sepanjang jalur ini akan ditemui beberapa persimpangan menuju air terjun lainnya, diantaranya yang sudah cukup terkenal yaitu Curug Cijengkol dan Curug Campaka.
Ikuti jalan utama hingga perbatasan Desa Bojongkasih. Di perbatasan Desa Bojongkasih akan ditandai oleh tugu batas desa dan akan terdapat persimpangan pada koordinat -7.226331, 107.036390. Pada persimpangan ini, ambil jalur ke arah kanan menuju Kampung Sinarmuda. Dari persimpangan ini, medan jalan akan didominasi oleh tanjakan, jalur yang jauh lebih sempit, dan makadam yang lebih buruk dibandingkan jalur utama Desa Bojongkasih. Bila ragu, jangan sungkan untuk bertanya pada warga lokasi Curug Ciastana. Di sekitar jalur ini terdapat beberapa air terjun, diantaranya Curug Citalahab, Curug Cihideung, Curug Cipeuteuy, dan Curug Ciastana. Pembacaan jarak dan waktu tempuh menuju Curug Ciastana pada peta adalah 84,3 Km dalam waktu 4 jam 24 menit.
RANCABALI – TANGGEUNG – CURUG CIASTANA
Arahkan kendaraan dari Rancabali menuju perkebunan Teh Sinumbra. Persimpangan menuju kebun teh Sinumbra akan ditemui pada koordinat -7.153853, 107.371876. Pada persimpangan ini, ambil arah kanan menuju Cipelah melalui perkebunan teh Sinumbra. Ikuti jalan utama hingga keluar dari area Perkebunan Teh Sinumbra. Kondisi jalan di sepanjang perkebunan teh Sinumbra akan didominasi oleh aspal yang sudah mengelupas dan lubang yang cukup dalam. Medan yang dominan akan berupa turunan hingga memasuki Desa Cipelah. Tepat sebelum memasuki Desa Cipelah, medan yang ditempuh akan berupa tanjakan.
Setelah memasuki Desa Cipelah, tepatnya di Pasar Desa Cipelah, ambil arah kiri dengan patokan kantor PLN Cipelah. Setelah melewati Kantor PLN Cipelah, medan jalan akan berupa turunan sangat panjang dengan perkerasan beton. Beton akan kembali berganti dengan jalan makadam yang cukup parah dengan medan berupa turunan terjal dan panjang. Jika musim hujan, jalur ini akan menjadi sangat licin karena batunya akan bercampur dengan tanah merah. Setelah turunan habis, medan jalan akan didominasi oleh tanjakan. Beberapa merupakan tanjakan yang tidak terlalu terjal dengan tetap didominasi oleh batu yang cukup besar.
Memasuki Desa Cisabuk, medan jalan akan bertemu dengan tiga turunan terjal, curam, dan cukup panjang. Bahkan, salah satu turunan, yang berada tepat setelah SD Cisabuk dijaga oleh warga dari pagi hingga pukul 17.00 WIB karena sangat rawan kecelakaan. Perbaikan jalan pada titik ini sudah cukup sering dilakukan, seperti pengaspalan, beton, bahkan memperbaiki penampang jalan yang sebelumnya hampir runtuh, namun tidak pernah bertahan lama. Setengah bagian jalan amblas cukup dalam, sehingga mengakiabtkan keretakan pada permukaan jalan perkerasan beton. Menjelang sore, akan sangat jarang ditemui warga yang melintas di sekitar sini. Setelah melewati dua turunan terjal dan panjang lainnya, jalan akan tiba di perbatasan Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Cianjur. Perbatasan ini mungkin tidak banyak yang memperhatikan, karena tidak ada tugu, gapura, ataupun aliran sungai besar seperti pembatas geofragis suatu wilayah administratif pada umumnya.
Memasuki wilayah Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur, kondisi jalan akan sangat jauh berbeda. Aspal mulus dengan medan dominan turunan jalan yang masih memiliki tikungan tajam akan menjadi medan dominan hingga keluar di Kecamatan Tanggeung. Jalur ini akan melewati Curug Citambur dan Rawa Leuwi Soro di Desa Karangjaya dan Rawa Gede di Desa Simpang, Kecamatan Pasirkuda. Ikuti terus jalur utama hingga memasuki Kecamatan Tanggeung dan bertemu dengan persimpangan dengan jalur utama pada koordinat -7.217604, 107.136406. Ambil arah kiri pada persimpangan ini. Persimpangan ini merupakan pertemuan antara jalur dari Rancabali melalui Kecamatan Pasirkuda dengan jalur utama Kota Cianjur – Kecamatan Sindangbarang (pesisir Selatan Kabupaten Cianjur).
Kondisi di jalur utama cukup baik. Aspal dengan kondisi baik dan jalan yang cukup besar menjadi kondisi dominan. Ikuti jalan utama hingga tiba pada persimpangan pada koordinat -7.266585, 107.115797. Ambil kanan pada persimpangan ini menuju Pasar Kadupandak. Patokan berikutnya adalah Jembatan Cibuni, tepat sebelum Pasar Kadupandak. Setelah melewati Jembatan Cibuni, tepat di Pasar Kadupandak, tepatnya pada persimpangan di koordinat -7.260695, 107.048540, ambil arah kanan menuju Jalan Gunung Satu. Ikuti jalan hingga tiba pada persimpangan di koordinat -7.241931, 107.046538. Ambil arah kanan (lurus) menuju jalan Gunung Waru. Ikuti jalan hingga tiba di persimpangan pada koordinat -7.236239, 107.051974 tepat sebelum tanjakan terjal. Ambil arah kiri pada persimpangan ini menuju Desa Bojongkasih.
Ikuti jalan utama hingga perbatasan Desa Bojongkasih. Di perbatasan Desa Bojongkasih akan ditandai oleh tugu batas desa dan akan terdapat persimpangan pada koordinat -7.226331, 107.036390. Pada persimpangan ini, ambil jalur ke arah kanan menuju Kampung Sinarmuda. Dari persimpangan ini, medan jalan akan didominasi oleh tanjakan, jalur yang jauh lebih sempit, dan makadam yang lebih buruk dibandingkan jalur utama Desa Bojongkasih. Bila ragu, jangan sungkan untuk bertanya pada warga lokasi Curug Ciastana. Di sekitar jalur ini terdapat beberapa air terjun, diantaranya Curug Citalahab, Curug Cihideung, Curug Cipeuteuy, dan Curug Ciastana.
Jalan menuju Kampung Sinarmuda memang akan terkesan seperti jalan buntu dan pematang sawah, jadi jangan ragu untuk bertanya pada warga setempat. Perjalanan dengan menggunakan sepeda motor hanya akan sampai di MTs Sinarmuda. Sepeda motor dapat dititpkan di MTs ini, bahkan jika ingin menginap, warga setempat sudah terbiasa menyediakan rumah dan liwet bagi pengunjung. Pembacaan jarak dan waktu tempuh menuju Curug Ciastana pada peta adalah 59,3 Km dalam waktu 3 jam 11 menit.
CILILIN – SUKANAGARA – CURUG CIASTANA
Arahkan kendaraan dari Cililin menuju Gununghalu melalui Cipongkor – Sindangkerta. Kondisi jalan sepanjang Cililin hingga Gununghalu sudah dalam kondisi baik, hanya masih belum ada penerangan. Selepas Cipongkor, jalan akan relatif sepi dari permukiman dan pertokoan sudah banyak yang tutup, sehingga kondisi jalan akan cukup gelap. Memasuki Kecamatan Gununghalu, yang ditandai dengan areal perkebunan teh Montaya, jalan akan sangat gelap karena letak permukiman cukup jauh dari jalan raya utama. Ikuti jalan utama menuju Kecamatan Gununghalu hingga tiba pada persimpangan di koordinat -7.020305, 107.325782. Ambil arah kanan pada persimpangan ini. Persimpangan ini merupakan pertemuan dengan jalur dari Ciwidey via Lebakmuncang. Selanjutnya, jalur yang akan dilalui akan sama dengan jalur yang dari arah Ciwidey – Lebakmuncang. Pembacaan jarak dan waktu tempuh menuju Curug Ciastana pada peta adalah 92,3 Km dalam waktu 4 jam 20 menit.
CIANJUR – SUKANAGARA – CURUG CIASTANA
Arahkan kendaraan dari Kota Cianjur menuju Terminal Pasir Hayam. Setiba di Terminal Pasir Hayam, ambil jalur menuju Kecamatan Sindangbarang. Kecamatan Sindangbarang merupakan salah satu kecamatan yang beraada di pesisir Selatan Kabupaten Cianjur. Jalur yang dilewati pertama-tama akan melewati Kecamatan Cibeber dengan arus lalu lintas yang masih terbilang padat. Selepas alun-alun Kecamatan Cibeber, jalan akan mulai menanjak, menyempit, dan arus lalu lintas tidak akan sepadat di Kecamatan Cibeber.
Selepas Kecamatan Cibeber menuju Kecamatan Campaka, medan jalan akan didominasi oleh tanjakan. Jalan berkelok-kelok dengan kondisi jalan berlubang akan terus ditemui hingga memasuki Kecamatan Campaka. Pada jalur ini akan dilewati percabangan menuju Curug Cikondang dan Situs Megalitikum Gunungpadang di Kecamatan Campaka. Ikuti terus jalan utama hingga tiba di Terminal Sukanagara. Dari Terminal Sukanagara, jalan yang akan ditempuh akan sama dengan jalur yang ditempuh dari Cililin dan Ciwidey. Pembacaan jarak dan waktu tempuh menuju Curug Ciastana pada peta adalah 78,3 Km dalam waktu 3 jam 22 menit.
KAMPUNG SINARMUDA – CURUG CIASTANA
Jalan menuju Kampung Sinarmuda dari jalan utama Desa Bojongkasih memang akan terkesan seperti jalan buntu dan pematang sawah, jadi jangan ragu untuk bertanya pada warga setempat. Perjalanan dengan menggunakan sepeda motor hanya akan sampai di MTs Sinarmuda. Sepeda motor dapat dititpkan di MTs ini, bahkan jika ingin menginap, warga setempat sudah terbiasa menyediakan rumah dan liwet bagi pengunjung. Perjalanan selanjutnya akan diteruskan dengan berjalan kaki. Menurut warga, sebenarnya, motor masih bisa dibawa hingga permukiman terkahir di Kampung Sinarmuda menuju jalur ke Curug Ciastana, namun bagi pengunjung, jalur tersebut medannya sangat sulit.
Perjalanan dengan berjalan kaki pada awalnya masih akan melewati jalan setapak dengan medan dominan turunan hingga tiba di jembatan bambu. Setelah melewati jembatan bambu, medan jalan akan terus menanjak. Jalan setapak batu yang cukup besar dan tanjakan panjang terjal setelah jembatan bambu ini cukup menguras tenaga, apalagi mendekati akhir tanjakan, batu-batunya akan banyak ditutupi oleh lumut, jadi semakin licin. Di akhir tanjakan, akan ditemui permukiman terakhir warga Kampung Sinarmuda.
Setelah melewati permukiman terakhir, jalan menuju Curug Ciastana merupakan pematang sawah. Tidak ada petunjuk arah menuju Curug Ciastana, selain itu treknya tertutup oleh ilalang, tanah longsoran dari tebing, dan saluran irigasi yang betonnya sudah banyak yang hancur. Sebaiknya, jika pertama kali menuju Curug Ciastana, meminta bantuan warga untuk mengantar agar tidak banyak membuang waktu untuk mencari jalan. Untuk logistik sebaiknya dipersiapkan semenjak dari Sukanagara agar ketika memasuki jalur Sukanagara – Kadupandak tidak perlu repot dan banyak berhenti untuk membeli logistik dan mencari jalan.
Medan treking dari MTS Sinarmuda hingga permukiman terakhir cukup berat, tetapi setelah permukiman terakhir hingga Curug Ciastana, medannya relatif datar dan mudah, hanya saja jalurnya banyak yang tertutup ilalang, tanah yang labil, dan longsoran. Jarak tempuh treking dari MTs Sinarmuda hingga Curug Ciastana kurang lebih 1,4 Km dengan waktu tempuh sekitar 20-30 menit berjalan kaki.
Areal di sekitar Curug Ciastana sangat luas dan unik. Jika biasanya areal di sekitar air terjun didominasi oleh bongkahan batu yang sangat besar sekaligus menjadi medan yang harus dilewati jika ingin mendekati air terjun, aliran sungai, pematang sawah, ataupun jurang, maka areal di sekitar Curug Ciastana merupakan lahan datar dan didominasi oleh batuan yang cukup rata. Dinding dan tebing di sekitar Curug Ciastana nampak jelas membentuk cekungan. Di sekitar Curug Ciastana tidak banyak terdapat bongkahan batu yang rapat dan licin, sebaliknya hanya ada beberapa bongkahan batu di pinggir sungai dan di dekat aliran jatuhan.
Curug Ciastana merupakan air terjun dengan dua tingkatan, sehingga secara umum, Curug Ciastana dapat diklasifikasikan ke dalam air terjun tipe Multi Step/Tiered. Tingkatan pertama Curug Ciastana memiliki kolam yang tidak terlalu besar tetapi cukup dalam. Sekilas, tingkatan pertama Curug Ciastana mirip dengan Curug Sawer di Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya. Bedanya, area di sekitar Curug Sawer sangat sempit dan hampir semuanya tertutup bongkahan batu yang sangat besar dan licin. Secara keseluruhan, tingkatan pertama Curug Ciastana dapat dikalsifikasikan ke dalam tipe Block baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Pada musim hujan, muncul klasifikasi minor yaitu tipe Cataract dan pada musim kemarau akan muncul klasifikasi minor Curtain. Klasifikasi minor pada masing-masing musim muncul karena perubahan volume jatuhan Curug Ciastana dan debit Sungai Ciastana.
Tingkatan kedua Curug Ciastana memiliki areal yang sangat sempit, bahkan cukup sulit untuk turun ke areal kolamnya. Areal tingkatan pertama Curug Ciastana dengan lahan yang datar dan luas akan nampak seperti runtuh dan membentuk bekas runtuhan yang cukup beraturan jika dilihat dari areal tingkatan kedua Curug Ciastana. Areal pada tingkatan kedua Curug Ciastana langsung berupa kolam yang cukup luas dan dalam. Jarang ditemui bongkahan batu sebagai pijakan di sekitar kolam. Bebatuan baru akan ditemui pada aliran dari kolam yang sudah membentuk sistem sungai kembali. Dari areal tingkatan kedua, akan terlihat jelas juga aliran jatuhan tingkat pertama Curug Ciastana. Tingkatan kedua Curug Ciastana memiliki klasifikasi dominan Block Waterfall. Pada musim hujan, muncul klasifikasi minor yaitu tipe Cataract dan pada musim kemarau akan muncul klasifikasi minor Curtain. Klasifikasi minor pada masing-masing musim muncul karena perubahan volume jatuhan Curug Ciastana dan debit Sungai Ciastana.
Curug Ciastana merupakan air terjun yang cukup aman didatangi meskipun pada musim hujan. Areal yang luas dan datar pada tingkatan pertama Curug Ciastana memang akan tertutup air, namun pengunjung tidak akan terlalu sulit untuk berjalan di sekitar areal tersebut. Ada beberapa bagian yang harus diwaspadai pada areal tingkatan pertama, yaitu saluran irigasi yang melintang dari sepanjang kolam Curug Ciastana dengan saluran irigasi yang sekaligus merupakan jalan masuk (jalur treking).
KAMPUNG SINARMUDA – CURUG CIPEUTUEY.
Salah satu air terjun yang lokasinya berdekatan dengan Curug Ciastana adalah Curug Cipeuteuy. Pencapaian menuju Curug Cipeutuey secara umum sama persis dengan menuju Curug Ciastana, yang membedakan adalah jalur treking di Kampung Sinarmuda. Dari MTs Sinarmuda tempat menitipkan kendaraan, ikuti jalan setapak yang dominan turunan hingga bertemu jembatan bambu. Setelah melewati jembatan bambu, jalan setapak dari batu-batu besar akan langsung menanjak. Tanjakan cukup panjang dan terjal akan menjadi medan yang harus ditempuh. Tepat hampir di ujung tanjakan, kondisi batuan akan bertambah licin karena lumut, selain itu, diperparah dengan kemiringan jalur yang cukup terjal.
Setelah melewati tanjakan tersebut, akan ditemui permukiman warga terakhir di jalur menuju Curug Ciastana. Tepat di permukiman warga tersebut, jalur menuju Curug Cipeuteuy berada, tepatnya dimulai pada koordinat -7.218662, 107.031494. Sama seperti menuju Curug Ciastana, sebaiknya meminta bantuan warga untuk mengantar ke Curug Cipeuteuy. Jalur treking menuju Curug Cipeuteuy relatif lebih dekat dibandingkan menuju Curug Caistana, tetapi lebih banyak ditemui longsor dan jalur treking yang terputus.
Pertama-tama jalur treking akan melewati pematang sawah dengan medan yang sedikit menanjak. Setelah itu, ambil pematang sawah yang mendekati saluran irigasi. Setelah bertemu saluran irigasi, ikuti aliran irigasi ke arah hulu. Pada pertengahan saluran irigasi akan ditemui beberapa longsor yang cukup berbahaya. Bahkan, ketika mendekati area Curug Cipeuteuy, tembok beton saluran irigasi akan menghilang total tertimpa timbunan longsoran dari tebing di sebelah saluran irigasi. Sisi lain saluran irigasi merupakan jurang yang cukup dalam dengan aliran sungai dengan bongkahan batu raksasa dari Curug Cipeuteuy di dasarnya.
Jika mengunjungi Curug Cipeuteuy, sudah pasti pengunjung harus menyusuri saluran irigasi atau aliran sungai, jadi sebaiknya pakaian ganti dipersiapkan, tidak lupa alas kaki pun dipersiapkan dengan yang sesuai dengan medan treking. Setelah tiba di ujung saluran irigasi, jalur berikutnya yaitu turun menuju bongkahan-bongkahan batu di Curug Cipeuteuy. Berbeda dengan areal Curug Ciastana yang luas dan datar, areal Curug Cipeuteuy sangat sempit dan hampir semuanya tertutup oleh bongkahan batu yang sangat besar. Bahkan, di tebing sisi kanan Curug Cipeuteuy, tebingnya masih sangat labil. Terdapat beberapa bekas longsoran yang masih baru. Longsoran berupa tanah, kerikil, hingga bongkahan batu. Selain itu, areal di sekitar Curug Cipeuteuy banyak berserakan batang kayu dan daun.
Curug Cipeuteuy secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam tipe Tiered Waterfall. Meskipun terdiri dari beberapa tingkatan, tetapi jarak antar tingkatan tidak terlalu jauh seperti pada tipe Multi Step Waterfall. Pada musim hujan, akan muncul klasifikasi minor berupa tipe Cataract Waterfall dan Plunge Waterfall. Pada musim kemarau, akan muncul klasifikasi minor berupa tipe Curtain Waterfall.
Baik di Curug Cipeuteuy dan Curug Ciastana, tidak akan ditemukan sampah plastik layaknya di air terjun yang sudah menjadi tempat wisata. Hal ini dipengaruhi oleh masih sangat rendahnya tingkat kunjungan ke dua air terjun ini dibandingkan Curug Cijengkol yang masih berada di Desa Bojongkasih dan Curug Cikondang di Kecamatan Campaka. Rendahnya tingkat kunjungan ke dua air terjun ini khususnya dan area sekitar Desa Bojongkasih disebabkan oleh jarak yang cukup jauh dari kota besar terdekat (Kecamatan Sukanagara) dan kondisi jalan yang buruk. Selain itu, masalah keamanan pun masih menjadi issu yang cukup kuat di wilayah sekitar. Sepanjang perjalanan dari Kecamatan Sukanagara hingga lokasi Kampung Sinarmuda sangat minim penerangan, bahkan di beberapa titik jalur akan melewati areal milik perhutani yang cukup jauh dari permukiman penduduk. Aktivitas penduduk pun akan terhenti di atas pukul 20.00 WIB.